Dalam Diamku Mencintaimu (1)

3.1K 194 6
                                    

" Dalam diamku mencintaimu. Perasaan ini begitu tak menentu. Kuharap cintaku Pada-Nya takkan terkalahkan oleh rasaku padanya. "
~Fatimah Azkandriya Milaikha~

Ima menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan yang tak ia mengerti. Sedari tadi syetan berhasil menggoda pikirannya terhadap Ali. Ima berusaha melawan perasaan itu kuat-kuat, ia takut akan terjadi zina hati dan pikiran terhadap hal ini. Ima langsung mengambil wudhu sebelum tidur. Hal ini sudah menjadi rutinitas Ima sebelum tidur. Setelah selasai ambil wudhu, ia menghempaskan badannya ke king size kesayangannya. Sebelum memejamkan mata, satu notif masuk.

From: Sahabat Jannah 😍
Assalamualaikum....
Jadi besok kan?

From: Me
Wa'alaikumsalam...
Iya bawel😳

Setelah berpesan singkat, Ima pun langsung tidur. Besok pagi ia akan pergi bersama Aisyah mengingat mereka tak pergi ke kampus dikarenakan libur nasional.
Ima terbangun ketika jam menunjukkan pukul 03.00 WIB. Ima langsung menuju kamar mandi dan mengambil wudhu. Ia melakukan shalat tahajud di sepertiga malamnya. Ia selalu mengingat kata orang tuanya sedari kecil bahwa doa yang dipanjatkan ketika bertahajud ibarat panah yang tepat mengenai sasarannya.
Ima pun menggelar sajadahnya melaksanakan shalat tahajud dan ditutup dengan shalat witir. Setelah shalat, Ima berbincang dengan Rabb-Nya.
"Ya Allah, berilah kekuatan hati hamba untuk tidak melabuhkan rasa ini kepada dia yang belum halal bagi hamba. Jadikanlah diri ini sebagai hamba yang senantiasa Mencintai-Mu melebihi segalanya. Ya Muqollibal Qulub Tsabbit Qolbii 'Alaa Diiniik".

Ima langsung meraih Al-Qur'an kecilnya dan melanjutkan tilawah Qur'annya serta memuraja'ah hafalannya menjelang shubuh. Setelah terdengar suara adzan shubuh berkumandang, Ima menunaikan shalat dan bersiap di pagi hari.

***

Setelah selesai bersiap-siap, Ima pergi menuju ruang makan. Disana terlihat Abi, Umi, sama Abangnya yang selalu menunggu Ima.
"Assalamualaikum semuanya. "ucap Ima begitu ceria
"Wa'alaikumsalam."jawab mereka serempak.
"Mau kemana dek? Rapi amat. "ucap Hasbi.
"Ima mau izin ntar ke toko buku bareng Aisyah. Boleh kan Umi, Abi? "balas Ima.
"Iya boleh sayang. "balas Umi.
"Sama abang aja yang anterin ya. " ucap Hasbi.
"Iya bagus dong kalau abang gak sibuk. "balas Ima.
"Ya udah, kita sarapan dulu ya. Hasbi pimpin doa. "titah abi.

Mereka makan dalam diam, tidak ada pembicaraan ketika makan dan hanya terdengar dentingan garpu dan sendok. Abi dan Umi selalu mengajarkan adab makan kepada anak-anaknya.
Setelah selasai makan, Hasbi meraih kunci mobil dan pamit kepada Abi dan Umi bersama Ima.

Tepat di depan rumah Aisyah, Hasbi memberhentikan mobilnya. Ternyata Aisyah sudah siap menanti kehadiran Ima dengan sungguh cantik, memakai gamis berwarna navy dibaluti dengan khimar berwarna senada menambah kadar kecantikan sahabat Ima itu.


"Assalamualaikum Aisyah. "sapa Hasbi duluan.
"Waalaikumsalam bang Hasbi."balas Aisyah tersenyum.
"Ya udah, berangkat yuk. "ajak Ima.

Selama diperjalanan dipenuhi oleh canda tawa Ima dan Aisyah walaupun itu hal sepele. Hasbi yang memperhatikan keduanya pun menggelengkan kepala. Entah mengapa, Hasbi begitu bahagia melihat Ima dekat dengan Aisyah.

Setelah sampai di toko buku tujuan, Ima dan Aisyah pun langsung bergegas masuk dengan semangat. Lagi-lagi Hasbi tertawa kecil melihat tingkah keduanya. Ketika melangkahkan kaki menuju tempat Ima dan Aisyah berada, terdengar suara yang tak asing bagi Hasbi.

"Hasbi. "sapa lelaki itu.
"Hey Ali. Ketemu lagi. "balas Hasbi.
"Lagi cari buku juga?" tanya Ali.
"Ini lagi temenin Ima beli buku. "balas Hasbi .
Dan selama Ima dan Aisyah melihat deretan novel yang akan dibeli, Hasbi dan Ali pun berbincang-bincang.

Aisyah memilih novel yang berjudul "Cinta Dalam Diam" dan dengan santai Ima mengelabui Aisyah dengan novel tersebut.
"Ciee, yang lagi jatuh cinta diam-diam nih. "goda Ima dengan menaik turunkan alis matanya yang tebal itu.
"Apaan sih, Imaaa.. Ini tuh novel emang gak pernah aku punya. "jawab Aisyah seadanya. Aisyah pun melirik ke arah Ima yang telah memegang novel yang berjudul "Untukmu Imamku".
"Tuh, lebih parah kamu udah langsung beli buku yang udah jadi imamnya... Hahaha. "ledek Aisyah tak mau kalah.
"Biarin. Aku suka."balas Ima yang merasa diledek.
"Yuk, ke kasir gih."ajak Aisyah.

Setelah membayar buku yang dibeli, Ima dan Aisyah berjalan menuju tempat Hasbi menanti. Langkah Ima terhenti melihat sosok lelaki yang Ima kenali.


"Dia?"batin Ima.
"Kok berhenti Ima?."ucap Aisyah yang heran melihat Ima mendadak berhenti.


Jangan ditanya jantung Ima sekarang, seperti awal bertemu ia merasa ritme jantungnya berpacu dengan cepat. Dengan sigap Ima langsung menunduk dan berjalan dengan Aisyah menuju Hasbi.

"Hey, Ima.. Udah selesai?"tanya Hasbi.
"Udah bang."ucap Ima seadanya.

Ali melihat ke arah Ima.

"Gadis ini selalu menundukkan pandangannya ketika bertemu dengan ikhwan. Sungguh wanita yang baik. "batin Ali.

"Ya udah Ali, aku mau pulang dulu. Assalamualaikum. "pamit Hasbi.
"Wa'alaikumsalam. "balas Ali dan tersenyum.

Setelah sampai dirumah, Ima langsung menuju kamarnya. Ima meraih diary berwarna hijau muda yang telah menemaninya selama SMA hingga sekarang. Ima mulai menuliskan sesuatu di kertas itu merangkai kata demi kata hingga menjadi sebuah rasa yang tersampaikan melalui coretan aksaranya.

"Saat pertama kumelihatmu, kurasa sesuatu yang berbeda. Entah rasa semacam apa. Dari sebuah cerita pun aku bisa mengagumimu. Lalu, memang semesta berpihak denganku. Aku dipertemukan dengan sosok yang awalnya hanya kukenal sebatas cerita, dan dia adalah kamu, Muhammad Ali Al-Habib. Semoga rasa ini tak melebihi cintaku pada-Nya. "

Setelah Ima mengakhiri coretan aksaranya, Ima kembali menyimpan dengan rapi diary kesayangannya itu. Ia langsung turun ke bawah dan berencana membantu Uminya di dapur. Ima memang selalu bercerita kepada Uminya tentang masa sekolahnya. Tapi untuk masalah perasaan, Ima belum mampu menceritakannya. Bukan ia tidak terbuka, tetapi ia baru merasakannya sekarang, bisa dikatakan ini kali pertama Ima mengagumi seorang ikhwan. Ima pun tak mau tergesa-gesa mendefenisikan perasaan itu saat ini. Apakah ia benar-benar menaruh hati pada Ali atau ini hanya ilusi semata. Ima tidak mau perasaan kepada makhluk-Nya lebih besar dibandingkan kecintaan Ima terhadap Sang Pencipta. Setelah selesai bantu Umi memasak. Ima kembali dengan aktifitas rutinnya sebagai mahasiswa saat ini, ia dihadapi oleh beberapa tugas yang diberikan dosennya. Begitupun dengan Hasbi yang super sibuk mengurus skripsinya yang berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir.

***

"Ima, Umi boleh masuk?"ucap Umi seraya mengetuk pintu kamar anaknya.
"Masuk aja umi gak dikunci kok. "balas Ima.
"Ima habis dari kampus besok temenin Umi ke tempat Ustadzah Aiza ya? "ajak Umi.

Deg.


Ima bukannya menolak, tetapi ia tak ingin bertemu kembali dengan sosok Ali yang berhasil masuk ke pelabuhan hatinya. Ima takut terjadi zina hati selanjutnya. Tapi disisi lain ia tak mau menolak permintaan Uminya. Abinya yang sibuk dan Hasbi yang juga melebihi kesibukannya tak memungkinkan untuk menemani Umi.

"Baik Umi. Biar Ima temani. "balas Ima yang berusaha menutupi pikirannya saat ini.
"Ya udah, umi mau ke butik dulu ya. Kamu lanjutin bikin tugasnya. "ucap Umi.

"Iya, Umi."balas Ima.

Ima pun terlarut dalam mengerjakan tugasnya dan sesekali membalas chattingan dari sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Aisyah. Sebenarnya Ima ingin bercerita perihal ini kepada Aisyah, namun Ima merasa belum siap. Untuk saat ini memendam lebih baik daripada mengungkapkannya.
.
.
.
.
.
.

Jazakallahu Khairan🙏🙏🙏

Dalam Diamku Mengikhlaskanmu [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang