Make peace with your broken pieces.
-r.h. Sin-
.
.
.
Leon belum pernah merasakan rasanya patah hati.
Jelas bahwa dua kata itu hanyalah sebuah kiasan. Hati tidak bisa benar-benar patah tanpa alasan kerusakan organ internal. Pemikiran logis itu membuat Leon percaya bahwa orang yang menciptakan kata patah hati sudah pasti adalah seseorang yang sangat bodoh. Dia pasti mencintai seseorang terlalu berlebihan sampai dia kehilangan nalarnya. Bagi Leon, dua kata itu adalah sebutan untuk sebuah emosi tidak berguna yang tidak mungkin akan Leon rasakan. Karena memang Leon bukanlah seseorang yang bisa membiarkan perasaannya mengatur kepalanya sendiri.
Baru saja tiga hari yang lalu dia merasa sangat bahagia. Leon merasakan dirinya diperhatikan orang lain untuk pertama kalinya sejak almarhum ibunya meninggal. Setelah sekian lama, dia merasa diperhatikan lagi dan disayangi oleh Niken, pacarnya sendiri. Tiga hari kemudian semua perasaan itu menguap ke udara. Seperti gelembung sabun yang hanya bertahan beberapa detik sebelum pecah dan menghilang. Dia merasa sangat hampa setelah mendengar ucapan Niken kemarin siang di telepon tiba-tiba.
"Kita putus aja ya?"
Suara itu terdengar ragu dan jauh. Leon bahkan tertawa gugup saat dia mendengarnya. Lidahnya terasa kelu tiba-tiba. Jantungnya berdegup keras karena merasa pertanyaan itu tidak lucu sama sekali. Dia tentu saja langsung mengatakan bahwa lelucon itu tidak lucu. Tapi Niken juga menegaskan bahwa dia tidak sedang bercanda. Sekujur tubuh Leon serasa seperti disiram air dingin ketika mendengar keseriusan dalam nada bicara Niken kemarin.
"Maaf, aku tidak sedang bercanda. Aku serius ingin putus denganmu. Aku merasa... capek. Kamu tahu kalau aku sudah berusaha untuk hidup menjauh dari media selama ini 'kan? Tapi sejak kamu jadi pacarku, trauma masa laluku muncul lagi. Aku tidak bisa hidup dibayangi oleh media dan status keluargamu tidak memungkinkan kita hidup terhindar dari itu semua. Lagipula, hubungan kita juga tidak bisa dibawa kemana-mana karena keluargamu dan keluargaku sama-sama tidak merestui hubungan kita. Mungkin ini memang sebuah pertanda bahwa kita tidak bisa melanjutkan hubungan kita lagi. Aku lelah, Leon."
Leon ingat suaranya sendiri mulai bergetar kemarin. Takut dan bingung membuat ucapan yang keluar dari mulutnya jadi terbata. Dia sudah berusaha untuk mengajak Niken berbicara dan bertemu sekali lagi. Tapi Niken menolak semua permintaannya dan mengatakan bahwa Leon tidak perlu mengganggunya lagi. Alhasil, Leon tidak bisa tidur semalaman. Apa yang salah? Mereka berdua saling mencintai. Kenapa mereka tidak bisa bersama? Leon bahkan hampir memohon supaya Niken tidak mematikan sambungan teleponnya.
Malam kemarin, Leon baru sadar bahwa cinta bukanlah alasan untuk segalanya. Dia tidak bisa mempertahankan Niken dengan alasan egois seperti cinta. Itu juga bukan hal yang akan membuat Niken luluh dan kembali ke pelukannya.
Lalu bagaimana caranya?
Leon baru mengerti kenapa orang menyebut fenomena ini dengan sebutan patah hati. Rasanya memang seperti ada yang patah di dalam bagian dirinya meskipun dari luar dia kelihatan baik-baik saja.
Leon mendongak ketika mendengar pintu ruangannya terbuka tiba-tiba. Sosok Holly masuk bersama dengan Roman dengan wajah pucat. Roman duluan yang berbicara sebelum Holly sempat berucap. "Kami menemukan titik terangnya."
Leon mengusap wajah mengantuknya. "Apa?"
"Dari keluarga Niken, saya menemukan bahwa Pak Thomas keluar atas perintah langsung dari Pak Joseph Aditama, bukan atas perintah Pak Victor. Ternyata Pak Thomas keluar karena dia berusaha melaporkan kecurangan Pak Victor kepada Pak Joseph. Anehnya, Pak Joseph malah memecat Pak Thomas seminggu kemudian," Holly menjelaskan sambil membaca berkasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affogato (FIN)
Romance(Seri Kedua dari Coffee Series) "Banyak orang bilang mencintai itu mudah. Tapi perihal bertahan, itu adalah sebuah pilihan." -Niken Carabella Widjaya #3 dalam kategori #kopi (27/06/20) #9 dalam kategori #ceritacinta (27/06/20)