"Mengikhlaskanmu dalam diam terus melatihku untuk mencintaimu ikhlas tanpa tapi. "
Ali masih menatap Ima sejak kepulangan mereka tadi. Ima sebenarnya merasa risih ditatap seperti itu. Seolah-olah wajah Ali bergantian dengan mimpi buruk yang ia alami malam tadi. Menunggu Ali buka pembicaraan, Ima pun hanya mengedarkan pandangannya ke sembarang arah.
"Kamu dulu yang cerita atau aku? "tanya Ali.
"Mas duluan aja. "ucap Ima singkat.
Tanpa pikir Panjang Ali pun langsung bersemangat bertanya kepada Ima.
"Apakah kamu merasa proses belajar kita berhasil? "tanya Ali.
Ima kebingungan dengan pertanyaan Ali.
"Maksud aku, apakah kamu udah bisa menerima aku hadir dalam hidupmu? "tanya Ali memastikan.
Ima hanya diam. Tanpa aba-aba air matanya turun. Ima kembali terisak. Ia takut, perasaannya akan menyakiti hatinya kembali. Kejadian kemaren dan mimpi malam tadi selalu berputar-putar dalam pikirannya. Dan ada dua kemungkinan dari pertanyaan Ali kepada Ima. Kemungkinan pertama, Ali bertanya karena bisa jadi bahwa Ali sudah mencintai Ima. Dan kemungkinan selanjutnya yaitu kemungkinan yang menyakitinya bahwa Ali bertanya karena bisa jadi bahwa Ali mengatakan mencintai wanita lain. Ima sungguh dilema. Di satu sisi, Ima begitu yakin dengan mimpinya bahwa Ali mencintai Naira. Di sisi lain, Ima merasa bahwa Ali juga mencintainya setelah kata bidadari terlontar dari mulut Ali untuk Ima. Ima tidak tahu harus menjawab apa.
"Hey, aku gak memaksa kok untuk kamu menerima aku diwaktu yang cepat. Aku akan bersedia menunggumu di waktu yang tepat. "balas Ali perlahan.
"Apa? Menerima mas Ali? Apa aku tidak salah dengar?" ucap Ima membatin.
"Boleh aku mengungkapkan sesuatu? "tanya Ali kembali.
Ima hanya mengangguk.
"Ana Uhibbuka Fillah. "ucap Ali.
Air mata Ima tak dapat terbendung lagi. Sungguh hatinya sangat bahagia bahkan teramat bahagia. Ia hanya ingin memastikan apakah ucapan Ali tadi benar-benar secara sadar ia ucapkan.
"Kamu jangan nangis, aku gak ingin bidadariku nangis. Cinta pertama dan pelabuhan terakhirku kesedihan. "ucap Ali lagi yang berhasil membuat Ima mendongakkan pandangannya ke arah Ima.
"Iya kamu. Kamulah cinta pertamaku, seseorang yang dulunya membuatku jatuh cinta karena kebaikannya, seseorang yang selama ini aku cari, seseorang yang membuatku tersakiti merasa kehilangan dengan kepergiannya, dan seseorang yang telah tertulis di Lauh Mahfudz disamping namaku, seseorang yang kujuluki sebagai bidadari baik hati itu adalah istriku, kekasih halalku. "ucap Ali menangis haru.
Ima yang mendengarkan penuturan Ali pun langsung memeluk suaminya itu. Ia tak kalah bahagia dari Ali. Betapa beruntungnya Ima memiliki suami yang menjadikan Ima sebagai wanita pertama yang bermukim di dadanya.
"Kamu ingin tau ceritanya? "ucap Ali lagi.
Ima yang masih bertahan pada pelukan Ali pun mengangguk.
Seorang lelaki pun memperhatikan Ima sejak tadi. Hati pria itu sungguh bergetar melihat kejadian itu. Setelah memastikan kucing itu kenyang, Ima pun kembali ke posisi dia tadi dan melanjutkan makannya. Rintik-rintik hujanlah yang menemani suasana makan Ima dan Naira. Lelaki yg menatap Ima tadi pun mengurungkan niatnya untuk beranjak dari tempat itu karena hujan. Selain itu, rasa penasaran terlalu tinggi melihat bidadari baik hati pemberi kucing makanan. Ia merasa jatuh cinta pada pandangan pertama melihat bidadari baik hati itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diamku Mengikhlaskanmu [ Sudah Terbit ]
Teen FictionBisakah kau bayangkan daun yang layu bertahan pada ranting yang lemah dan disapa cuaca tak ramah? Aku wanita penuh dengan luka. Sudah berapa kali aku bilang, jangan singgah jika hanya untuk bermain-main. Aku sudah tau rasanya kehilangan. Jadi tak pe...