24. Froyo

3.1K 386 4
                                    

If you were an ice cream, you would be my favorite flavor.

-Anonymous-

.

.

.


Tidak terasa sudah seminggu berlalu sejak Niken keluar dari rumah Leon.

Selama seminggu itu, Leon seperti menghukum dirinya sendiri dalam masalah. Hari-harinya dipenuhi oleh hal-hal tidak menyenangkan. Fokusnya tetap berusaha mencari semua petunjuk soal rahasia yang ayahnya tutupi. Tentang semua hal yang membuat ayahnya tidak setuju dengan hubungan Leon dan Niken. Karena Leon takut hal itu berkaitan dengan ibu Niken yang tidak mau merestui hubungan mereka. Tapi nyatanya hasil penyelidikan itu berakhir buntu. Semua yang Leon perlu selidiki soal ayahnya sangat bersih. Terlalu bersih hingga rasanya sangat aneh.

Setiap malam dia sibuk memikirkan jalan keluarnya di ruangan kerjanya tanpa sadar waktu. Karena dia sibuk berpikir, dia terpaksa harus menyelesaikan pekerjaannya di malam hari. Akhirnya dia lebih sering tertidur di atas meja kerjanya dibandingkan ranjangnya sendiri. Rasa lelah bahkan tidak bisa menghalanginya untuk menggali informasi. Tapi semuanya sangat rapat ditutup oleh ayahnya. Dia tidak bisa menemukan celah yang bisa dia buka. Jika begini terus, dia hanya akan menyiksa dirinya dan Niken pelan-pelan.

Mungkin Leon harus memutar fokusnya. Dia tidak bisa mengambil informasi dari ayahnya sendiri, tapi dia bisa mencari informasi seputar keluarga Niken. Kenapa Leon tidak terpikir ide jenius seperti ini dari awal? Leon langsung memberi pesan pada Holly dan Roman untuk mencari tahu soal keluarga Niken. Leon mengernyit ketika melihat pesannya tidak terkirim. Apa mungkin Holly dan Roman sudah tidur? Leon mengecek jam di meja kerjanya dan sadar kalau saat itu sudah jam dua dini hari.

Leon mengecek ponselnya sekali lagi. Chatroom-nya dengan Niken sangat sepi sejak kejadian di restoran itu. Dia bahkan tidak pernah menelepon Niken lagi di malam hari. Sempat satu hari kemarin dia menelepon tapi pada akhirnya mereka hanya berbicara sebentar. Suasana di antara mereka jadi sangat canggung dan tidak nyaman. Leon sekarang bingung bagaimana cara memperbaikinya. Isi kepalanya terlalu penuh dengan hal lain juga.

Kedua tangan Leon menjambak rambutnya dengan kesal. Kepalanya terasa sangat sakit karena dia tidur sangat sebentar setiap malam. Tapi besok dia ada meeting penting. Dia juga harus datang ke kantor untuk pekerjaan lain yang menumpuk di mejanya. Akhirnya Leon bangkit berdiri dan dengan langkah gontai masuk ke dalam kamar tidurnya. Dia mematikan lampu dan menyalakan kaleidoscope pemberian Niken.

Tubuhnya langsung ambruk di atas kasur. Sepasang matanya menatap cahaya yang terpantul di langit-langit kamar dan dindingnya. Mendadak dia sangat merindukan Niken ketika melihat semua proyeksi cahaya di dalam kamarnya. Tangannya mengetik pesan di chatroom yang nyaris kosong selama seminggu. Sebuah pesan singkat yang dia tahu Niken tidak mungkin balas karena ini sudah dini hari. Tapi tangannya tetap gatal, ingin mengetik dua kata yang dia rasakan detik itu.

Leon : Udah tidur?

Leon meringis sambil meletakkan ponselnya di samping bantal tidurnya. Apa yang dia lakukan? Niken tidak mungkin menjawab pesannya karena ia pasti sudah tidur. Leon menghela napas dan memejamkan matanya. Kesadarannya menipis sampai dia mendengar tune pesan masuk ke ponselnya. Ping! Suara samar itu membuat kedua matanya kembali terbuka. Dia langsung menyambar ponselnya.

Niken : Hampir

Niken : Kamu kenapa belum tidur?

Affogato (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang