Khitbah Ali (1)

2.1K 144 3
                                    

"Untukmu yang kelak akan berada satu shaf di depanku. Izinkan aku menjadi setitik rindu diantara kening dan sajadahmu. Jadikan aku yang lebih dulu bermukim di dadamu sebagai doa, dimana namaku terlangitkan bersama ayat ayat cinta yang kau baca."

Hari ini Ima diminta untuk pulang cepat. Entah kenapa Ima pun sejak tadi penasaran.

"Pak, kok Abi nyuruh pulang cepat ya pak? "tanya Ima penasaran.

"Jadi nak Ima gak tau ya? "ucap Rusdy kembali.

"Gak pak. Emang ada apa ya pak? "tanya Ima lagi.

"Nak Ima tunggu aja. Ada tamu spesial. "ucap Pak Rusdy lagi.

Pak Rusdy adalah sopir pribadi keluarga Ima. Bapak tersebut sudah Ima anggap sebagai saudara Abinya. Ima begitu dekat dengan Pak Rusdy dikarenakan bapak itu sering bercerita tentang keagamaan bersama Ima. Dan istrinya pun pembantu rumah tangga di rumah Ima. Tapi mereka tidak pernah dianggap layaknya pembantu yang lain. Pak Rusdy dan istrinya diperlakukan seperti keluarga mereka sendiri.

"Tamu spesial pak? Tapi siapa? "tanya Ima lagi.

"Insha Allah, nak Ima bakalan tau kok. Nih kita udah sampai. "ucap pak Rusdy sambil memparkirkan mobilnya.

Ima pun melangkahkan kaki menuju rumahnya. Disana terlihat keluarganya sudah berkumpul. Hasbi dan Aisyah pun juga ada disana. Dan tunggu, ada satu keluarga yang Ima belum kenal. Tetapi kenapa banyak pasang mata melihat ke arahnya?

"Assalamualaikum." salam Ima.
"Wa'alaikumsalam. "jawab mereka serempak.

Ima menyalami orang tuanya dan seorang wanita paruh baya yang seumuran dengan uminya. Dan kepada yang bukan mahramnya, Ima menangkupkan tangannya dan menundukkan pandangannya. Tanpa sengaja Ima melirik ke arah Aisyah yang tersenyum dan menaik turunkan alisnya.

Jadi kedatangan kami disini, ingin membicarakan niat baik kami yaitu mengkhitbah putri bapak untuk anak saya,  Ali. "Malik.

Deg. Demi apa, jantung Ima ingin melompat keluar. Siapa tadi? Ali?

Ima pun mendongak ketika nama Ali disebut. Dengan cepat ia menundukkan pandangan, tidak bisa dipungkiri lagi Ima dibuat cemas tak karuan. Mengapa ia dipertemukan dengan seseorang yang namanya sama dengan cinta pertamanya. Melihat sosok yang dihadapannya pun mengingatkan Ima akan sosok kak Ali. Wajah teduhnya, senyum tulusnya, dan sikap lembutnya. Seakan pikiran itu tak bisa ditepis jauh-jauh.

"Untuk lebih jelasnya, biar anak saya yang berbicara. "sambung Malik, abinya Ali.

Ali pun mengambil nafas dan mulai mengeluarkan suara.

"Bismillah, nama saya Ghali Abdullah Rasyid , kedatangan saya dan keluarga disini ingin menyampaikan niat baik, yaitu mengkhitbah putri bapak yang bernama Fatimah Azkandriya Milaikha untuk menjadi istri saya. Ibu dari anak-anak saya kelak. Insha Allah, saya akan membimbing Aisyah ke syurga-Nya. " ucap Ali mantap. Sebelumnya, Ali mengetahui nama calon istrinya itu dari uminya yang kebetulan sudah mengenal umi Ima sejak kecil.

Ima terdiam memaku. Semua pasang mata pun melihat ke arahnya. Jujur saja Ima tidak bisa. Ia takut tidak bisa menjalankan pernikahan ini dengan baik. Tapi sampai kapan ia harus menolak lamaran lelaki. Sudah cukup ini lamaran terakhir yang akan ia temui. Mungkin ini salah satu cara Allah dalam berkata kepada Ima bahwa ini adalah jalan terbaik untuk hidupnya.

Dalam Diamku Mengikhlaskanmu [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang