Zee pergi menuju supermarket, belanja berapa bahan-bahan masakan yang ia butuhkan. Zee juga membeli berapa cemilan dan minuman dingin untuk menemani saat membuat cerita atau saat membaca novel.
Zee menengok kearah belakang saat ada yang memanggil namanya, tertanya yang memanggil Rapli. Zee menatap Rapli yang sedang berjalan menghampiri dirinya.
Rapli menggaruk kepalanya yang tak gatal, Rapli menghampiri Zee berniat untuk minta maaf karna ucapan Bella. Rapli merasa tidak enak hati dengan Zee, kebetulan Rapli melihat Zee di supermarket. Rapli tidak membuang-buang kesempatan untuk mengobrol dengan Zee, tetapi saat Rapli sudah didepan Zee. Ia malah terlihat seperti orang kebingungan.
"Zee, gue mau minta maaf soal omongan Mama ya."
Zee hanya menganggukan kepalanya, tanpa Rapli minta maaf pun Zee sebenarnya sudah maafin Bella. Zee tau kalo Bella seperti itu juga karna Mamanya, entah masalah apa antara Bella dan Zetta. Sampai Zetta membenci Bella.
"Lo gak marah kan sama Mama gue?" Zee menggelengkan kepalanya, Rapli sebenarnya sedikit kesal karna Zee hanya menganggukan dan menggelengkan kepalanya saja.
"Rapli, Zee duluan ya," Zee kemudian pergi meninggalkan Rapli, Rapli membiarkan Zee pergi, ia menatap punggung Zee yang semakin lama tidak terlihat lagi.
Rapli menghela nafasnya, kenapa malah Zee sekarang cuek? Katanya Zee gak marah atau mungkin Zee kecewa? Apa dirinya harus cerita kepada Zee kalo Mamanya yang telah membuat masalah, yang membuat keluarganya jauh dari keluarga Zee.
Rapli melangkahkan kakinya pergi ke kasir untuk membayar beberapa belanjaanya, Zee juga sedang mengantri untuk membayar. Rapli menatap Zee kemudian menghampiri Zee.
"Zee, gimana kalo gue yang bayar belanjaan lo? Itung-itung sebagai tanda maaf Zee," Zee menatap Rapli sekilas, lalu pandangan kembali menatap kedepan. "Zee masih punya uang ko Rapli, jadi gak usah repot-repot."
"Gak repot ko Zee."
"Rapli, Zee mau tanya itu uang Rapli atau uang tante Bella?"
"Ya uang Mama sih," gumam Rapli.
"Nah itu uang tante Bella, kenapa Rapli mau bayarin Zee? Nanti kalo tante Bella tanya kenapa uang belanjaanya habis banyak gimana?"
Rapli menelan ludahnya kasar. "Ko gue merinding ya, Zee ngomongnya dingin banget kaya es batu yang udah beku," batin Rapli.
"Ya, gue kan bisa bilang kalo uangnya gue pakai buat beli apa gitu."
"Zee gak suka Rapli bohong!" Zee melangkahkan kakinya pergi, karna giliran Zee untuk membayar belanjaan.
Rapli melirik total semua belanjaan Zee, Rapli langsung melototkan matanya saat mengetahui total semua belanjaan Zee.
"Dua juta lebih? Gue aja bawa uang cuman satu jutaan. Untung aja Zee nolak gue bayarin, Alhamdulillah gue gak jadi kena malu," batin Rapli sambil mengelus-elus dadanya.
***
Zee sedang menata belanjaanya di dapur, tiba-tiba Zetta datang membuat Zee berhenti menata belanjaanya."Mama kan belum kasih uang? Kamu dapet uang dari mana?" tanya Zetta.
"Uang yang kemaren Ayah transfer masih ada, Zee belum pakai semua."
"Oh gitu, ya udah lanjut taro lagi bahan-bahannya," suruh Zetta. Zee hanya menganggukan kepalanya.
Zee lanjut menata belanjaanya lagi.
"Oh ya Zee, Mama gak ganti uang kamu ya. Soalnya Mama lagi kumpulin uang buat calon adek kamu," ucapan Zetta membuat barang yang Zee pegang jatuh, Zee sangat terkejut mendengar ucapan Zetta.
"Kamu kenapa sih? Kamu gak suka kalo Mama punya anak lagi?"
Zee menggelengkan kepalanya, jangan sampai Mamanya salah paham. Zee tadi hanya kaget, bukan gak suka karna Mamanya hamil lagi. Zee malah seneng kalo seandainya Mamanya hamil lagi, lagian tujuan menikah itu kan karna pengin punya keturunan. Zee gak mungkin egois dengan tidak menyukai kehadiran calon adeknya.
"Zee cuman kaget Ma, Zee suka ko kalo Zee punya adek. Zee jadi gak kesepian."
"Kirain kamu gak suka," ucap Zetta lalu pergi meninggalkan Zee.
"Zee gak mungkin egois, Ma." gumam Zee.
Zee tiba-tiba merasa kangen dengan Bi Inah, Bi Inah sudah memberi tau alamat rumahnya. Zee ingin sekali pergi menemuin Bi Inah, kebetulan Gevan dan Zetta sedang pergi ke Dokter kandungan untuk mengecek apakah Zetta hamil atau tidak. Zee langsung pergi menuju kamarnya untuk mengambil tas serta handphonenya.
Zee sudah memesan taksi online dan sekarang Zee sedang menunggu taksi tersebut datang. Tak lama kemudian taksi datang, Zee langsung naik ke taksi tersebut.
Taksi sudah berhenti di depan rumah yang sederhana, namun sepertinya sangat nyaman untuk tempat tinggal. Udaranya begitu sejuk, banyak pepohonan hijau, Zee turun sambil memberikan uang kepada supir taksi. Zee berjalan melangkahkan kakinya, lalu mengetuk pintu rumah Inah. Tak lama kemudian Inah membuka pintu tersebut, Inah sangat terkejut melihat Zee yang ada didepan rumahnya.
Inah langsung memeluk tubuh Zee, begitu juga dengan Zee yang membalas pelukan Inah dengan sangat erat. Inah menyuruh Zee untuk masuk kedalam rumahnya, mereka berdua masuk kedalam. Inah pergi menuju dapur untuk membuatkan minuman.
"Ya ampun, Zee jadi ngerepotin Bibi," ucap Zee saat melihat Inah membawa secangkir teh manis.
"Gak papa, cuman teh doang. Bibi seneng banget nak Zee mau kesini," ucap Inah sambil menaruh minuman tersebut di meja.
Lalu Inah duduk disamping Zee, Zee menyenderkan kepalanya di bahu Inah. Inah mengusap-usap kepala Zee.
"Nak Zee gak dimarahin sama tuan sama nyonya, kalo nak Zee kerumah Bibi?"
"Mereka gak tau ko Bi, mereka lagi pergi."
"Nak Zee mau makan? Biar nanti Bibi masakin."
"Gak usah Bi, Zee belum laper. Zee masih pengin kaya gini, Zee kangen banget sama Bibi," lirih Zee. Mata Inah berkaca-kaca mendengar perkataan Zee.
"Soalnya Zee gak bisa kaya gini ke Mama, Zee cuman bisa ngelakuin ke Bibi sama Nenek," batin Zee.
"Zee jadi pengin tinggal disini, Bi."
"Ya jangan atuh nak, nanti kena marah sama nyonya sama tuan. Lagian rumah Bibi ini kecil terus banyak nyamuknya lagi, nak Zee gak bakalan betah kalo tinggal disini."
"Bibi yang Zee butuhin itu kebahagian dan rasa nyaman sama orang-orang yang tinggal sama Zee, Zee gak butuh tempat yang mewah. Kalo ujung-ujungnya Zee gak bahagia," lirih Zee.
"Bibi juga pengin banget tinggal bareng sama nak Zee, Bibi kesepian disini. Cuman gak mungkin, nanti yang ada tuan sama nyonya marah."
"Terus sekarang Bibi kerja dimana?"
"Bibi kerja jadi pembantu di komplek sebelah, tapi Bibi cuman kerja pagi sampai sore."
"Sekarang nak Zee makan ya, Bibi kangen nak Zee makan masakan Bibi, nak Zee mau ya?"
"Iya Bi, Zee mau makan tapi suapin Zee ya," pinta Zee dengan suara sedikit manja.
Zee melepaskan pelukannya. "Gemesin banget sih," ucap Inah sambil menarik pelan hidung Zee.
"Bentar ya, Bibi masak kesukaan nak Zee dulu," Inah pergi meninggalkan Zee, wajah Zee nampak bahagia.
Zee mengambil handphonenya sambil menunggu Inah masak, Zee melototkan matanya melihat sebuah pesan. Zee ingin berteriak sekeras-kerasnya, tapi ia mencoba untuk tidak berteriak. Gak mungkin Zee berteriak dirumah orang? Yang ada Zee malu sendiri. Muka Zee sampai memerah gara-gara menahan teriakan dan mata Zee juga berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Someone Writer [Completed]
Teen FictionCinta memang tidak harus memiliki. Tapi apa salahnya berjuang dulu siapa tau memang jodoh. Seorang gadis yang mempunyai hobby menulis, gadis yang realitanya mempunyai sifat pendiam, cuek, tidak perduli dengan sekitar. Gadis itu mencintai seorang cow...