Walimatul Ursy

1.9K 149 2
                                    

"Ya Muqollibal Qulub Tsabbit Qolbii 'Alaa Diniik.
Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, teguhkan hatiku pada Agama-Mu. Pertahankan cinta ini jika dia orangnya. Dan hilangkanlah cinta ini jika dia bukan takdirku. "

Hari ini tepat pernikahan Ima dengan Ali. Ima sungguh merasa gugup. Ia takut jika calon suaminya tidak lancar  mengucapkan ijab qobul atau bahkan lupa nama lengkap Ima. Semua kekhawatiran pun muncul dibenaknya.

Maryam memegang halus pundak Ima. Seketika Ima tersentak.

"Kamu kenapa sayang? "tanya Maryam.

"Gak kok Umi. Ima takut aja nanti Ali lupa nama Ima, atau ijab qobulnya gak lancar. "jawab Ima gugup.

"Hushh, kata-kata itu doa nak. Jadi jangan mikir seperti itu. Kamu mau Ali gak lancar ngucapin ijab qobulnya? "ucap Umi mengingatkan.

Ima langsung menggeleng kuat kepalanya.

Terdengarlah lantunan surah Ar-Rahman yang dibacakan oleh Ali.

Rasa gugup pun mulai menemani Ima. Suara Ali begitu merdu, bahkan hampir saja Ima menangis. Ima tak menyangka sosok yang bernama Ali yang dia kenal seorang hafizh Qur'an.

Setelah selesai membacakan surah Ar-Rahman, mulailah ijab qobul diucapkan.

Terdengar suara 'sah' serentak di seisi ruangan. Ima pun memeluk Uminya dengan erat.

"Tuh kan Ali lancar ngucapinnya. Selamat ya sayang, sekarang kamu udah jadi tanggung jawab suamimu. "ucap Maryam menangis.

"Tapi Ima masih mau tinggal sama Umi. Ima gak mau pisah sama Umi. "ucap Ima merengek.

"Kamu boleh kok sering main ke rumah Umi. "ucap Maryam sambil mengelus-elus kepala Ima yang tertutupi hijab.

Rasanya baru kemaren Ima sekolah dasar, sekarang pun Ima sudah menjadi istri. Maryam bahagia melihat anak bungsunya yang sudah besar, walaupun di lubuk hati terdalamnya sangat sedih melepas anaknya itu.

"Sekarang kita kebawah yuk. "ajak Maryam.

Semua tamu undangan melihat kedatangan Ima. Walaupun Ima mengenakan cadar, tetapi siapapun yang memandangnya tetap takjub terhadap Ima yang menutupi kecantikannya. Semua tamu acara menikmati suasana ini dengan bahagia. Setelah acara memasang cincin dilakukan dan dilanjutkan foto-foto bersama.

Ali dan Ima menerima salam dari tamu yang mengucapkan selamat kepada mereka. Sampai terlihat sepasang suami istri yang tak asing bagi mereka berdua. Ya, dia sahabat Ali dan cinta pertamanya Ima.

"Hai, Li. Selamat ya atas pernikahan kalian. Semoga sakinah, mawadah, warahmah. "ucap Ali menyalami Ali dan melirik sejenak kepada Ima yang menunduk.

"Aku gak nyangka Li. Ternyata Ima ditakdirkan Allah bersamamu. Tapi aku gak khawatir Li. Aku tau wanita sebaik Ima juga pantas bersanding dengan lelaki sebaikmu. "ucap Ali membatin.

"Ima, selamat ya."ucap Zahra yang memeluk Ima penuh haru.

"Makasih ya kak Zahra udah datang ke acara pernikahan Ima. "balas Ima tersenyum.

"Makasih ya buat kalian berdua udah datang ke acara kami. "balas Ali yang tersenyum kepada Ali dan Zahra.

Hari ini cukup melelahkan bagi dua insan yang baru bersatu dalam cinta ikatan halal. Kegugupan pun mulai menemani mereka saat ini. Selain tidak pernah berbicara secara langsung, mereka pun belum pernah mengenal.

Dalam Diamku Mengikhlaskanmu [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang