Melupakan

2K 151 7
                                    

"Ketika kau rasa rindu di dada telah sedemikian hebatnya dan kau tau bahwa tidak ada alasan untuk bertemu. Sebab kau tau dia yang kau cinta, tak lagi merindukanmu. Bukankah satu-satunya adalah berdoa memohon agar diberi lupa. "


Hari ini Ima akan mengajar lagi di yayasan  Abinya. Ima sangat antusias mengajar anak kecil yang semangatnya masih membara. Perlahan rasa sedih dihatinya pun memudar. Dan Ima selalu menikmati prosesnya. Setelah selesai mengajar, Ima diajak oleh seorang wanita yang juga mengajar di yayasan Abinya untuk membeli makanan di sekitar yayasan itu. Namanya adalah Naira. Dia lumayan dekat dengan Ima. Kedekatan mereka ini dikarenakan Naira memiliki sifat yang hampir sama dengan Ima.

Mereka memilih sebuah kedai yang menjual pecel lele. Walaupun Ima tergolong orang berada, tetapi ia tidak malu untuk jajan di tepi jalan atau kedai seperti saat ini.

Ketika mereka sedang makan, terdengar suara kucing meminta makanan. Ima pun mencari keberadaan kucing itu. Ima berjalan menuju ke arahnya dan tak lupa Ima memesan satu porsi pecel lele lagi. Dengan begitu tulus, Ima hampiri kucing itu dan memberinya makanan yang baru dipesan Ima, bukan sisa makanan Ima.

Seorang lelaki pun memperhatikan Ima sejak tadi. Hati pria itu sungguh bergetar melihat kejadian itu. Setelah memastikan kucing itu kenyang, Ima pun kembali ke posisi dia tadi dan melanjutkan makannya. Rintik-rintik hujanlah yang menemani suasana makan Ima dan Naira. Lelaki yg menatap Ima tadi pun mengurungkan niatnya untuk beranjak dari tempat itu karena hujan. Selain itu, rasa penasaran terlalu tinggi melihat bidadari baik hati pemberi kucing makanan. Ia merasa jatuh cinta pada pandangan pertama melihat bidadari baik hati itu.

Setelah Ima menyelesaikan makannya, Ima memilih duduk sebentar sambil menunggu hujan mereda. Selain itu, jemputan Ima pun belum datang. Dari kejauhan Ima pun melihat sosok anak kecil yang sedang kedinginan membawa sekantong kue.

"Adek kecil, sini berteduh. Hujannya lebat. "ucap Ima sambil melambaikan tangannya.
Adek kecil itupun menuruti Ima dan menunduk lesu ke arah Ima.
"Adek udah makan? "tanya Ima lagi.
Ia hanya menggeleng. Ima pun menyuruh anak sekitar usia 7 tahun itu untuk duduk dan memesan makanan untuk adek kecil itu.
"Namanya siapa? "tanya Ima lagi.
"Aku Amira kak. "balasnya.
"Kamu kok sendirian aja dek? Orang tuanya mana? "tanya Ima khawatir.
"Kata nenek, ibuk sama bapak udah bahagia di Syurga-Nya kak. "ucap anak polos itu lagi.
Air mata Ima pun menetes, dan sesegara mungkin ia menghapusnya. Ima menyuruh adek kecil itu untuk makan. Dan terlihat kalau ia sungguh kelaparan.
Naira pun minta izin kepada Ima untuk pulang lebih dulu karena sudah dijemput.
Setelah adek kecil itu menghabiskan makanannya hingga tandas, Ima pun kembali bertanya kepada adek kecil itu.
"Kamu udah sekolah belum dek? "tanya Ima sambil mengelus kepada adek kecil itu yang tertutup hijab.
"Kata nenek kalau nenek udah sembuh baru aku sekolah kak, itupun kalau ada uang."ucap adek kecil itu dengan raut sedih.
"Nenek kamu sakit ya? Udah berobat? "tanya Ima memastikan.
"Iya kak, aku lagi jualan kue buat beli obat nenek. Kakak mau beli? "tanya adek kecil itu sambil menunjukkan kresek berisi makanan.
"Kakak beli semua ya."ucap Ima yang tak berhasil menahan cairan bening yang keluar pada kelopak matanya.
"Yeyyy kakak baik hati mau beli kue Amira. "ucapnya girang.

Setelah itu, Ima memesan satu porsi makanan lagi untuk nenek adek kecil itu dirumah. Setelah selesai, ia pun pamit kepada Ima dan memeluk Ima. Ima menangis memeluk adek kecil itu dengan penuh kasih sayang.

Dibalik kejadian itu, ada sorot mata yang senantiasa memperhatikan Ima sejak tadi. Sudah dua kali dalam satu hari Ima membuat lelaki itu jatuh hati pada kebaikannya. Lelaki itu ingin menghampiri Ima untuk sekadar bertegur sapa. Namun, ia urungkan niat itu karena Ima telah dijemput.

Dalam hati lelaki itu berkata, "Ana Uhibbuka Fillah bidadari baik hati. "ucap lelaki itu sambil tersenyum tulus.

Yang ada dibenak lelaki itu adalah bagaimana ia bisa untuk bertemu dengan bidadari baik hati itu lagi. Lelaki itu sangat mengagumi sifat wanita itu. Ya, tepatnya wanita itu adalah Ima. Di zaman sekarang sangat sulit mencari seseorang yang tulus berbuat kebaikan. Zaman millenial ini terkadang berbuat baik dijadikan ajang untuk mendapatkan pujian dari manusia. Padahal hakikat sebenarnya adalah tidak perlu resah jika manusia tidak mengenalmu, kamu tidak akan rugi jika tidak dikenal manusia. Asalkan dimata Allah kamu selalu terkenang.

"Semoga kita akan dipertemukan kembali oleh Allah bidadari baik hati. Fii Amanillah. "Lagi-lagi ucap lelaki itu tersenyum sendiri.

Lelaki itu pun meninggalkan tempat itu menuju mobil dan melaju untuk pulang ke rumahnya. Hari ini ia sungguh bahagia. Mulai dari besok ia akan mencari tau identitas bidadari baik hatinya itu.

Setelah Ima sampai dirumah, ia pun bergegas membersihkan tubuhnya yang sudah saharian beraktifitas. Setelah rapi-rapi, Ima mendaratkan badannya di sofa kamarnya, lalu ponselnya berdering pertanda ada telfon yang masuk.

"Assalamualaikum Imaaa..... "pekik wanita diseberang telfon memekik histeris.

"Wa'alaikumsalam kakak iparku. Santai kak, ntar budeg nih telinga adek iparmu."tawa Ima.

"Habis kamu sih jarang kesini. Aku kangen tauuu. "rengek Aisyah.

"Manja banget deh kakak iparku ini. "balas Ima.

"Kapan mau kesini? Aku mau nanya makanan favorit mas Hasbi dan hal lain yang belum aku ketahui."ucap Aisyah dengan tertawa kecil.

"Uluuh, sungguh perhatian kakak iparku ini. Bang Hasbi gak salah pilih istri nih. Aku kabarin lusa sama kamu. "tawa Ima.

"Okey. Aku tunggu ya. Ya udah adek iparku yang baik hati, Assalamualaikum. "ucap Aisyah mengakhiri.

"Wa'alaikumsalam kakak ipar idaman. "balas  Ima.

Ima pun kembali meletakkan ponselnya di atas nakas. Tetapi ponselnya kembali bergetar, pertanda ada notif masuk.

From:0822********
Assalamualaikum Ima.
Ini kak Zahra.
Besok kakak mau ngajak kamu
Pergi ke pengajian .
Kamu bisa kan?

Ima terdiam sejenak. Tidak ada alasannya untuk menolak ajakan Zahra. Zahra pun mengajaknya untuk menambah ilmu. Lagipula pergi ke rumah Aisyah pun lusa. Tapi kenapa Ima terasa berat terhadap ajakan Zahra? Benar saja, rasa egois masih melekat dihati Ima. Dengan sigap Ima mendorong kuat pikiran buruk tentang itu.  Ima tidak mau mencampurkan masalah pribadi dengan kebaikan Zahra terhadapnya.

From: Me
Insha Allah kak.
Ima ikut.
Kakak kirimin aja alamatnya,
besok Ima susul kak 😍

From: 0822********
Masjid Al-Furqon dekat
Pesantren Umi Aiza.
Kakak tunggu ya.

Setelah membaca alamat yang dikirim Zahra, Ima pun langsung merebahkan badannya dan terlarut membaca novel kesayangannya. Hidup adalah perjuangan yang harus kamu taklukan. Di dalam hidup akan selalu ada lika-liku perjalanan. Hidup sekali berarti lalu mati. Bukankah Allah tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuan hamba-Nya tersebut? Maka bersabarlah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dalam Diamku Mengikhlaskanmu [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang