Bella keterlaluan

789 114 63
                                    

Rapli sudah pulang kerumahnya, ia berjalan masuk kedalam kamarnya. Rapli masih terus saja memegangi pinggangnya, Rapli melihat Bella baru keluar dari kamar sambil membawa gelas kosong. Mungkin Bella berniat mengambil air di dapur, Rapli memanggil Bella, Bella yang merasa terpanggil menghentikan langkahnya.

"Ma," lirih Rapli sambil menghampiri Bella yang sedang menatap Rapli.

"Kamu kenapa? Kenapa jalannya pegang pinggang? Rapli umur segini kamu udah kena encok, Mama aja yang emang udah tua belum encok tuh."

Rapli menatap tajam Bella, kenapa kalo sakit pinggang dikatain encok? Kayaknya cuman Zee yang waras, karna Zee sama sekali tidak mengatai dirinya encok, Zee malah terlihat khawatir. Membayangkan muka Zee yang khawatir saja, membuat Rapli tersenyum. Bella menjitak kepala Rapli, saat melihat Rapli senyum-senyum tidak jelas.

"Malah senyum-senyum, gila kamu kumat ya?"

Rapli mendengus kesal. "Ma, Rapli ini gak encok. Rapli habis jatuh dari pohon, pinggang Rapli sakit."

"Loh ko bisa jatuh? Kamu bikin masalah apa sama pohon? Sampai-sampai pohonnya jatuhin kamu."

"Emak gue kumat lagi kan, siapa juga yang bikin masalah sama pohon? Cuman pohonnya pelit numpang tidur aja langsung di jatuhin," batin Rapli.

Rapli pergi begitu saja, tanpa mengucapkan kata apapun. Bella yang melihat itu sedikit merasa bersalah, Bella memegang tangan Rapli membuat Rapli menghentikan langkahnya.

"Coba Mama lihat luka pinggang kamu," Rapli membelakangi Mamanya, Bella membuka sedikit baju Rapli. Bella sangat terkejut melihat luka memar berwarna keunguan di pinggan Rapli, Bella langsung menangis karna panik melihat luka Rapli.

"Ma, kenapa Mama malah nangis? Aduh jangan nangis, Rapli gak papa ko," ucap Rapli sambil menenangkan Bella.

"Kamu kenapa gak bilang kalo kamu lukanya parah, pokoknya Mama gak mau tau kita harus kerumah sakit!"

"ALKA ANAK SEMATA WAYANG KITA, PATAH TULANG!"

Alka yang mendengar teriakan Bella langsung menghampiri Bella, muka Alka terlihat khawatir saat mendengar Bella berteriak sambil menangis.

"Ini kenapa? Sayang kamu kenapa ko nangis?"

"Rapli, pinggangnya patah," ucap Bella sambil menangis.

"Kita harus bawa Rapli kerumah sakit," suruh Bella.

"Ya kita kerumah sakit, kamu jangan nangis lagi."

"Ya kamu gendong Rapli! Masa kamu biarin Rapli jalan sendiri, kamu tega? Biarin Rapli tambah sakit."

Rapli berusaha menahan tawanya, Alka menatap tajam Rapli kemudian Alka membungkukkan badannya di depan Rapli. Rapli dengan senang hati menaiki punggung Alka.

"Rapli gak berat kan?" tanya Bella.

"Gak ko sayang," Alka berjalan keluar menuju mobilnya.

"Papah gak mau tau, nanti malem kamu pijetin Papah. Kalo gak! Papah gak bakal kasih uang jajan," bisik Alka sambil menekan luka Rapli, Rapli meringis kesakitan berusaha supaya tidak teriak.

"Rapli kamu kenapa? Sakit banget ya?" tanya Bella khawatir.

Rapli hanya menganggukan kepalanya, ia tidak mau nanti salah ngomong dan membuat Alka marah. Resikonya uang jajannya, lagian Rapli gak habis pikir kepada Bella. Luka memar doang dibilang patah tulang.

***
Zee dengan Inah sedang membuat roti, Zee sangat senang karna bisa membuat roti sendiri dengan bantuan Inah. Dari dulu Zee ingin membuat roti sendiri, tetapi tidak kesampaian karna tidak ada yang mengajarinya. Dulu waktu Neneknya masih hidup Zee sering membuat roti bersama Neneknya dan sekarang Inah yang menggantikan posisi Neneknya.

Mereka berdua membuat roti, sesekali mereka bercanda gurau. Mereka sudah seperti Ibu dan anak.

"Ternyata Bi Inah jago ya bikin rotinya, gak bantet. Zee pernah buat sendiri tapi rotinya gak ngembang."

"Mungkin pengembang rotinya kurang, makannya rotinya gak ngembang."

"Bi, kalo Zee minta rotinya buat Rapli boleh gak?"

"Ya boleh atuh, lagian bukan Bibi doang yang buat."

Zee menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, lalu Zee memberikan toping ke roti tersebut. Zee juga membungkus setengah rotinya untuk di berikan kepada Rapli.

Lalu Zee pergi kerumah Rapli, untuk memberikan rotinya. Zee juga ingin melihat kondisi Rapli lagi, ia masih penasaran apakah pinggang Rapli sudah sembuh atau belum?

Zee memencet bel rumah Rapli, tak lama kemudian pintu terbuka ternyata Bella yang membuka pintu tersebut. Bella menatap Zee dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Tante, Zee bikin roti buat Rapli. Zee juga boleh lihat kondisi Rapli? Apa pinggang Rapli udah sembuh?"

"Ko kamu bisa tau kalo Rapli pinggangnya sakit? Jangan-jangan kamu yang bikin Rapli kaya gitu ya?"

"Bukan Zee yang buat Rapli kaya gitu tante, Zee juga gak tau."

Rapli yang mendengar keributan diluar, langsung pergi keluar.

"Ada apa sih ribut-ribut? Telinga Rapli panas nih, loh Zee kenapa kesini?"

"Zee cuman pengin jengukin Rapli, Zee juga bawain roti buat Rapli.

Rapli menatap bungkusan yang di bawa oleh Zee, Rapli menelan air liurnya kasar lalu menatap Bella, Bella menatap tajam Rapli membuat Rapli menggaruk kepalanya yang tak gatal. Rapli ingin sekali menerima roti buatan Zee, tetapi ia yakin Bella akan marah.

"Zee lebih baik kamu pulang," suruh Bella.

"Ya udah tante, Zee pulang ini rotinya," Zee memberikan bungkusan itu, Rapli sudah ingin menerima bungkusan itu tetapi Bella memukul tangan Rapli.

"Zee bawa pulang lagi aja ya rotinya, soalnya tadi tante barusan beli roti banyak. Takut mubazir aja."

Zee menganggukkan kepalanya, lalu pergi meninggalkan Rapli serta Bella. Rapli menatap kesal ke arah Bella, menurut Rapli Mamanya sudah keterlaluan.

"Mama udah kelewatan banget sama Zee, pakai nolak rezeki segala."

"Mama tau kamu itu doyan makan, kamu pengin banget makan roti yang Zee buat kan? Nanti Mama beliin, kamu gak usah bawel."

"Ma, ini bukan masalah roti! Mama udah keterlaluan sama Zee, Mama gak mikir gitu. Zee udah bikin susah-susah rotinya, terus kasih ke Rapli niatnya mau jenguk Rapli, tapi Mama malah bikin Zee sakit hati."

"Terserah Mama lah, Rapli kecewa sama Mama," Rapli pergi meninggalkan Bella, Bella sungguh menyesali perbuatannya. Bener kata Rapli ia sudah keterlaluan dengan Zee, Bella melangkahkan kakinya menghampiri Rapli.

***
Zee menaruh rotinya lagi ke meja dapur, lalu Zee pergi ke kamarnya. Inah yang melihat Zee merasa kasian, Inah pergi ke kamar Zee untuk melihat kondisi Zee. Inah merasa tidak tega melihat anak majikannya menangis sambil memeluk boneka. Inah ingin sekali memeluk tubuh Zee, tapi Inah yakin jika ia menghampiri Zee pasti Zee akan pura-pura tersenyum karna tidak ingin membuat dirinya khawatir.

"Apa tante Bella udah gak sayang lagi sama Zee, tante udah benci sama Zee. Salah Zee apa tante?" gumam Zee.

Inah pergi menuju kearah dapur, ia mengambil sepotong roti lalu pergi menuju kamar Zee lagi. Inah perlahan menghampiri Zee.

"Nak Zee kenapa nangis?"

Zee langsung buru-buru menghapus air matanya, lalu tersenyum kearah Inah.

"Gak papa ko Bi."

"Dari pada sedih-sedih mulu lebih baik, nak Zee makan rotinya." Inah menyuapi sesendok kecil roti tersebut ke mulut Zee, Zee tersenyum sambil menerima suapan dari Inah.

"Makasih ya Bi," ucap Zee sambil memeluk tubuh Inah. Inah menganggukkan kepala serta mengusap kepala Zee dengan penuh kasih sayang.

Love Someone Writer [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang