Zee sedang bersiap-siap untuk pergi kerumah Gibran, sekaligus pertemuannya dengan produser yang akan mefilmkan ceritanya. Usaha Zee selama ini berati tidak sia-sia, karyanya banyak disukai orang, semoga aja jika di Film kan banyak yang nonton dan banyak yang suka.
Hari ini Zee beruntung karna Zetta dan Gevan sedang pergi, mereka pergi kerumah orang tua Gevan. Tadinya Zee sudah diajak oleh Gevan, cuman Zee menolak dengan alesan ada tugas kelompok. Zee terpaksa berbohong dengan Gevan dan juga Zetta, untung saja Zetta serta Gevan percaya. Zee memakai kaos berwarna abu-abu dan celana levis berwarna biru, rambut panjangnya ia biarkan tanpa diikat. Zee juga memakai sepatu Nike berwarna putih, dengan sedikit olesan bedak di wajahnya. Zee memang lebih suka tampilan yang sederhana dan juga simpel.
Zee mengambil tas gendongnya untuk membawa laptopnya, lalu Zee menunggu taksi online yang sudah ia pesan. Tak lama kemudian taksi online yang Zee pesan datang, Zee langsung naik taksi tersebut.
Tak butuh waktu lama Zee sudah sampai di rumah Gibran, Gibran dan juga Iqbal ternyata sudah menunggu Zee di depan. Zee menghampiri mereka, Zee merasa tidak enak karna Gibran dan juga Iqbal harus menunggu dirinya.
"Maaf Gibran, Om. Zee telat," ucap Zee.
"Gak papa Zee, Om aja yang gak sabaran. Udah yuk kita langsung ke cafe buat ketemu produsernya," suruh Iqbal.
"Iya, Om."
Mereka bertiga pergi ke cafe, menggunakan mobil Iqbal. Iqbal yang mengendarai mobilnya, Gibran duduk di samping Iqbal sedangkan Zee duduk dibelakang.
"Semoga acara lancar ya Zee, terus produser beneran suka sama karya lo."
"Iya, Gibran. Doain aja."
25 menit mereka sampai di cafe mewah, mereka bertiga masuk kedalam cafe tersebut. Iqbal terlebih dahulu jalan diikuti Zee dan Gibran dari belakang. Iqbal menghampiri pria dewasa yang menggunakan jas hitam, pria itu berdiri saat melihat Iqbal. Iqbal dan pria tersebut berjabat tangan, Iqbal juga menyuruh Zee dan juga Gibran untuk duduk.
"Perkenalkan nama saya Dev, saya akan menawarkan anda supaya berkerja sama dengan kami di Falcon. Saya sangat menyukai salah satu cerita anda, apakah anda setuju berkerja sama dengan kami?"
Zee benar-benar terharu, mimpinya selama ini akhirnya terwujud juga. Usaha yang selama ini Zee perjuangin tidak sia-sia.
"Nama saya Anatasya Zee Alprilly, Bapak bisa panggil saya Zee. Tentu saja saya mau berkerja sama dengan Bapak di Falcon, saya sangat bersyukur kalo Bapak menyukai karya saya."
Dev tersenyum dengan jawaban yang Zee ucapan.
"Baik, Zee tolong tanda tangan surat perjanjian kerjanya. Silakan dibaca terlebih dahulu," suruh Dev sambil memberikan map berisi surat perjanjian kerja.
Zee membuka map tersebut, lalu mulai membaca isi surat perjanjiannya. Zee hampir saja menangis saat ingin menandatangani surat tersebut, tangan Zee gemetar saat mendatangi surat perjanjiannya. Mereka semua tersenyum, saat Zee sudah menandatangani suratnya.
"Zee, Om bangga sama kamu," ucap Iqbal sambil mengusap kepala Zee.
"Saya juga tertarik, gimana kalo Zee sama putra mu yang jadi pemainnya? Ya kalo mereka mau sih," ucap Dev sambil terkekeh.
"Saya, Om?" tanya Gibran terkejut.
"Iya kalo kalian berdua mau."
Gibran menatap Iqbal, Iqbal menganggukan kepalanya.
"Saya terserah Zee aja, kalo Zee setuju saya juga setuju."
"Kalo jadi pemainnya Zee pikir-pikir dulu boleh? Soalnya Zee agak kurang pede."
"Ya udah, kamu pikir-pikir yang matang dulu. Saya kasih waktu buat kamu," ucap Dev.
"Zee, Om pikir gak ada salahnya kamu terima tawarannya. Jangan sia-siain kesempatan yang datangnya gak dua kali Zee, siapa tau ini jalan kamu menjadi orang yang sukses."
"Ucapan Om Iqbal bener juga sih," batin Zee.
"Ya udah Zee mau."
Dev, Iqbal serta Gibran tersenyum bahagia mendengar jawaban dari Zee.
***
Gibran dan Zee pulang terlebih dahulu, Iqbal masih mengobrol dengan Dev. Di mobil Zee dan Gibran saling diam, Gibran fokus menyetir sedangkan Zee menatap kaca mobil. Gibran berdehem untuk memecahkan keheningan, Zee lalu menatap Gibran."Gibran, kira-kira Azzura bakal cemburu gak yah?"
Gibran tertawa kencang, mendengar ucapan Zee. Menurut Gibran Azzura bukan tipe cewek yang cemburuan, malah Gibran yakin Azzura bakal senang mendengar pacarnya dan sahabatnya akan jadi artis.
"Azzura gak bakal cemburu Zee, menurut gue malah Azzura bakal senang."
"Zee cuman takut aja Azzura cemburu, nanti Azzura musuhin Zee. Dikira Zee rebut Gibran dari Azzura."
"Ya Ampun Zee, gue tau lo sering baca novel yang konfliknya salah paham gitu. Tapi jangan bawa ke dunia realita juga kali, gue yakin deh Azzura gak bakal marah apalagi musuhin lo."
"Zee, gue itu udah anggap lo adek. Lo udah jadi bagian terpenting dari hidup gue, gue juga udah cerita sama Azzura kalo gue emang deket banget sama lo dan Azzura gak masalah kalo gue deket sama lo, Azzura tau lo cewek baik-baik. Jadi dia gak bakalan takut kalo lo rebut gue," penjelasan Gibran membuat Zee lega. Zee sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Azzura dan Gibran.
"Ya udah kita kasih tau aja dulu ke Azzura."
"Iya, kita lihat reaksi Azzura gimana?"
***
Gibran tidak mengantar Zee sampai rumah, Gibran dan Zee tadi melihat Azzura sedang membeli makanan dan Zee menyuruh Gibran untuk menunggu Azzura, Gibran menuruti kemauan Zee. Zee tidak ikut menunggu Azzura karna Zee takut Ayah dan Mamanya sudah pulang, tadi Zetta berpesan jangan pulang terlalu sore dan Zee juga harus pulang sebelum Gevan dan Zetta pulang.Zee berjalan kaki menuju rumahnya, memang jarak rumahnya susah tidak jauh lagi. Di tengah jalan Zee bertemu dengan Bella.
Bella dan Zee saling tatap, sampai akhirnya Bella menatap kearah lain.
"Tan, habis dari mana?" tanya Zee sambil tersenyum.
Bella tidak menjawab, ia malah pergi meninggalkan Zee. Zee menatap punggung Bella dengan mata berkaca-kaca, Bella sudah benar-benar berubah. Bella yang dulu sayang sama Zee, perhatian dan perduli sudah tidak ada lagi.
Waktu itu mahal dan kejam
Mahal karena setiap waktu itu berharga
Lalu kejam karena bisa mengubah
sifat seseorang
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Someone Writer [Completed]
Teen FictionCinta memang tidak harus memiliki. Tapi apa salahnya berjuang dulu siapa tau memang jodoh. Seorang gadis yang mempunyai hobby menulis, gadis yang realitanya mempunyai sifat pendiam, cuek, tidak perduli dengan sekitar. Gadis itu mencintai seorang cow...