"Kau mungkin takkan pernah tau betapa terlukanya Aamiinku saat kuhapus paksa namamu dalam doa. "
Pernikahan Ali dan Zahra pun berlangsung hari ini. Jika boleh memilih Ima tidak ingin datang ke acara itu. Namun, ia pun tidak ingin menjadi manusia yang egois. Dan Ima pun tau hukum mendatangi walimatul ursy ini.
Dasar hukum perintah untuk menghadiri walimah pernikahan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiyallahu anhu dari Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam : إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْوَلِيْمَةِ فَلْيَأْتِهَا Jika seorang dari kalian diundang ke walimah, maka hendaklah mendatanginya.
[1] Dan dalam hadits lain, Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: وَمَنْ تَرَكَ الدَّعْوَةَ فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَرَسُولَهُ n Siapa yang meninggalkan undangan tersebut, maka ia telah mendurhakai Allah dan Rasul-Nya.
[2] Hadits-hadits diatas menunjukkan wajibnya mendatangi undangan walimatul urs. Inilah yang masyhur dari perkataan para Ulama. Dalam madzhab Syâfii, hukum menghadiri undangan walimatul urs adalah wajib. Imam Nawawi rahimahullah berkata, Menghadiri undangan walimah itu diperintahkan, namun apakah wajib ataukah sunnah, ini yang diperselisihkan. Pendapat yang terkuat dalam hal ini dalam madzhab Syâfii, menghadiri undangan walimah itu fardhu ain bagi setiap yang diundang. Namun, undangan tersebut menjadi gugur, jika ada udzur.
[3]. Akan tetapi, kewajiban tersebut terikat dengan beberapa syarat: 1.Walimah seorang Muslim, sebagaimana sabda Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam : Apabila salah seorang saudara kalian mengundang saudaranya (sama saja) apakah undangan walimah urs atau semisalnya, maka datangilah
[4] Syaikh Muhammad al-Utsaimîn rahimahullah berkata, Kalau seandainya engkau memiliki tetangga non-muslim yang meyelenggarakan pernikahan, dan mengadakan walimah lalu mengundangmu, maka hukum menghadirinya adalah mubah (diperbolehkan), tidak wajib. Karena memenuhi undangan orang non-muslim hukumnya boleh, kecuali didalamnya terdapat syiar-syiar agama (mereka), begitupula dalam hari raya mereka, maka menghadiri undangannya tidak diperbolehkan (diharamkan).
[5] 2. Mendapatkan undangan secara khusus melalui telepon, kartu undangan atau semisalnya. Adapun undangan bersifat umum, maka tidak termasuk wajib, karena bersifat fardhu kifayah. Syaikh Muhammad al-Utsaimîn t berkata,Apabila kartu undangan walimatul urs ditujukan untuk semua orang, tidak ditentukan siapa yang diundang, maka mungkin dapat dikatakan ini adalah undangan bersifat umum, sehingga tidak wajib memenuhi undangan seperti ini. Akan tetapi, jika dia yakin bahwa dialah yang diundang, maka memenuhi undangan ini menjadi wajib, karena ini sama saja dengan undangan dari lisan si pengundang. [Lihat Al-Qâulul Mufîd alâ Kitâbit Tauhîd] 3. Tidak terdapat kemungkaran, kecuali hendak mengingkarinya. Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu berkata, Aku pernah membuat makanan. Lalu kuundang Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam untuk menyantapnya. Beliau pun datang lalu melihat di dalam rumah ada gambar-gambar (makhluk bernyawa).Beliau pun kembali. Ketika ditanya alasan Beliau kembali, Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّفِيالْبَيْتِسِتْرًافِيْهِتَصَاوِيْرُ،وَإِنَّالْمَلاَئِكَةَلاَتَدْخُلُبَيْتًافِيْهِتَصَاوِيْرُ Di dalam rumah itu ada satir yang bergambar. Sungguh malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang ada gambar-gambar di dalamnya.
[6] 4. Tidak ada udzur yang menghalangi hadir, seperti sakit, safar, atau mendapatkan undangan sebelumnya ke tempat walimah lainnya.
Ima pun mengikuti keluarganya yang sudah siap untuk berangkat. Walaupun terasa berat dengan semua ini ia harus bangkit. Sampai kapan ia menangisi sesuatu yang jelas-jelas hanya membuat dirinya tersiksa bahkan sia-sia.
Sepanjang perjalanan pun Ima hanya diam tak banyak bicara seperti sebelumnya. Abi pun memecahkan keheningan yang tercipta.
"Kamu kapan nih mau nyusul Hasbi? "tanya Abi.
"Doakan secepatnya Abi. "jawab Hasbi mantap.
"Udah ada calonnya? "tanya Umi lagi.
"Alhamdulillah, Hasbi udah mantap buat ngelamar dia Abi, Umi. Hasbi udah sholat Istikharah dan jawabannya tetap dia. "
"Siapa nak? "tanya Umi dan Abi yang penasaran.
Ima pun angkat bicara untuk memecahkan keheningan dirinya sendiri.
"Umi Abi gak sadar ya kalau abang tu cintanya sama Aisyah."kekeh Ima.
"Masya Allah, benar Hasbi. Jadi Aisyah jadi menantu Umi nih. "ucap Maryam antusias.
Hasbi pun hanya tersenyum.
"Kalau begitu besok malam kita pergi ke rumah Aisyah untuk menyampaikan kabar baik ini. "ucap Abi memutuskan.
"Akhirnya Aisyah jadi kakak ipar Ima juga. "ucap Ima tertawa kecil."Jodoh ini benar-benar tidak tertebak ya. Teman kecil pun bias menjadi teman hidup." kekeh Umi.
"Iya Umi." jawab Hasbi.
***
Setelah sampai tempat pesta pernikahan, Ima hanya mengikuti kemana pun Abi dan Uminya jalan. Hasbi udah mengajak Ima menuju tempat pengantin baru namun Ima tak merespon. Langsung saja Hasbi menarik tangan adeknya itu untuk menemaninya. Setelah bertemu dengan Ali dan Zahra, Hasbi pun menyalami pengantin baru tersebut dan diikuti oleh Ima juga.
"Hey, Hasbi kapan nyusul?"tanya Ali.
"Doain secepatnya Li. "balas Hasbi tersenyum.
Ima menatap Zahra dan tersenyum penuh arti pada Zahra.
"Selamat ya kak. "hanya itu yang bisa Ima ucapkan.
"Iya, makasih Ima. Kamu kapan nyusulnya nih. "tanya Zahra bukan bermaksud menyinggung perasaan Ima, tetapi sekadar berbasa-basi saja.
"Hm kalo jodohnya udah ngelamar aja kak. "jawab Ima dengan cengiran khasnya.
Zahra pun membalas senyuman Ima yang belum pudar dari tadi. Memang iya, Ima gadis tangguh. Ia pun mengerti dengan perasaan Ima saat ini. Bahkan sangat mengerti. Tapi apa boleh buat. Zahra pun hanya menjalani apa yang telah ditakdirkan-Nya.
Melihat Zahra dan Ima berbincang-bincang membuat hati Ali tidak baik-baik saja. Disatu sisi ia merasa bersalah kepada Ima karena telah mengkhianatinya, dan disisi lain Ali merasa bersalah kepada Zahra yang belum bisa menumbuhkan cinta kepadanya yang jelas-jelas sudah menjadi kekasih halalnya.Ditengah percakapan mereka, terlihatlah ustadzah Aiza yang menghampiri mereka. Dan mengajak untuk berfoto bersama. Awalnya Ima menolak, tetapi karena dipaksa Hasbi ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Anggap saja ini dilakukan Ima untuk menutupi kesedihan hatinya.
Cekrek...
Beberapa foto pun telah diambil. Terlihat disana senyum Ima begitu dipaksakan. Siapapun menilainya akan tau kalau Ima seperti orang yang sedang menampung beban berat. Dan foto yang lainnya terlihat senyum Ima yang mulai tulus. Ia berusaha menutupi segala perih dalam takdir ini. Tapi untuk saat ini yang tahu hanya Allah dan dirinya saja tentang hal ini. Yang Ima yakini adalah ia harus belajar mengerti bahwa sesuatu yang baik untuknya tidak akan Allah izinkan pergi kecuali akan diganti dengan yang lebih baik lagi.
Memang benar yang dikatakan banyak orang, "Terkadang bukan berarti dia tersenyum selalu bahagia, bisa jadi ia hanya tidak ingin terlihat lemah. Karena luka tersakit itu tercipta dari orang yang dianggap istimewa. "
Disaat seperti ini, Ima teringat sahabatnya Aisyah. Ima ingin menghubungi Aisyah, tetapi ponselnya tidak aktif. Dan Ima menunda untuk menghubungi lagi sampai selesai acara di pernikahan Ali dan Zahra. Bagi Ima acara ini sungguh lama, teringin rasanya untuk pulang lebih cepat. Namun, Ima hanya bias berpasrah sampai keluarganya selesai berbincang dengan keluarga Ali.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diamku Mengikhlaskanmu [ Sudah Terbit ]
Teen FictionBisakah kau bayangkan daun yang layu bertahan pada ranting yang lemah dan disapa cuaca tak ramah? Aku wanita penuh dengan luka. Sudah berapa kali aku bilang, jangan singgah jika hanya untuk bermain-main. Aku sudah tau rasanya kehilangan. Jadi tak pe...