"Wanita itu kebanyakan kalah dengan perasaannya meskipun sudah shalihah. Makanya ketika wanita sudah pandai mengatur perasaannya dia akan menjadi wanita yang shalihah dalam menjalankan agamanya. "
Pagi ini Ali hanya dapat menatap Ima dalam diamnya. Ia ingin membuka pembicaraan, tetapi Ima hanya diam seperti menghindar. Ali teringat bahwa puncak terlelahnya seorang wanita adalah diam. Ali berpikir sikapnya yang manakah yang membuat Ima Lelah?
"Ima. "sapa Ali.
Ima hanya melirik sekilas dan terdiam lagi.
"Kalau ada masalah jangan dipendam. Kalau bisa dibicarakan baik-baik, mengapa kita harus saling diam dan berujung menghindar? "ucap Ali penuh kelembutan. Di lubuk hati terdalam berharap Ima merespon ucapannya.
Lagi-lagi Ima hanya menunduk dan menahan air matanya.
"Ya udah, mas gak maksa, tapi habis kamu ngajar mas harap kamu ceritakan apa yang kamu rasa. Kita akan selesaikan bersama-sama. "tambah Ali lagi.
Sebelum berangkat ke rumah sakit, Ali mengantarkan Ima terlebih dahulu. Di sepanjang perjalanan, Ima hanya melihat ke arah luar. Ali hanya menghembuskan nafas gusar. Kenapa Ima dari tadi hanya diam.
"Sudah sampai. Nanti pulang biar mas yang jemput ya. "ucap Ali.
Ima hanya mengangguk dan menyalami Ali lalu berjalan begitu saja.
Diamnya seorang wanita lebih seram dari perperangan. Ketika seorang wanita cerewet dan merajuk itu perkara normal. Itu tandanya proses ketidaksesuaian hati. Namun apabila seorang wanita itu mulai berdiam, itu tanda hatinya sudah mulai tawar dan sangat kecewa sehingga berasa tidak perlu berkata apa-apa lagi. Dan disaat itulah laki-laki harus pandai-pandai bersikap.
Kalimat itu terus berputar-putar di otak Ali. Ia takut tanpa sengaja telah melukai hati Ima. Namun dengan Ima hanya diam Ali pun tak tahu seperti apa yang harus dilakukan agar Ima mau berbicara dengannya.
Siang ini Ali akan menjemput Ima. Ali meminta Hasbi yang menggantikan pekerjaannya sebentar. Ali hanya ingin semua masalah selesai hari ini. dan sebenarnya, hari ini Ali pun diminta pihak kampus untuk mengajar sebagai dosen. Namun, Ali meminta rekan dosen yang lain untuk menggantikannya. Bisa dikatakan sejak menikah dengan Ima, Ali hanya fokus bekerja sebagai dokter. Dengan kecepatan sedang, Ali pun mengendarai mobilnya.
Sampai di tempat yang dituju, ternyata Ima telah menunggu di halte bersama teman dekatnya, Naira. Ali pun keluar membukakan pintu mobil untuk Ima masuki, tapi Ima terdiam sejenak melihat Ali melirik sekilas ke arah Naira tanpa berbicara sepatah kata pun.
Hati Ima makin terasa perih. Kejadian kemarin masih terekam indah di memorinya bagaikan sebuah lagu menyebalkan yang terjebak berulang-ulang dalam pikirannya. Mengapa Ali dan Naira bisa menutupi sedemikian rupa terhadap dirinya, pikir Ima.
Setelah masuk mobil, Ima hanya diam. Dan Ali pun tak langsung mengendarai mobilnya. Ima melirik Ali, ternyata sejak tadi Ali pun melihat ke arah Ima.
"Masih sanggup bertahan dalam diam. "ucap Ali.
Hening.
"Ya udah, aku tunggu sampai dirumah."sambung Ali dan langsung melajukan mobilnya.
"Masss... Berhenti. "ucap Ima keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diamku Mengikhlaskanmu [ Sudah Terbit ]
Teen FictionBisakah kau bayangkan daun yang layu bertahan pada ranting yang lemah dan disapa cuaca tak ramah? Aku wanita penuh dengan luka. Sudah berapa kali aku bilang, jangan singgah jika hanya untuk bermain-main. Aku sudah tau rasanya kehilangan. Jadi tak pe...