Kebahagiaan Hakiki

1.8K 130 0
                                    

"Sebab yang ditakdirkan bersama takkan pergi kemana-mana. Dia akan selalu disana menunggu.
Sebuah nama yang berdiri tepat disamping namamu di Lauh Mahfudz."

Dua tahun kemudian....

Terlihat sepasang suami istri yang sibuk mengurus anak mereka, Adiba Khanza Milaikha yang baru berusia 8 bulan. Anak mereka cantik, seperti Ima.

"Sayang, kita tidur dulu ya. "ucap Ima sambil menggendong bayi mungil itu.

Ali tersenyum melihat istri dan anaknya itu. Sungguh rasa syukur selalu ia ucapkan atas kehadiran mereka berdua. Setiap rintangan kecil atau pun besar, dapat dilalui oleh mereka berdua.

"Adiba udah tidur, umi? "tanya Ali.

"Iya Abi, ini Adiba mau tidur. "balas Ima menirukan suara anak kecil.

Setelah memastikan Adiba tertidur, Ali dan Ima pun juga akan beristirahat.

"Aku bahagia. "ucap Ali melihat lurus ke depan.

Ima tersenyum melihat ke arah suaminya.

"Aku juga bahagia, mas. "timpal Ima.

"Aku sangat bersyukur dibersamakan dengan kamu. Wanita yang telah dipersiapkan Allah untuk mau menemani langkahku menuju syurga Allah. "ucap Ali menoleh ke arah Ima.

"Begitupun dengan aku mas. Aku berharap, bahkan maut pun tak dapat memisahkan kita karena kita akan dipertemukan di syurga-Nya. Terima kasih mas udah mau bimbing aku hijrah bareng. "tambah Ima.

"Sudah kewajiban mas, Ima. "ucap Ali tersenyum haru.

"Mas, aku boleh nanya gak? "ucap Ima.

"Tentu sayang. "balas Ali.

"Kenapa mas milih aku? Padahal mas kan gak tau kalau aku cinta pertama mas? "ucap Ima.

"Karena mas yakin bahwa sekeras apapun kita ngejar sesuatu yang bukan ditakdirkan buat kita dia akan tetap pergi. Dan ketika mas tak menemui kehadiran bidadari itu mas langsung dijodohkan Abi. Tapi mas gak keberatan. Pas mas lamar kamu aja mas terharu dengan alasan kamu mau milih jurusan PAI. Disana mas bisa nilai kalau kamu seorang wanita yang baik. Dan mas pernah baca kata-kata dari khulafaurrasyidin Umar Bin Khattab "Jangan berlebihan dalam mencintai sehingga menjadi keterikatan, jangan pula berlebihan dalam membenci sehingga membawa kebinasaan. Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku. "balas Ali penuh kelembutan.

"Ana Uhibbuka Fillah, mas."peluk Ima sambil menangis.

Betapa sedihnya Ima bahwa ia pernah melabuhkan cinta pertamanya kepada Ali yang lain. Sedangkan Ali, suaminya selalu menjadikan ia sebagai wanita pertama dan terakhir dalam hidupnya.

"Ahabbakalladzi Ahbabtani Lahu."balas Ali.

Ima tidak pernah memberitahu Ali tentang masa lalunya. Bagi Ima semuanya sudah berlalu, dan Ima sudah mengemas rapi segala kejadian itu. Bagaimana pun Ima tak mungkin memberitahu Ali perihal ini. Untuk apa menangisi masa lalu karena hakikatnya sesudah senja pun kita akan menjadi masa lalu. Ali suaminya selalu mengingatkan itu kepada Ima. Ima akan memperbaiki hari-harinya sebelum mejadi masa lalu.

Dalam Diamku Mengikhlaskanmu [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang