18. Kaleidoscope

3.4K 406 8
                                    

It's hard to trust when all you have from the past is evidence why you shouldn't.

-dpsayings-

.

.

.


Leon tersenyum melihat kondisi rumahnya yang sudah terisi penuh.

Hari ini adalah hari terakhirnya membereskan rumah baru. Dua hari lagi dia akan benar-benar pindah ke rumah barunya. Di hari ini juga, Niken memutuskan untuk mengadakan pesta kecil untuk rumah barunya. Katanya rumah baru harus dirayakan dan didoakan supaya pemiliknya akan betah tinggal di sana. Niken langsung membuat undangan untuk orang-orang kantor Leon dan teman-temannya. Dia juga yang mengurus katering makanan dan minuman untuk acara pesta hari ini.

Sejak mereka tiba, pacarnya itu sibuk di telepon untuk mengecek semua hal untuk pesta hari ini. Leon tadi sudah membantunya mengeluarkan meja lipat di taman untuk tempat para tamu makan. Mereka bahkan sengaja menyewa beberapa kursi tambahan untuk diletakkan di taman belakang. Persiapan yang Niken lakukan untuk pesta kecil ini benar-benar totalitas dan berencana. Leon menghampirinya dan bersandar di bingkai pintu kaca yang tersambung ke taman belakang.

Bahkan sampai penampilan Niken hari ini juga sangat totalitas. Dia menggunakan terusan warna putih dengan corak bunga warna-warni sepanjang lutut. Rambut pirangnya dia ikat kuda dengan hiasan berbentuk pita warna putih di ujung ikatannya. Di kakinya tentu saja dia menggunakan heels yang sangat tinggi berwarna krem. Make-up-nya hari ini juga terlihat natural dibandingkan biasanya tapi tetap dengan warna bibir yang cerah khas Niken. Mulutnya tidak berhenti berbicara di sambungan telepon sampai tidak menyadari Leon menatapnya daritadi.

"Masih di jalan? Acara kami akan mulai setengah jam lagi," Niken terlihat sedikit kesal. "Jika kuenya tidak sampai tepat waktu, aku ingin kamu memberikan potongan harga."

Leon berjalan mendekat ketika Niken mematikan sambungannya. Tangan Leon menyentuh pundak Niken yang terbuka. "Tidak usah marah-marah begitu, pasti teman-temanku datang terlambat kok."

"Tetap saja, seharusnya mereka tepat waktu," Niken mendengus. Dia menatap makanan yang sudah tertata rapi di atas meja di pinggir taman. "Menurutmu ada yang kurang?"

Leon menggeleng. "Semua ini sudah cukup kok."

Niken mengangguk kemudian berdeham sambil menatap Leon. "Bagaimana penampilanku? Ngga malu-maluin 'kan?"

"Kamu cantik seperti biasanya," balas Leon sambil menjawil hidung Niken.

Mata Niken menyipit. "Gombal. Belajar darimana kamu?"

Leon tidak menjawab dan langsung menarik Niken ke dalam rumah untuk merapikan beberapa perabotan lain di dapur. Setengah jam kemudian tamu Leon mulai berdatangan bersama dengan pesanan kue yang Niken pesan kemarin. Tamu pertama mereka tidak lain adalah Gavin dan Zoya. Karena memang Leon baru tahu kalau mereka tinggal di komplek yang sama. Di tangannya, Gavin membawa sebotol wine dengan ikatan pita merah. Botol itu membuat mata Niken berbinar.

"Salam dari Mario, dia tidak bisa datang karena sekarang sedang ada di Sydney," Gavin menyerahkan botol itu pada Leon. Botol itu langsung direbut oleh Niken yang sedang menatapnya dengan mata berbinar.

"Wah, ini wine dari pabrik Kak Mario sendiri ya?" Tanya gadis itu antusias. Mata Leon menyipit melihat reaksi Niken. "Kita bisa langsung membukanya untuk makan malam nanti. Aku harus mengucapkan terima kasih juga pada Kak Mario nanti-"

"Hei, ini acara untuk rumah baruku 'kan? Nanti biar aku saja yang menghubungi Mario," balas Leon cepat sambil menatap Niken serius.

Niken mengerjap pelan. Seulas senyum geli tersungging di bibirnya. "Jangan bilang kalau kamu cembu-"

Affogato (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang