11. Madonna

3.6K 463 6
                                    

"A good loyal woman is one of the greatest things a man can have in his life."

-Anonymous-

.

.

.

Niken langsung tersenyum lebar ketika melihat mobil Leon tiba.

Leon memarkir mobilnya dan keluar dari mobil. Masih dalam balutan kemeja kerjanya berwarna hijau natal yang dia gulung sebatas lengan. Selain gulungan di lengan kemejanya, penampilan Leon masih rapi dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Meskipun sudah malam, penampilan Leon masih terlihat segar seperti di pagi hari. Leon berhenti di depannya dan langsung meraih tas berisi pakaian yang Niken bawa di tangannya.

"Pulang sekarang?" Tanya Leon sambil melirik kru Bon-Bon yang masih berdiri di belakang gadis itu. Dia tersenyum sekilas pada mereka.

Niken berbalik dan menahan senyumnya ketika melihat semua kru itu tercengang melihat sosok Leon. Niken memang sempat menceritakan kalau dia sudah punya pacar sepanjang perjalanan. Mereka penasaran karena Niken terlihat sibuk menelepon di beberapa kesempatan. Akhirnya Niken menunjukkan foto-foto Leon pada mereka. Tapi memang pesona Leon harus dinikmati secara langsung dengan mata telanjang. Karena ada aura maskulin di sekitar Leon yang tidak bisa terdeteksi hanya dari foto. Buktinya sekarang hal itu membuat semua kru itu tercengang, sama seperti reaksinya saat bertemu Leon pertama kali.

Niken berjalan menghampiri krunya kemudian berbisik pelan. "Kontrol wajah kalian."

"Gue tahu lo cantik, tapi pacar lo itu?" Salah seorang kru yang berada di depan menggeleng pelan. Perempuan itu mengelus dadanya sendiri. "Lo sangat beruntung punya pacar kayak dia. Ketemu dimana sih spesies kayak begini?"

Niken tertawa keras sebelum melambaikan tangannya pada kru yang sudah menemaninya selama seminggu penuh untuk promosi Bon-Bon. Niken melirik Leon dari kejauhan, melihat laki-laki itu mengernyit. Syukurlah dia tidak mendengar pembicaraan aneh mereka. Setelah berpamitan, dia mengikuti langkah Leon untuk masuk ke dalam mobil.

Begitu Leon menyalakan mesin mobilnya, Niken langsung menyalakan pendingin dan menyetel musik. Mulutnya menghela napas pelan sambil menyandarkan kepalanya di jok mobil. Gadis itu mengerjap ketika merasakan tangan Leon meraih tangannya duluan untuk menggandengnya. Gerakan kecil ini hampir membuat Niken terbengong dengan wajah bodoh. Ini kemajuan di dalam kamus Leon yang sangat jarang meminta kontak fisik duluan dengan Niken.

Niken merasa dirinya juga tidak boleh kalah. "Aku kangen," gumam Niken sambil meremas tangan Leon yang menggenggamnya erat.

"Aku juga."

"Aku lapar."

Leon tertawa pelan lalu menggeleng. "Aku juga lapar," dia mulai menyetir mobilnya keluar dari parkiran di pinggir jalan itu. "Mau makan apa?"

Seusai saling bertukar pendapat, mereka akhirnya makan di restoran yang tidak jauh dari apartemen Niken. Gadis itu menyantap makanannya sambil mendengarkan cerita Leon tentang pekerjaannya selama seminggu ini. Karena memang di telepon, Niken yang lebih banyak bercerita. Leon menghabiskan makanannya sebelum menghela napas panjang. Dia mengusap matanya, seperti gestur lelah karena bekerja seharian di kantor.

"Capek?" Tanya Niken sambil menghabiskan suapan terakhirnya. Dia tidak menyangka kalau dia akan melihat Leon lelah bekerja. Dari pengamatannya, hobi dan passion utama Leon adalah bekerja.

Affogato (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang