Setelah acara nonton bareng, Zee langsung tidur di kamarnya. Ia merasa kepalanya pusing, tubuhnya lemas. Zee juga sangat mengantuk, mungkin Zee kecapean. Zee terlalu sibuk, ia tidak terlalu memprioritaskan kesehatannya. Zee baru saja ingin memejamkan matanya, tapi Bi Inah masuk kedalam kamarnya, Inah tadi sudah mengetuk pintu kamar Zee, mungkin Zee tidak mendengarnya. Berhubung pintu kamar Zee tidak terkunci, Inah langsung masuk kedalam.
Zee mengganti posisinya menjadi duduk, ia memijat pelan kepalanya. Inah duduk disamping Zee, mengusap kepala Zee. Inah khawatir karna Zee terlihat pucat, tapi keningnya dingin.
Zee tersenyum, ia tidak mau Inah khawatir. Lagian ini salah Zee juga, gak jaga kesehatan.
"Bi, Zee gak papa koh. Zee juga udah ke dokter sebelum pulang kerumah. Kata dokter Zee kecapean, sama kurang tidur."
"Ya ampun nak, makannya jangan sampai kecapean apalagi kurang tidur. Jaga kesehatan ya," Zee bersandar di bahu Inah, Inah mengusap-usap kepala Zee.
"Oh ya nak, tadi Bibi kesini mau bilang, kalo nak Rapli sudah nunggu di ruang tamu."
"Bilangin Rapli ya Bi, kalo Zee tidur."
"Iya, nanti Bibi pasti bilang. Sekarang nak Zee tidur aja," saat Zee sudah tidur, Inah keluar dari kamar Zee. Inah menghampiri Rapli yang sudah menunggu diruang tamu.
"Nak Rapli maaf, nak Zee lagi tidur. Bibi gak tega kalo harus bangunin Zee."
"Bi, siapa juga yang nyari nasi. Saya cari Zee, nasi dirumah banyak, Bi."
Inah terkekeh dengan candaan Rapli, ternyata benar selera humor Rapli memang sangat tinggi. Tapi apa tadi katanya? Nak Zee sama nasi, memang beda tipis sih ya.
"Bi, padahal Rapli udah kangen banget sama Zee. Masa Zee tidur? Emang Zee gak kangen ya sama saya?"
"Nak Rapli ini, baru berapa jam gak ketemu nak Zee udah kangen aja. Nak Zee juga butuh istirahat, emang nak Rapli mau kalo nak Zee sakit, gara-gara kurang tidur?"
Rapli menggelengkan kepalanya. "Bi, ko lidah Rapli gak bisa ngomong Zee di tambah depannya nak ya. Rapli ngomongnya nasi mulu," ucap Rapli sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Biar Bibi aja yang panggil, nak Rapli gak usah ikutan panggil segala."
"Kira-kira Zee tidurnya lama gak, Bi?"
"Bibi gak tau atuh nak Rapli."
"Kalo Zee udah bangun, bilang ya sama Zee kalo Rapli kangen. Suruh Zee kerumah Rapli aja."
"Nak Rapli udah punya rumah, hebat banget nak Rapli. Bibi bangga sama nak Rapli."
Rapli memasang wajah kesalnya, pembantu Zee ternyata bisa bikin kesal juga.
"Maksud Rapli rumah Bapak Alka dan Ibu Bella, Orang tua Rapli. Sekarang Rapli masih numpang dirumah orang tua Rapli," Inah terkekeh melihat Rapli yang kesal.
"Ya udah Bi, nanti jangan lupa kasih tau Zee. Saya beneran kangen loh sama Zee, kalo Zee gak kerumah Rapli, Bibi berarti tega sama saya."
"Iya, nanti kalo nak Zee udah bangun pasti kerumah Rapli."
"Rapli pulang dulu ya Bi," Rapli pun pergi keluar dari rumah Zee.
***
Rapli sedang duduk di depan rumahnya, dari tadi sore Rapli menunggu Zee untuk datang kerumahnya, tapi Zee belum juga datang kerumahnya. Apa mungkin Bi Inah lupa? Padahal Rapli sudah menyiapkan hadiah untuk Zee. Walaupun Zee tidak ulang tahun, Rapli sangat ingin memberikan Zee hadiah. Rapli berfikir masa iya Zee cuman punya hadiah dari fans-fansnya, sedangkan darinya Zee sama sekali tidak punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Someone Writer [Completed]
Teen FictionCinta memang tidak harus memiliki. Tapi apa salahnya berjuang dulu siapa tau memang jodoh. Seorang gadis yang mempunyai hobby menulis, gadis yang realitanya mempunyai sifat pendiam, cuek, tidak perduli dengan sekitar. Gadis itu mencintai seorang cow...