"Bukan bahagia yang membuat kita bersyukur, tetapi bersyukurlah yang membuat kita bahagia. Karena hidup itu semanis kita bersyukur. "
Setelah lama berjuang, akhirnya Hasbi dapat menyelesaikan pendidikannya sebagai dokter. Ia akan wisuda tepatnya minggu depan. Semua keluarga sangat bersyukur atas keberhasilan Hasbi. Dan mereka pun akan mengadakan syukuran atas nikmat Allah tersebut.
Hasbi mencari keberadaan adeknya. Ia begitu merindukan Ima. Sejak sibuk mengurus skripsi, ia merasa kurang perhatian pada Ima. Padahal Ima saja tidak merasa kalau perhatian Hasbi sedikit berkurang. Menurutnya, Hasbi abang satu-satunya yang sangat peduli dan begitu sayang kepada Ima.
"Hey, kok adek abang lagi melamun? "tanya Hasbi membuat Ima kaget.
"Astagfirullah bang, untung aja Ima gak punya riwayat penyakit jantung. "ucap Ima sambil mengelus dadanya.
"Iya, maafin abang. Oh iya, besok abang wisuda dek. "ucap Hasbi menyampaikan kabar gembira itu.
"Alhamdulillah, akhirnya abang bisa menyelesaikan pendidikan abang dengan baik. Ima senang dengarnya. "ucap Ima dengan ekspresi wajah yang tak bisa ditutupi lagi. Ia sungguh bahagia.
"Besok jangan lupa datang ya. Kalau bisa ajak juga Aisyah."kata Hasbi.
"Yah bang, Aisyahnya lagi keluar kota sama ayah dan bunda. Rencananya pun akan netap disana. "ucap Ima lesu.
"Oh, jadi ini yang bikin adek abang murung. Insha Allah habis kelar acara wisuda abang kita pergi kunjungi Aisyah. "ucap Hasbi menghibur adiknya itu.
Ima hanya mengangguk pertanda mengiyakan perkataan Hasbi.Acara yang dinantikan pun sudah tiba. Hasbi memang pintar, ia memperoleh nilai tertinggi dikalangan mahasiswa kedokteran lainnya. Setelah acara selesai, Hasbi tidak lupa mengabadikan momen bahagia ini. Ia mengambil beberapa foto dengan Umi, Abi, dan Ima. Tiba-tiba datang seorang wanita menghampiri Hasbi.
"Assalamualaikum kak Hasbi. Selamat ya kak."ucap wanita itu dengan senyum manisnya.
Hasbi terdiam mematung, entah apa yang dia rasakan saat ini. Langsung saja untuk menghilangkan kecanggungan, Hasbi menjawab salam wanita itu.
"Waalaikumsalam Aisyah.. Eh iya makasih ya."balas Hasbi dengan senyuman yang sedari tadi belum memudar.
"Ini kak dari Aisyah. "Aisyah memberikan sebuket bunga untuk Hasbi, dan Hasbi pun menerima bunga dari Aisyah.
"Syukron Aisyah. Kata Ima kamu mau pindah ke luar kota ya?. "ucap Hasbi.
"Gak jadi kak, mau disini aja sama nenek.
"Bagus dong. "ucap Hasbi spontan.
Ima yang sedari tadi memperhatikan percakapan Aisyah dan Hasbi tiba-tiba mempunyai ide baru, apalagi kalau bukan menjahili Hasbi.
"Cieee, kok bagus sih? "balas Ima menaikturunkan alisnya yang tebal.
"Maksud abang tu, ya bagus. Bagus iya, setidaknya Ima gak melamun lagi. "ucap Hasbi yang gelalapan.
Aisyah tertawa kecil melihat sikap Hasbi.
"Bagus buat Ima sama abang kan.. Bisa ketemuan terus sama Aisyah. Makanya cepat halalin Aisyahnya. "goda Ima.
Aisyah langsung mencubit lengan Ima menahan malu.
"Ih, Aisyah kan kompak ni dengan bang Hasbi, sama-sama kesal ke Ima. "ucap Ima memanyunkan bibirnya.
Aisyah dan Hasbi pun tertawa melihat Ima yang masih kekanak-kanakan. Ima memang jahil sama Hasbi ataupun Aisyah. Sangat bertolak belakang dengan sikapnya dengan orang lain. Diluaran sana Ima sangat pemalu. Seperti layaknya putri malu. Irit bicara, dan sangat penunduk. Pantas saja Ali mengatakan Ima gadis penunduk. Ya tepatnya menundukkan pandangannya agar tak menatap yang bukan mahramnya. Ngomong-ngomong tentang Ali bagaimana kabar lelaki itu? Sebenarnya dari tadi Ima memikirkan sosok itu. Anggap saja Ima sudah berusaha untuk tidak mengingat, tapi apalah daya Ima yang tetap saja mengingkan kabarnya walaupun hanya sekedar berbasa-basi. Selama ini Ima dan Ali cukup sering bersapa singkat di media sosial. Tapi entah mengapa akhir-akhir ini Ima merasa aneh saja dengan sosok kaum adam yang satu itu. Pasalnya Ali tidak ada lagi memberikan notif singkat favorit Ima .
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diamku Mengikhlaskanmu [ Sudah Terbit ]
Teen FictionBisakah kau bayangkan daun yang layu bertahan pada ranting yang lemah dan disapa cuaca tak ramah? Aku wanita penuh dengan luka. Sudah berapa kali aku bilang, jangan singgah jika hanya untuk bermain-main. Aku sudah tau rasanya kehilangan. Jadi tak pe...