Sudah tiga hari Zee tidak makan nasi dan juga tidak keluar rumah, Zee merasa nyaman berada di rumahnya di temani Inah yang sangat perhatian seperti neneknya. Inah sudah seperti Neneknya dan Zee sangat bersyukur bertemu dengan Inah.
"Nak Zee dari kemaren belum makan nasi loh, sekarang makan ya. Bibi gak mau nanti nak Zee sakit gara-gara gak makan. Sekarang nak Zee mau Bibi masakin apa? Nanti Bibi langsung buatin."
Zee tersenyum kearah Inah, Inah memang seperti Neneknya sangat perhatian. Zee memeluk tubuh Inah, Inah membalas pelukan Zee sambil mengusap kepala Zee.
"Nak kalo ada masalah cerita aja sama Bibi, siapa tau sedikit lega kalo cerita sama Bibi," Inah masih mengusap-usap kepala Zee dengan penuh kasih sayang.
"Zee cuman kangen Nenek ko," lirih Zee.
"Nenek kan udah tenang, Nenek sudah gak sakit lagi. Kalo Zee gak ikhlasin Nenek, nanti Nenek gak bakal tenang. Lagian gak baik mikirin orang yang sudah meninggal."
"Zee tau Bi, tapi susah buat lupain orang yang rawat kita dari bayi. Susah Bi, Zee udah coba buat gak mikirin Nenek, tapi Zee gak bisa! Setiap Zee sedih pasti Zee inget sama Nenek. Karna cuman Nenek satu-satunya orang yang sangat sayang sama Zee." Zee sudah ingin menangis, tapi Zee masih berusaha supaya air matanya tidak keluar.
"Apapun masalahnya nak Zee cerita aja sama Bibi, insyaallah Bibi siap dengerin keluh kesah nak Zee."
"Makasih ya Bi," lirih Zee.
"Iya, sama-sama. Sekarang nak Zee makan ya, gimana kalo Bibi masakin rendang kesukaan nak Zee," tawar Inah. Zee tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
"Ya udah Bibi masak dulu ya," Zee melepaskan pelukannya, Inah mencium puncak kepala Zee sebelum keluar dari kamar Zee.
Mata Zee berkaca-kaca saat Inah menciumnya, Zee berjalan untuk mengambil laptopnya lalu mulai mengetik berapa kalimat.
Kata orang cinta yang tulus itu cinta Ibu kepada anaknya, tapi menurut ku cinta yang tulus itu cinta seseorang yang bisa membuat kita tersenyum bahagia.
Bahkan orang lain bisa menjadi malaikat dalam hidup kita, seperti bintang yang berubah menjadi matahari.
Zee menutup laptopnya ketika Inah sudah memanggilnya, Zee melihat Inah yang sedang menyiapkan makanannya serta piring ke meja makan. Zee berjalan menghampiri Inah lalu duduk di kursi makan.
Inah mengambilkan nasi berserta lauknya ke piring Zee, Zee tersenyum karna perhatian Inah yang sama seperti neneknya.
"Mau Bibi suapin atau makan sendiri aja?" tanya Inah.
"Zee makan sendiri aja."
"Ya udah Bibi mau bersih-bersih dulu di dapur," Inah sudah ingin melangkahkan kakinya menuju dapur, tetapi Zee malah menyuruh Inah untuk makan bersamanya. Inah pun tidak jadi pergi ke dapur, Inah duduk disamping Zee. Zee mengambil makanan untuk Inah, lalu Zee menyuapi makanan kepada Inah. Mata Inah berkaca-kaca kemudian Inah menerima suapan dari Zee.
"Makasih ya nak," ucap Inah sambil mengusap rambut Zee.
Zee menganggukkan kepalanya, lalu melanjutkan makannya. Saat Inah dan Zee sedang menikmati makanan yang dibuat oleh Inah, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Zee menghentikan makannya untuk membuka pintu.
"Biar Zee aja yang buka, Bi Inah makan aja," suruh Zee sambil melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.
Zee membuka pintu tersebut, Zee sempat sedikit terkejut saat melihat Zetta dan Gevan yang sudah pulang. Gevan tersenyum kearah Zee sambil mengusap kepala Zee. Zee hanya diam sambil menatap Zetta dan Gevan secara bergantian.
"Zee, ko kamu diem aja? Kamu gak kangen?" Zee langsung memeluk tubuh Zetta dengan erat. Zee tentu saja kangen tapi Zee juga masih kecewa dengan Zetta.
"Ya udah yuk kita masuk, masa mau disini terus," suruh Gevan.
Mereka bertiga masuk kedalam, Inah yang melihat Gevan dan Zetta pulang langsung menghampiri mereka bertiga, Inah menundukkan kepalanya. Ia mereka tidak enak dengan nyonya dan tuan besarnya.
"Bi, tolong bawain barang-barang saya yang ada di mobil ya," suruh Zetta. Inah hanya menganggukan kepalanya, kemudian pergi untuk mengambil barang-barang majikannya.
Zee ikut pergi membantu Inah untuk mengambil barang-barangnya Zetta serta Gevan.
"Zee kamu mau kemana?" tanya Zetta.
"Bantuin Bi Inah," Zee pergi menghampiri Inah lalu membawa sebagian barang yang Inah bawa.
"Makasih banyak ya nak Zee," Zee hanya menganggukan kepalanya. Zee serta Inah membawa masuk barang Gevan serta Zetta kedalam rumah.
"Zee ini buat kamu, Ayah beli di London loh," ucap Gevan sambil memberikan paper bag kepada Zee.
Zee menerima paper bag pemberian dari Gevan.
"Makasih," lirih Zee.
"Oh ya Inah, saya dan suami saya kan sudah pulang. Jadi kamu gak usah rawat Zee lagi, makasih selama saya pergi kamu sudah rawat Zee," ucapan Zetta membuat Inah dan Zee terkejut. Zee sampai menjatuhkan barang pemberian dari Gevan.
"Ma, kenapa Bi Inah gak disini aja?" tanya Zee dengan suara gemetar.
"Zee, Mama masih sanggup rawat kamu, Mama gak perlu pembantu jadi biarin Bi Inah pergi."
"Tapi Zee udah nyaman sama Bi Inah, Bi Inah udah seperti malaikat kedua setelah Nenek bagi Zee," batin Zee.
"Terserah Mama aja," ucap Zee kemudian pergi masuk kedalam kamar.
***
Inah pergi ke kamar Zee sambil membawa barang-barangnya. Zee langsung memeluk tubuh Inah, Zee menangis dalam pelukan Inah. Inah juga meneteskan air matanya, Inah membalas pelukan Zee dengan erat."Jangan nangis ya sayang, nak Zee kan bisa kerumah Bibi. Nanti bibi kasih alamat rumah Bibi, kita gak pisah buat selamanya kita masih bisa ketemu kan? Jadi jangan sedih ya," Zee menganggukkan kepalanya, Inah menghapus air mata Zee.
"Bibi pamit ya," Zee melepaskan pelukannya, lalu Inah pergi melangkahkan kakinya meninggalkan Zee.
Zee melihat Inah dari atas jendela kamarnya, air matanya masih saja turun. Zetta masuk ke kamar Zee, Zee buru-buru menghapus air matanya. Zee tidak ingin Zetta melihatnya menangis, Zee menghampiri mamanya sambil tersenyum.
"Kenapa Ma?" tanya Zee.
"Kamu habis nangis? Kenapa?"
"Iya tadi Zee habis nangis, gara-gara nonton drama korea. Zee baper banget soalnya," Zee terpaksa membohongi Mamanya, Zee tidak mungkin cerita kepada Mamanya bahwa Zee tidak rela jika Inah pergi meninggalkan rumah ini.
"Zee nanti kamu beliin bahan buat masak mau gak? Tadi Mama cek bahan-bahannya habis."
"Iya nanti Zee beli."
"Ya udah Mama mau lanjut beres-beres dulu ya," Zetta kemudian pergi meninggalkan Zee.
"Katanya suruh beli bahan masakan, tapi Zee gak di kasih uang? Apa harus pakai uang Zee dulu, apa Zee harus minta? Minta juga kayanya gak enak sama Mama, ya udah pakai uang Zee aja," Zee mengambil tasnya lalu pergi ke supermarket untuk membeli berapa bahan-bahan masakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Someone Writer [Completed]
Teen FictionCinta memang tidak harus memiliki. Tapi apa salahnya berjuang dulu siapa tau memang jodoh. Seorang gadis yang mempunyai hobby menulis, gadis yang realitanya mempunyai sifat pendiam, cuek, tidak perduli dengan sekitar. Gadis itu mencintai seorang cow...