22. Apple Bunny

3.2K 394 5
                                    

We cannot become who we want by remaining what we are.

-Max Degree-

.

.

.

Bibir Leon spontan melengkung ketika matanya menangkap sesuatu yang ada di meja makan.

Sesuatu itu tidak lain adalah makanan yang tersedia di atas meja makannya. Dilihat dari penampilannya, tidak mungkin kalau pacarnya membeli makanan itu dari restoran. Terlebih lagi ketika Leon melihat kondisi dapur yang cukup berantakan. Sepertinya memang Niken baru selesai memasak makan malam untuk mereka berdua. Gadis itu terlalu semangat karena kemarin Leon menyarankan mereka untuk selalu makan malam bersama selama Niken tinggal di rumah itu dan selama Leon tidak lembur. Antusiasmenya membuat Niken bersusah payah membuatkan makan malam.

Usaha gadis itu mau tidak mau menyentuh hati Leon.

Jika dilihat dari bentuknya, sepertinya Niken berusaha membuat mac and cheese. Wangi keju dan susu keluar dari uap panas makanan itu. Meskipun penampilannya kurang menarik, sepertinya Leon harus mencicipinya. Karena mungkin saja rasanya lebih baik dari penampilannya. Leon melirik ke arah tangga dan melihat Niken yang sedang berlari turun dan terkesiap ketika melihat sosok Leon yang sudah pulang. Dia langsung berlari turun lebih cepat dan berhenti di depan Leon.

"Kamu baru pulang?" Tanya Niken dengan mata bulatnya yang berbinar.

"Iya," Mata Leon turun ke arah jari tangan Niken yang terplester. "Jari kamu kenapa?"

"Tadi ngga sengaja terkena parutan keju," Niken berucap dengan enteng. Dia mendorong punggung Leon ke arah meja makan sebelum Leon bisa berbicara lebih lanjut. "Ayo cepat kita makan sebelum dingin."

Leon menurut dan mulai mencicipinya setelah berdoa. Mulutnya mengunyah pelan kemudian dia mulai tertawa. Matanya bertemu dengan mata Niken. Alis gadis itu terangkat sebelah karena bingung kenapa Leon mendadak tertawa begitu saja setelah mencicipi masakannya. Leon berdeham pelan. "Rasanya enak," gumam Leon pelan sambil menyendokkan makanannya lagi.

"Kalau enak kenapa kamu tertawa begitu?" Tanya Niken curiga. Gadis itu bahkan memastikan rasanya dengan mencecap makanan di piringnya sendiri.

"Karena aku tidak menduga kalau rasanya akan enak," Leon tertawa lagi, kali ini lebih lepas dari yang sebelumnya. "Meskipun penampilannya sedikit berantakan, tapi rasanya enak."

Niken mendengus sementara Leon masih belum berhenti tertawa. Ketika tawa itu pudar, Leon kembali sibuk dengan makanannya. Kunyahan di mulutnya terhenti ketika dia baru sadar sesuatu. "Berita soal dirimu sudah mulai reda di sosial media dan internet. Situasimu sekarang sudah aman, apa kamu ingin kembali ke apartemenmu lagi?"

Tunggu dulu.

Kenapa mulut bodoh Leon suka memutuskan hal penting seenaknya?

Leon bahkan baru sadar dia menanyakan hal itu tanpa berpikir dua kali. Meskipun memang benar berita soal Niken sudah mulai reda karena tertimpa masalah selebritis lain. Leon memang berniat membicarakannya dengan Niken. Tapi tidak dengan cara seperti ini. Pertanyaannya tadi terdengar seperti Leon ingin mengusir Niken secara halus.

Leon mendongak untuk melihat reaksi Niken.

Tangan Niken berhenti mengaduk makanannya. Dia menatap Leon sambil mengerjap cepat. Apapun yang gadis itu pikirkan langsung dia tutupi dengan senyuman tipis yang mendadak muncul di wajahnya. "Boleh saja, lagipula memang sudah hampir dua minggu aku tinggal di sini 'kan?"

Affogato (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang