THE END

1.3K 97 30
                                    

Zee sudah pulang kerumahnya, Zee langsung masuk kedalam walaupun ada Gevan dan Zetta yang sedang menonton televisi. Gevan langung memanggil Zee, Zee menghentikan langkahnya. Zee menatap Zetta dan Gevan.

"Ada apa Yah?" tanya Zee.

"Kamu ini kenapa sih? Ko sekarang jauh sama keluarga, Ayah tau kamu sibuk. Tapi kamu juga jangan sampai lupain keluarga dengan kesibukan kamu, Ayah aja pemimpin perusahan, walaupun Ayah sibuk. Ayah akan usaha cari waktu luang buat keluarga, jadi kamu juga harus gitu, jadiin keluarga prioritas utama kamu Zee."

"Ayah gak apa-apa tentang Zee, jadi tolong Ayah gak usah nasehatin Zee," ucapan Zee membuat Zetta spontan menampar pipi Zee.

Zee memegangi pipinya yang di tampar oleh Zetta, Zee tersenyum kearah Zetta kemudian Zee pergi meninggalkan Zetta dan Gevan.

Zetta menangis melihat Zee sudah berubah, Gevan mencoba menenangkan Zetta.

"Kenapa Zee berubah? Apa Zee balas dendam sama aku, karna dulu aku sama sekali gak perduli sama Zee?"

"Sayang udah kamu jangan nangis, kasian anak kita. Kamu jangan terlalu pikirin masalah Zee, aku takut anak kita kenapa-napa. Mungkin Zee kecapean atau pusing makannya Zee kaya gitu, nanti coba kita bujuk Zee lagi."

Inah melihat semua di balik tembok, ia juga tidak menyangka Zee bersikap seperti itu. Inah sangat merindukan Zee yang dulu.

Inah membuka pintu kamar Zee, Inah melihat Zee yang sedang melamun. Inah menghampiri Zee, Zee tersadar. Zee menatap Inah dengan tatapan sulit diartikan.

"Nak Zee kenapa?" tanya Inah.

"Zee gak papa, Bi tolong sampai in maaf aku ke Mama, Ayah, tante Bella, Rapli. Pokoknya semua yang deket sama Zee."

"Kenapa nak Zee gak bilang sendiri?"

"Zee mau pergi Bi."

"Loh nak Zee mau pergi kemana? Nak Zee ada tugas yah keluar kota atau keluar negri?"

Zee tersenyum kearah Inah sambil menganggukan kepalanya.

"Itu kalo Zee udah pergi, Bibi kasih kotak itu. Itu hadiah buat mereka. Zee udah kasih nama ko, buat Bibi juga aja," ucap Zee sambil tersenyum.

"Makasih ya nak Zee," ucap Inah sambil memeluk tubuh Zee, Zee membalas pelukan Inah.

"Bi, Zee mau tidur dulu. Zee capek banget," Inah mengusap kepala Zee. "Ya udah nak Zee istirahat aja."

Inah mencium kepala Zee, Zee memejamkan matanya. Lalu Zee mengubah posisinya menjadi tiduran, Zee tersenyum saat Inah sudah keluar dari kamarnya, perlahan mata Zee terpejam.

***
Zetta sedang menemani Gevan sarapan, Gevan sudah menyuruh Zetta sarapan cuman Zetta hanya makan berapa suap, dari semalam Zetta terus memikirkan Zee. Membuat nafsu makan Zetta berkurang, Inah menghampiri mereka sambil membawa secangkir kopi untuk Gevan. Gevan menyuruh Inah untuk memanggil Zee, supaya Zee ikut sarapan bareng. Inah menganggukkan kepalanya, kemudian ia pergi ke kamar Zee.

Inah membuka pintu kamar Zee, Inah menghampiri Zee yang masih tertidur. Inah duduk disamping Zee.

"Nak Zee, ayo bangun. Tumben nak Zee jam segini belum bangun? Sarapan dulu nak," ucap Inah sambil mengusap kepala Zee.

Inah mulai khawatir saat suhu badan Zee dingin, Inah menepuk-nepuk pipi Zee tapi Zee masih terus memejamkan matanya. Inah sudah menangis, Inah berteriak memanggil Zetta dan Gevan.

Gevan dan Zetta yang mendengar teriakan Inah langsung pergi ke kamar Zee, mereka melihat Inah yang sedang memeluk tubuh Zee. Zetta langsung berlari, Zetta menangis tersenduh-senduh melihat tubuh Zee yang kaku di pangkuan Inah. Gevan juga sangat terkejut.

Love Someone Writer [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang