Awal Yang Baru

6.7K 280 13
                                    


"Semua akan berlalu dengan semestinya, karena hidup itu akan mengalir seperti air. Tanpa kita sadari air mengalir ke tempat yang lebih rendah. Maka nikmati,  jalani,  dan syukurilah."

Hari ini sangat cerah. Mentari menampakkan sinar terangnya, langit memperlihatkan indahnya biru yang ia miliki, Udara pagi seolah belum tercemari oleh asap polusi kendaraan yang berlalu lalang. ya, kenikmatan hari ini menggambarkan perasaan wanita itu. Ia begitu bersyukur atas nikmat di pagi ini. Alhamdulillah, Allah masih memberikan udara gratis untuk ia hirup di setiap harinya. Dalam pikiran dan hatinya selalu teringat akan firman Allah, "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan? " (QS. Ar-Rahman/55). Ia sangat menyukai surah itu. Katanya, surah itu mengingatkan kita betapa besarnya karunia yang Allah beri kepada kita, tetapi kebanyakan manusia selalu kufur dalam menyadari nikmat tersebut. Ia teringat perkataan seorang ustadzah sewaktu ia pesantren.

"Apakah kalian mengetahui mengapa di dalam Surah Ar-Rahman/55, Allah berfirman "Fabiayyi aalaa irabbikuma tukadzibaan" sebanyak 31 kali?" ucap sang ustadzah.

Semua tertegun, pertanda tidak ada yang tahu.

"Anak-anakku, hakikat manusia itu adalah lupa. Jadi Allah selalu mengingatkan kita betapa banyak nikmat yang telah Dia berikan melalui firman-Nya." tambah ustadzah itu dengan ramah.

Mengingat hal itu saja mampu membuat ia tersenyum lebar. Ia sungguh merindukan masa itu, teramat rindu.

" Ima, udah siap nak? " panggil wanita paruh baya yang merupakan ummi gadis tersebut.
"Iya ummi, Ima mau turun. " jawab gadis itu dengan lembut.

Gadis itu bernama Fatimah Azkandriya Milaikha, berusia 18 tahun. Anak bungsu dari pasangan yang bernama Maryam Bilqis dan Abdurrahman Milaikha. Ia mempunyai seorang kakak lelaki yang bernama Hasbi Khaliq Milaikha.

"Dek, lama banget sih, ntar telat loh. Kan gak mungkin mahasiswi baru telat. Malu dong. " ucap Hasbi mengejek adiknya.
"Ih, abang kebiasaan deh ngeledek Ima mulu. " balas Ima cemberut.

Orang tua mereka menyaksikan percakapan mereka dengan senyuman. Mereka bahagia telah memiliki sepasang anak yang sholeh dan sholeha seperti Hasbi dan Ima.

"Umi... liat tuh abang selalu aja ngeledek Ima kek gitu" balas Ima dengan memanyunkan bibirnya.
"Udah, kasian tuh adeknya Hasbi, udah merah pipinya digituin terus." balas Abi dengan tawa khasnya.
"Ih, Umii... "rengek Ima.
"Udah, jangan gangguin Ima mulu, berangkat lagi ke kampus, ntar telat lho. " lerai Umi.
"Ya udah, kami berangkat dulu ya Umi, Abi. Assalamualaikum. "ucap mereka serempak.
"Waalaikumsalam. " balas Abi dan Umi bersamaan.

***

"Dek, udah sampai."ucap Hasbi sambil menghentikan mobilnya di depan gedung kampus Ima.
"Iya bang. Ima pamit dulu ya." balas Ima.
"Ntar abang aja yang jemput Ima." tambah Hasbi lagi.
"Lho abang gak ke kampus ya? " tanya Ima
"Kebetulan hari ini lagi gak ada jadwal. " balas Hasbi.
"Ya udah, ntar Ima kabarin ya. Ima pamit dulu, Assalamualaikum. " ucap Ima sambil menyalami punggung tangan Hasbi.

"Waalaikumsalam." balas Hasbi.

Di sepanjang koridor kampus Ima berjalan sambil menunduk. Ima bukan sombong ataupun ketakutan, tetapi ini Ima lakukan untuk menjaga dirinya dengan senantiasa menjaga pandangan.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

هذا أمر من الله تعالى لعباده المؤمنين أن يغضوا من أبصارهم عما حرم عليهم، فلا ينظروا إلا إلى ما أباح لهم النظر إليه ، وأن يغضوا أبصارهم عن المحارم

Ini adalah perintah dari Allah Taala kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41)

"Ima.... "teriak seorang wanita.
Ima mengamati sekelilingnya untuk mencari sumber suara yang terasa tidak asing bagi dirinya.
"Masya Allah... Aisyaahh... "balas Ima sambil menghambur ke pelukan Aisyah.
"Ih, santai Ima, kangen ya. "balas Aisyah yang tak kalah erat membalas pelukan Ima.
"Iya, habis kamu sih bilang mau pindah ke luar kota, trus aku sama siapa. " rengek Ima bagaikan anak kecil yang menangis karena tidak dibelikan mainan oleh ibunya.
"Hehe, mulai deh, manjanya tingkat akut. " cengiran Aisyah.
Ima memang sangat akrab dengan Aisyah. Mereka bersahabat memang sudah sangat lama dan rumah mereka bertetanggaan, namun dipisahkan oleh beberapa rumah sekitarnya.

***

Setelah jam kuliah selesai, Ima dan Aisyah merapikan buku dan memasukannya ke dalam tas. Hari pertama kuliah sangat meyenangkan karena mereka kembali dipertemukan setelah pembatalan Aisyah yang berencana akan pindah bersama ayah dan bundanya ke luar kota. Aisyah urungkan niat itu karena ingin tetap tinggal di Bandung bersama sang nenek.

"Syah, pulang bareng aku yuk"ajak Ima.
"Hmm, gak merepotkan nih. " balas Aisyah.
"Ya nggaklah Syah, lagipula kan yang jemput bang Hasbi. " ucap Ima.
"Ha? Bang Hasbi, ya? " balas Aisyah kaget.
"Ih, kok kaget gitu sih. Emang kenapa? Malu ya?" goda Ima.
"Gak kok, emang bang Hasbi gak ngampus hari ini? tanya Aisyah.
"Kata bang Hasbi hari ini gak ke kampus, sih." jawab Ima.

Berberapa menit mereka menunggu, ternyata Hasbi datang.

Itu bang Hasbi. Yuk, kita kesana." tunjuk Ima ke arah mobil sambil berjalan menuju mobil Hasbi.

"Assalamualaikum, bang Hasbi." salam Ima dengan menyalami tangan Hasbi dan salam Aisyah sambil menangkupkan kedua tangannya diatas dada.
"Wa'alaikumsalam. Eh ada Aisyah. " balas Hasbi.
"Iya bang" ucap Aisyah tersenyum.
"Ya udah, kita berangkat yuk. " ajak Hasbi.

Ima dan Aisyah pun memasuki mobil dan Hasbi mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Selama dalam perjalanan pulang, terdengar canda tawa dari Ima dan Aisyah yang membuat Hasbi senyum bahagia. Hasbi merasa Aisyah adalah sahabat yang tepat bagi Ima.

"Ima kamu ingat gak waktu di pesantren kamu nangis karena kangen Ummi?"goda Aisyah dengan menaikturunkan alisnya.

"Ih, apaan sih, Syah. Itu dulu pas kita baru masuk." balas Ima malu.

"Aku sampai ketawa ngingatnya, lho. Kamu bilang ada beberapa barang yang ketinggalan di rumah. Modus biar bias nelfon Ummi." balas Aisyah dengan semangat. Saking semangatnya, mereka lupa kalua ada Hasbi yang memperhatikan mereka. Hasbi menggeleng kepala melihat tawa bahagia mereka,

"Ih, Aisyah.. Aku kan jadi malu. Kamu juga pernah nangis pas sandal kamu hilang." Ima membalas.

"Hahaha....kok aku lucu aja dengarnya, ya." balas Aisyah santai yang membuat Ima gagal membuat Aisyah malu.

Diam-diam Hasbi tergelak melihat tingkah keduanya. Mereka berdua sungguh sahabat yang tak terpisahkan. Semoga persahabatan mereka berlanjut ke surga-Nya.

"Aisyah, udah sampai." ucap Hasbi.

"Iya bang. Ima sama bang Hasbi gak mau mampir dulu ke rumah Aisyah?"tawar Aisyah.

"Gak usah dulu, Syah. Nitip salam buat ayah dan bunda, ya."balas Hasbi yang diangguki oleh Ima.

"Baik, bang. Assalamualaikum." pamit Aisyah.

"Wa'alaikumsalam." balas Ima dan Hasbi bersamaan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih untuk para pembaca ceritaku.
Sehat selalu buat kalian semua. Aamiin.😇

Dalam Diamku Mengikhlaskanmu [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang