"Ada suatu waktu yang akhirnya membuatmu paham bahwa beberapa bahagia tak perlu diberi nama. Kamu hanya tahu bahwa dengan bersamanya kamu ingin hidup sebaik-baiknya, sudi menangis dan tertawa bersamanya lebih dari selamanya. "
Ali tak henti mengucapkan syukur atas nikmat yang Allah berikan kepada-Nya. Ia sangat bahagia, bahkan teramat bahagia. Rencana Allah adalah sebaik-baik rancangan. Ali sangat senang dia yang menjadi keinginannya dimata Allah menjadi dia yang juga Ali butuhkan.
Begitupun dengan Ima. Ia sungguh berterima kasih atas segala yang terjadi dalam hidupnya. BerIma mulai membuka lembaran diary yang rasanya sudah lama tak tercoret. Ia mulai merangkai kata demi kata menjadi sebuah kalimat.
Untukmu Imamku, Ali.
Ana Uhibbuka Fillah...
Beribu maaf kuucapkan padamu
Maaf sudah pernah menyebut Ali lain dalam do'aku,
Maaf belum bisa menjadi istri seperti yang kau inginkan,
Maaf atas diamnya diriku terhadapmu,
Maaf telah melabuhkan hati ini kepada orang yang salah,..Untukmu Imamku, Ali.
Beribu kasih ku ucapkan padamu.
Terima kasih telah memilihku sebagai wanita pertama yang bermukim didadamu,
Terima kasih telah menerima segala kekurangan dalam hidupku,
Terima kasih atas segalanya yang takk bisa kutulis satu per satu.Untukmu Imamku, Ali.
Mencintaimu dalam diam dan menjagamu dalam doa adalah caraku merayu Rabbku agar aku mendapatkan kunci untuk membuka pintu hatimu yang selama ini kau tutup rapat untuk siapa pun.
Hingga kini saatnya tiba, aku dapat memasuki pintu itu,
Akan kukunci dari dalam dan kupatahkan kuncinya.
Memastikan tak akan ada lagi seorang pun yang masuk.Ima pun mengakhiri coretan aksaranya. Lalu terdengar knop pintu terbuka.
"Kamu lagi apa? "tanya Ali yang tiba-tiba sudah berada di belakang Ima.
Ima pun terkejut dan langsung memasukkan diary itu ke lacinya setelah memastikan terkunci."Ya udah, jadi kan hari ini? "ucap Ali sambil mengelus pucuk kepala Ima.
"Iya mas, jadii. "balas Ima memperlihatkan dua jempolnya.
Sifat Ima yang asli makin lama makin terlihat. Ali tak menyangka saja kalau istrinya itu sungguh ceria. Kalau diluar, istrinya itu bak putri malu yang selalu menunduk. Ali sungguh lucu melihat semua sifat istrinya itu.
Hari ini mereka berjanji mau masak bareng. Ali ingin membuatkan nasi goreng spesial buat Ima. Perjanjian awalnya, Ima akan bantu-bantu Ali dulu buat masak, tetapi akhirnya Ali menolak. Ia ingin bidadarinya duduk manis menanti masakan spesial yang akan dipersembahkan untuk istrinya itu.
"Mas, aku jadi gak enak nih, masak kamu sendiri aja. "ucap Ima merengek.
"Ya Allah, istriku ini.... Gak papa sayang, kan mas yang minta."ucap Ali meyakinkan Ima.
Ali pun langsung saja menggendong Ima untuk duduk di sofa ruangan keluarga. Dan Ima hanya mengangguk pasrah dengan semua ini.
Selama Ali memasak, Ima mengintip suaminya itu. Betapa bahagianya Ima ditakdirkan dengan Ali. Lelaki yang penuh kelembutan terhadap Ima. Bahkan Ima merasa jatuh cinta setiap hari kepada suaminya itu.
"Masakannya telah selesai. "ucap Ali menirukan gaya ala chef handal.
"Masya Allah, suamiku... Aromanya aja udah enak. "ucap Ima takjub.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diamku Mengikhlaskanmu [ Sudah Terbit ]
Teen FictionBisakah kau bayangkan daun yang layu bertahan pada ranting yang lemah dan disapa cuaca tak ramah? Aku wanita penuh dengan luka. Sudah berapa kali aku bilang, jangan singgah jika hanya untuk bermain-main. Aku sudah tau rasanya kehilangan. Jadi tak pe...