Rapli pria itu sudah siap dengan seragam sekolahnya, seragam sekolahnya nampak tidak rapi. Bajunya keluar, dasinya hanya dikalungkan di lehernya. Rapli menenteng tasnya lalu menggendong tasnya disalah satu pundaknya.
Rapli berjalan ke ruang makan, disana Bella sedang menyiapkan sarapan untuk Alka. Rapli lalu duduk di kursi sebelah Alka. Rapli mengambil susu dan meminumnya.
"Rapli pamit ya!"
"Kamu gak sarapan dulu?" tanya Alka.
"Gak! Ntar dikira tong sampah lagi, gara-gara makan mulu," ucap Rapli sambil melirik Bella.
"Udah lah Pa, biarin aja! Nanti di kantin belum jam istirahat aja, udah pesen makan," sahut Bella.
"Ko emak gue tau ya?" batin Rapli.
"Terserah Mama deh, Rapli pamit ya," Rapli melangkahkan kakinya meninggalkan kedua orang tuanya.
"RAPLI! KAMU GAK CIUM TANGAN MAMA DULU, GAK SOPAN KAMU."
"Oh ya, lupa ma! Ini Rapli cium tangan mama," ucap Rapli sambil mencium tangan mamanya.
Rapli lalu pergi melangkahkan kakinya lagi.
"Rapli! Jadi kamu cuman cium tangan Mama aja, mulai besok jangan minta uang jajan sama Papah."
Suara tegas Papahnya, menghentikan langkah Rapli. Rapli menggaruk kepalanya yang tak gatal, lalu Rapli menghampiri Papahnya kemudian mencium tangan Papahnya.
"Ma, Pah. Rapli anakmu yang ganteng, pamit pergi ke sekolah ya."
"Hati-hati dijalan."
***
Zee akan masuk kedalam kelas, tiba-tiba seorang memanggil namanya. Zee menengok kebelakang melihat siapa yang memanggil dirinya."Gibran, ada apa?" tanya Zee.
Gibran Alzaegas teman Zee, sekaligus anak penerbit yang menerbitkan cerita-cerita yang Zee buat. Gibran juga editor Zee, kurang lebih 2 tahun Gibran menjadi editor Zee dan baru berapa minggu ini mereka dekat, karna mereka baru mengetahui bahwa mereka satu sekolahan.
"Gue mau bahas cerita yang mau lo terbitin lagi itu, kayaknya ada berapa yang harus di revisi dulu, ntar lo bisa kerumah gue?"
"Iya nanti Zee, kerumah Gibran."
"Mau gue jemput gak?"
"Gak usah, nanti Zee naik taksi aja," Gibran menganggukkan kepalanya, lalu mengacak-acak rambut Zee.
Zee hanya tersenyum, ia tidak marah kalo Gibran mengacak-acak rambutnya.
Dari kejauhan sosok pria, sedang menatap Zee serta Gibran. Pria itu mendengus kesal melihat keakraban Zee dengan Gibran.
"Siapa sih tuh cowok?"
Rapli yang sudah kesal akhirnya menghampiri Zee dan Gibran.
Rapli seolah-olah berjalan melewati mereka berdua, lalu Rapli pura-pura batuk.
"Aduh ko ada nyamuk pacaran disini sih," Rapli seolah-olah sedang menepuk nyamuk.
Zee maupun Gibran menatap aneh ke Rapli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Someone Writer [Completed]
Teen FictionCinta memang tidak harus memiliki. Tapi apa salahnya berjuang dulu siapa tau memang jodoh. Seorang gadis yang mempunyai hobby menulis, gadis yang realitanya mempunyai sifat pendiam, cuek, tidak perduli dengan sekitar. Gadis itu mencintai seorang cow...