25. Whistleblower

3.4K 375 6
                                        

In a relationship, you don't lie and keep secrets. You're in a relationship to grow closer, not hide things and ruin trust.

-Anonymous-

.

.

.


Niken sibuk melamun sepanjang perjalanan pulang.

Leon menceritakan semuanya di parkiran tadi. Semua itu tidak lain adalah masa lalu yang bagi Niken tidak berarti. Dia berusaha melupakannya selama tiga tahun terakhir. Cerita Leon membuatnya sadar bahwa dia tidak mungkin bisa menyembunyikan masa lalunya. Nyatanya, semua itu menyerangnya kembali dan kali ini tepat mengenai Leon. Pacarnya itu terlihat sangat emosional saat menceritakan semua detail yang dia temukan.

Apa Leon kesal karena Niken menyembunyikan semua itu darinya?

Kenyataan bahwa ayah Niken dikeluarkan tiba-tiba dan tidak bisa mencari kerja lagi. Kenyataan bahwa Niken yang harus menggantikan posisi ayahnya sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Terlebih lagi dengan fakta bahwa Niken pernah dirumorkan banyak hal tidak masuk akal oleh media. Apa semua itu membuat Leon merasa jijik padanya? Tapi kenapa Leon sampai rela datang ke mall untuk menemuinya? Kenapa dia langsung memeluk Niken?

Apa mungkin dia merasa kasihan dengan Niken?

Bilang saja Niken aneh, tapi dia tidak suka dikasihani karena masa lalunya. Dia lebih suka orang lain bangga dengan pencapaiannya. Terlebih jika rasa kasihan itu datang dari orang yang dia sayangi. Rasanya seperti ada sebuah batu besar yang menghantam dadanya. Dia ingin dicintai apa adanya, bukan dikasihani karena masa lalunya. Pikiran itu membuat Niken memejamkan matanya.

"Kamu capek?"

Pertanyaan itu membuat Niken membuka matanya dan menoleh. Dia bahkan baru sadar kalau mobil Leon sudah berhenti bergerak. Mereka sudah tiba di depan apartemen Niken sekarang. Mata Leon menatapnya dengan tatapan lembut ditambah tatapan lain yang sulit Niken terjemahkan. Butuh beberapa detik sampai Niken sadar dalam tatapan itu terdapat perasaan takut dan ragu. Seakan-akan Niken adalah sebuah benda kaca yang mungkin akan pecah jika Leon sentuh.

Niken tersenyum tipis dan menggeleng pelan. "Cuma sedikit mengantuk."

Leon mengangguk tanpa memindahkan tatapannya dari mata Niken. "Kalau begitu kamu harus segera mandi dan istirahat."

Niken mengangguk. "Iya."

Leon tersenyum tipis untuk beberapa saat. Di tengah keheningan itu, tiba-tiba ada suara perut berbunyi. Niken menyentuh perutnya sendiri dan baru sadar kalau itu bukan suara perutnya. Leon berdeham pelan dengan pipi memerah. Ini pertama kalinya Niken mendengar suara perut Leon. Niken bahkan baru sadar kalau Leon tidak mengajaknya makan di luar hari ini. Biasanya itu ritual yang Leon lakukan saat dia menjemput Niken.

"Kamu belum makan?" Tanya Niken pelan.

Leon terdiam sebentar kemudian menggeleng. "I missed lunch."

Tiga kata itu membuat Niken menegakkan tubuhnya. "Kamu tidak makan siang?" Tanya Niken kaget dan marah. Niken bahkan baru sadar wajah Leon terlihat pucat dan lelah.

"Aku lupa," balas Leon. "Nanti aku masak sesuatu di rumah."

Niken memicingkan matanya. Jika melihat kondisinya saat ini, Niken yakin Leon akan langsung ambruk ke ranjangnya ketika dia sampai di rumah. Atau mungkin sofa ruang tamunya. "Ikut aku ke dalam apartemenku," balas Niken dengan nada tidak ingin dibantah.

"Kenny, I'm fine-"

"Obviously, you're not," balas Niken ketus. "Kamu memang terbiasa menjadi laki-laki yang selalu bertanggung jawab dan kuat. Tapi bukan berarti kamu bisa membodohiku dan berpura-pura kuat. Semua orang punya titik lelah, Leon. Aku ingin kamu mencariku di titik lelahmu, sama seperti kamu ada untukku di titik yang sama."

Affogato (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang