"Kehilangan mengajarkan kita bahwa apa yang telah diambil Allah sebagian kecil dari nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita. Tidak ada yang abadi disisi kita, semua akan pergi meninggalkan kita atau bahkan kita akan pergi meninggalkannya. "
Sejak kepulangan Ima dari rumah Umi membuat hati Ima tak karuan. Pasalnya, Ali tak menceritakan perihal apapun kepada Ima. Dan Ima berniat akan menanyakan langsung kepada Ali.
Hari ini Ali akan pergi ke rumah sakit. Entah kenapa Ima serasa ingin melarang Ali. Padahal ini sudah rutinitas Ali. Benar, firasat buruk telah menuasai diri Ima. Tapi Ima berusaha sekeras mungkin untuk tetap berhusnudzon, karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya.
"Mas, ntar pulangnya cepat aja ya? "rengek Ima.
"Kan biasanya kalau pasien gak banyak mas juga pulang cepat sayang. "balas Ali.
"Pokoknya mas pulangnya harus cepat. "ucap Ima lagi.
"Iya bawel. "balas Ali tertawa kecil.
Setelah melepas Ali pergi, Ima pun kembali mengurus Adiba. Ima memang tidak mempunyai pembantu rumah tangga. Padahal Ali sudah sering menawarkan kepada Ima, tetapi Ima tetap menolak dengan alasan ia ingin mengurus Ali dan Adiba sendiri.
"Ya Allah, kenapa firasat hamba tidak enak ya. "gumam Ima.
Untuk menghilangkan keresahan hatinya Ima menyibukkan diri dengan memasak makanan kesukaan Ali.
Ketukan pintu pun terdengar, cepat-cepat Ima membukakan pintunya. Terlihat Ali yang sudah tersenyum kepadanya.
"Mas, kok cepat pulang? "tanya Ima penasaran. Tidak seperti biasanya, hari ini Ali benar-benar cepat pulang.
"Demi kamu bidadariku. Kan kamu tadi pengen aku pulang cepat. "ucap Ali kemudian berjalan ke arah Ima yang terlihat kebingungan.
"Hey sayang, kok kamu melamun. "ucap Ali yang berhasil membuyarkan lamunan Ima.
"Gak kok mas, yuk masuk. Aku udah bikin kue kesukaan mas. "ajak Ima.
Ali pun mengangguk dan berjalan dengan Ima. Ali menggendong Adiba yang sejak tadi menangis. Entah kenapa Ali merasa sedih jika harus berpisah beberapa hari ini dengan mereka. Ya, tepatnya Ali akan dikirim ke Palestina untuk mengobati saudara yang ada disana dalam beberapa waktu ini. Tapi Ali belum menceritakannya kepada Ima.
Ima menghampiri Ali yang sedang melihat Adiba tertidur pulas yang sudah puas menangis sejak tadi.
"Mas.. Aku mau nanya? "ucap Ima.
"Iya sayang, nanya apa? "balas Ali.
"Kemaren aku liat mas ngomong sama bang Hasbi serius amat, emang cerita apa sih mas? "tanya Ima lagi.
"Hmm mas sebenarnya mau bilang ke kamu, tapi... "balas Ali menggantung.
"Tapi apa mas? "ucap Ima yang sudah penasaran.
"Tapi.... Takut kamu marah? "ucap Ali.
"Ih mas, cepat bilang mas. "ucap Ima kesal mendengar Ali menggantungkan pembicaraannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diamku Mengikhlaskanmu [ Sudah Terbit ]
Teen FictionBisakah kau bayangkan daun yang layu bertahan pada ranting yang lemah dan disapa cuaca tak ramah? Aku wanita penuh dengan luka. Sudah berapa kali aku bilang, jangan singgah jika hanya untuk bermain-main. Aku sudah tau rasanya kehilangan. Jadi tak pe...