Hari ini syuting pertama Zee, Zee hampir saja tidak diperbolehkan keluar rumah oleh Zetta. Untung saja Zee minta bantuan Azzura dan Gibran, Gevan yang tau Gibran anak rekan bisnisnya langsung mengizinkan Zee pergi. Zetta tidak bisa berkutik jika Gevan sudah mengizinkan Zee. Zee bersyukur karna berkat bantuan Azzura dan Gibran, Zee bisa syuting. Kalo saja Gibran dan Azzura tidak membantu Zee, kemungkinan Zee akan terkena denda kontrak kerja.
Azzura, Zee serta Gibran sedang dalam perjalanan ke tempat lokasi syuting, Iqbal tidak semobil dengan mereka bertiga karna Iqbal terlebih dahulu pergi. Iqbal pergi dengan berapa karyawannya untuk membantu proses syuting. Wajar saja Iqbal ikut turun tangan, karna anaknya sendiri yang akan menjadi pemain utama. Iqbal juga sudah menganggap Zee seperti putrinya, Iqbal memang dekat sama penulis-penulis lain, cuman tidak sedekat dengan Zee.
Iqbal lebih dekat dengan Zee karna sifat Zee yang sangat mirip dengan mendiang istrinya, istri Iqbal meninggal saat Gibran lahir. Istrinya tidak bisa tertolong karna mengalami pendarahan, untungnya Gibran selamat dengan kondisi yang sehat. Jika Gibran tidak selamat, mungkin Iqbal sangat amat terpukul. Iqbal menang sangat kehilangan istrinya, bahkan sampai Gibran dewasa Iqbal tidak berniat untuk menikah lagi, Iqbal merawat dan membesarkan Gibran tanpa dampingan istri, hanya bantuan seorang pembantu yang ikut merawat dan membesarkan Gibran.
Zee menatap Azzura terlihat lebih bahagia, Zee kira Azzura akan marah atau memusuhinya. Ternyata benar apa kata Gibran, Azzura memang cewek yang tidak cemburuan.
"Azzura, gak papa Gibran jadi pasangannya Zee di Film itu?" tanya Zee.
"Gak gak papa lah Zee, gue malah seneng banget. Lo gak lihat muka gue tuh muka seneng, pokoknya gue minta kalian berdua harus profesional. Kalian harus bisa dapet misterinya, bikin yang nonton baper! Biar nanti Gibran dapet duit banyak, biar cepet-cepet ngelamar gue. Zee," ucap Azzura sambil terkekeh.
Zee ikut terkekeh mendengar perkataan Azzura, jadi sahabatnya ini udah pengin dilamar?
"Tenang! Kalo aku udah sukses, udah mapan. Aku bakal datangin orang tua kamu, aku bakal lamar kamu. Tunggu tanggal mainnya aja, kamu pasti bakal jadi milik aku," ucapan Gibran membuat pipi Azzura merona, terlihat jelas pipinya sudah berwarna merah. Azzura sampai menundukkan kepalanya.
"Azzura, Azzura malu ya?" goda Zee.
"Apaan sih lo? Lo nyebelin deh Zee!"
Mereka sudah sampai di tempat syuting, ternyata banyak orang yang melihat acara syuting. Azzura memberi semangat kepada Zee, Zee seperti sedikit gelisah.
Zee dan Gibran sedang berkenalan dengan pemain lain, mereka artis-artis yang terkenal. Zee juga agak bingung kenapa harus dirinya yang menjadi pemeran utamanya, padahal banyak artis-artis yang terkenal.
Zee menatap pria dewasa yang berjalan menghampirinya, pria itu bernama Findo sutradaranya. Findo juga sangat menyukai Zee dan Gibran, Findo merasa mereka memang pantas menjadi peran utama.
Findo menjelaskan beberapa adegan kepada Gibran dan Zee, Zee dan Gibran menganggukan kepalanya.
Semuanya sudah siap, mereka pun mulai melakukan syutingnya.
***
Ternyata syuting tidak semudah yang dibayangkan oleh Zee, Zee juga banyak sekali melakukan kesalahan. Wajar juga Zee itu bakatnya nulis malah disuruh jadi artisnya sekalian, Zee meminum air dingin untuk menghilangkan sedikit rasa lelahnya. Baru pertama kali syuting aja, Zee sudah sangat kecapean, tapi ia tidak boleh menyerah. Zee yakin rasa lelahnya akan terbayarkan dengan kebahagian, Mamanya akan senang. Ia harus semangat! Demi kebahagiaannya.Saat Zee pulang, Gevan dan Zetta tidak ada di rumah. Zee juga tidak tau mereka berdua pergi kemana, Zee keluar menuju taman biasa.
Semilir angin membuat Zee memejamkan matanya, Zee sangat menikmati udara sejuk. Lagi enak-enaknya, ada seseorang yang memeluk lehernya dari belakang. Zee hampir saja berteriak karna terkejut, tapi Zee urungkan setelah melihat wajah orang yang memeluknya.
"Rapli," gumam Zee.
Rapli tersenyum manis kearah Zee, Rapli duduk disamping Zee sambil tangannya merangkul pundak Zee. Zee membiarkan Rapli merangkul pundaknya, Zee juga merasa nyaman. Sudah lama Zee sangat rindu perlakuan Rapli yang seperti ini.
Rapli menatap kearah Zee karna merasa pundaknya berat, ternyata Zee menyenderkan kepalanya di pundaknya. Zee memejamkan matanya sambil menyenderkan di pundak Rapli, Rapli mengusap kepala Zee, jidat dan leher Zee agak panas membuat Rapli khawatir.
"Zee lo ngantuk atau lo sakit? Ko jidat lo agak panas sih." tanya Rapli.
Zee membuka matanya yang terasa berat, Zee memang sedikit mengantuk. Makanya ia menyenderkan kepalanya di pundak Rapli.
"Zee cuman sedikit ngantuk ko Rapli," lirih Zee.
"Rapli, Zee mau naik pohon ya. Zee mau tidur bentar."
Rapli menjitak kepala Zee. "Zee! Ranjang kasur gue empuk, kalo mau tidur, tidur di kamar gue aja. Lo gak takut jatuh kalo tidur di pohon, lo inget gak? Waktu pinggang gue sakit, itu gue jatuh dari pohon."
"Tapi Zee pengin tidur di pohon, Rapli! Kalo tidur di pohon tuh adem."
"Ikut gue aja yuk, kalo pengin tidur yang adem. Jangan tidur di pohon, gue gak mau nanti lo jatuh."
Zee duduk semula, ia memijat sebentar kepala yang terasa penting. Rapli menggandeng tangan Zee, membawa Zee ke suatu tempat.
"Rapli! Jangan bawa Zee ke kamar Rapli, Zee belum sah sama Rapli, dosa Rapli."
Rapli menyentil pelan jidat Zee, Rapli merasa gemas dengan Zee. "Jangan ngaco!" ucap Rapli sambil terkekeh.
***
Rapli membawa Zee ke bukit, Zee baru tau kalo disini ada bukit yang sangat indah. Bukan cuman indah, udaranya juga sangat menyejukan. Zee memejamkan matanya, menikmati udara bukit tersembunyi ini.Rapli terus menatap wajah Zee yang sedang memejamkan matanya, Rapli tersenyum melihat wajah Zee yang damai.
"Zee," Zee membuka matanya sambil menatap Rapli.
"Sini katanya mau tidur," Rapli sudah duduk terlebih dahulu, Rapli menepuk sebelahnya menyuruh Zee untuk duduk di sampingnya. Zee tersenyum kearah Rapli, Zee duduk disamping Rapli.
Rapli merangkul pinggang Zee, menyenderkan kepala Zee di pundaknya. Mengusap-usap kepala Zee dengan penuh kasih sayang.
"Gue sayang banget sama lo Zee," gumam Rapli.
"Rapli, Zee kira Zee itu mimpi. Kalo Rapli cinta sama Zee," lirih Zee.
"Lo gak mimpi, ini nyata Zee. Gue emang cinta sama lo, lo gadis yang baik. Gue ngerasa yang gak pantes buat gadis sebaik lo."
"Rapli, Zee emang bisa jadi gadis yang baik tapi Zee bukan gadis yang sempurna. Jadi Rapli jangan bilang gak pantes buat Zee."
"Gue gak tau harus bales apa sama lo, lo udah bantu selesai in masalah Mama. Lo rela keluarin uang banyak buat Mama, gue bener-bener hutang budi sama lo."
"Rapli gak usah ngerasa hutang budi sama Zee, Zee ikhlas kalo soal uang. Zee belajar dari Nenek, supaya memberikan apa yang kita punya kepada sesorang yang membutuhkan dan tante Bella itu lebih butuh uang itu dari pada Zee."
"Gue bersyukur bisa ketemu lo di dunia ini, Zee." ucap Rapli sambil mengelus-elus kepala Zee.
Zee memejamkan matanya, menikmati elusan tangan Rapli di kepalanya. Rapli tersenyum melihat Zee yang sudah tertidur.
Rapli meluruskan kakinya yang sudah terasa pegal, Rapli bergerak perlahan supaya tidak mengusik tidur Zee. Rapli tidak ingin membangunkan tidur Zee yang sangat nyenyak, Rapli terkejut saat kepala Zee jatuh ke pangkuannya. Rapli kira Zee terbangun, ternyata Zee sama sekali tidak terbangun.
"Buset! Zee, untung jatuhnya ke pangkuan gue gak sakit, coba kalo lo tadi tidur di pohon. Remuk badan lo, gue heran Zee kenapa lo gak bangun ya? Lo malah bikin gue kaget," Rapli mengusap pipi Zee, Zee tertidur dengan sangat nyenyak, nafasnya teratur. Wajahnya begitu damai, Rapli sampai tidak bosan memandangi wajah Zee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Someone Writer [Completed]
Fiksi RemajaCinta memang tidak harus memiliki. Tapi apa salahnya berjuang dulu siapa tau memang jodoh. Seorang gadis yang mempunyai hobby menulis, gadis yang realitanya mempunyai sifat pendiam, cuek, tidak perduli dengan sekitar. Gadis itu mencintai seorang cow...