Author POV
Sebastian berdiri dibelakang Jungkook, saat ia duduk didepan meja dikamar mandi, memastikan tatanan rambutnya telah menawan.
Taehyung mengatakan bahwa mereka akan menonton pertunjukan musik, dan Sebastian bertekad agar tuan barunya terlihat mempesona diantara yang lain.
"Kau sangat berbakat, Sebastian," Puji Jungkook, saat mengamati Sebastian dari balik cermin. "Apakah kau sudah lama bekerja pada Taehyung?"
"Sudah sepuluh tahun," jawab Sebastian dengan suara pelan. "Dulu aku adalah pelayan pribadi tunangan Tuan."
Jungkook memandang wajahnya dicermin, tampak pucat. Merasakan darahnya membeku dan perutnya bergejolak.
Rasanya kecemburuan bukanlah kata yamg tepat untuk menjelaskan kegelisahan dan keposesifannya saat ini. Sedikit sekali yang ia tahu tentang pria itu. Ia hampir tak tahu apa-apa.
Tapi sekarang ia telah tahu bahwa Taehyung pernah memiliki tunangan, dan ia penasaran untuk mengetahui tentang itu lebih.
"Jadi sudah berapa lama?" Sebastian memfokuskan diri pada wajah Jungkook yang tampak sedih dan menerawang. "Sejak delapan tahun lalu. Kami tak pernah membicarakannya lagi, Tuan."
"Ah kau masih sangat muda." Jungkook berusaha memancing pelayan itu untuk berbicara lebih banyak. "Aku hampir tak memercayainya." Sebastian tersenyum.
"Saya berusia empat belas tahun ketika Tuan Taehyung datang kemari. Dia bilang, ia memilih saya karena tangan saya yang terampil." ujar Sebastian agaknya sedikit malu.
"Kau memang memiliki keterampilan luar biasa, Sebastian." ujar Jungkook sependapat. "Apakah dia seorang pemuda yang baik?"
Sebastian mengangkat bahu, ekspresi pria itu berubah muram. "Dia sangat menawan." Jungkook bertanya-tanya apakah hujaman pisau lebih sakit dibanding apa yang ia rasakan saat ini?. Mencoba menghilangkan denyut di jantungnya,
"Oh..seperti itu." ujar Jungkook dengan lirih. Apakah ia benar ingin mendengar pujian tentang pemuda lain? Tidak. Si pemalu harus menyingkir. Ini bukanlah percakapan untuk orang yang lemah.
Jungkook berdiri dan beranjak menuju kedepan perapian, mengulurkan tangan menghangatkannya.
Sebastian mengambil pakaian yang dipilih oleh Taehyung untuknya, untuk menonton pertunjukan. Sebastian kembali dengan cepat dan memulai tugasnya, akan membantu Jungkook jika ia mengalami kesulitan saat berpakaian.
Ini adalah salah satu pakaian terbaiknya, meskipun menurut orang lain standar. Kemeja hitam loose dengan aksen brokat dibagian belakang baju yang sedikit transparan, dengan dipadu celana bahan cukup ketat berwarna senada.
Warna pakaiannya sama dengan warna matanya. Juga membuat kulitnya semakin tampak lembut dan bersinar. Sesuai permintaan Taehyung, ia tak pernah lagi menggunakan bokser hanya celana dalam tipis. Tubuhnya benar-benar terekspos. Dan ia mulai terbiasa dengan itu.
"Terima kasih, Sebastian. Tugasmu sudah selesai malam ini." ucap Jungkook lembut. Pelayan itu membungkuk sopan. "Selamat menikmati malam anda, Tuan."
Sebastian berdiri beberapa saat, seolah ingin mengatakan sesuatu, namun diurungkan dan pergi. Taehyung tak pernah membicarakan tunangannya itu. Juga tak ada barang kenangan atau lukisan di rumah ini yang menunjukan bahwa pemuda itu pernah tinggal dusini. Taehyung pun melarang pelayannya membicarakannya.
Jungkook menghela napas. Taehyung pasti mencintai pemuda itu, tebak Jungkook. Api kecemburuan sempat menyala dalam dirinta tergantikan oleh kebulatan tekad.
Taehyung akan menceritakan padanya saat pria itu ingin cerita. Mantan tunangan Taehyung bukan ancaman untuknya saat ini. Jika Taehyung melarang pelayannya berbicara, maka bisa dipastikan Taehyung akan tidak suka jika ia mengungkitnya.
Ia tak akan mengorek luka lama Taehyung. Ia ingin mendapatkan kepercayaan Taehyung. Taehyung telah memberikannya jalan melarikan diri dari kehidupannya yang mengurungnya.
Ia tidak pernah memikirkan bahwa nantinya ia akan kembali lagi pada kehidupan itu. Yak pernah ada waktu untuk memikirkannya. Ia menduga bahwa akan ada suatu pertanda. Berjalan kedalam kamar tidur sambil terus berpikir.
Kedatangan Taehyung membuyarkan lamunannya. Jungkook berpura-lura membungkuk saat Taehyung secara terbuka mengagumi busananya. "Malam ini kau terlihat mengagumkan, sayang."
Taehyung mencium tangan Jungkook sebelum ia bisa memprotes. "Terima kasih Taehyung." Dari belakang punggungnya, Taehyung mengulurkan sebuah kotak beludru berwarna hitam. "Untuk malam ini."
Taehyung membukanya, dan Jungkook bereaksi persis seperti yang ia terka. "Oh Tuhan! ini terlalu berlebihan Tae!" Jungkook mundur selangkah.
Meskipun Taehyung menyadari mata Jungkook tak sedikit pun beralih dari untaian perhiasan elemen perak berlapis pita beludru yang menambah anggun leher Jungkook. Choker itu sangat sempurna untuk penampilannya.
"Jungkook." Taehyung tetap menyodorkan choker itu didepan Jungkook. "Kau adalah milikku sampai musim ini, ingat?"
Pertanyaan itu menarik perhatian Jungkook. "I-iya benar, tapi aku tak melihat apa hubungannya dengan kesepakatan kita dengan menghamburkan uang membeli-"
Taehyung melangkah maju, menarik Jungkook dalam dekapannya, melumat bibir tipis itu, lidahnya menjelejah kedalam mulut Jungkook, sampai pemuda itu mendesah.
Taehyung mengangkat kepalanya dengan perlahan. "Kekasihku, Jungkook, untuk dinikmati dan dipuja, untuk dihiasi dengan pakaian yang indah dan perhiasan, untuk dipercantik dan dipamerkan sesuka hatiku." balasnya dengan menatap serius Jungkook.
"Tapi-" ujar Jungkook namun dibantah cepat oleh Taehyung. "Kau sudah berjanji, Jungkook. Dan aku sudah berjanji padamu untuk memberikan satu musim yang memuaskan. Nah bagaimana aku bisa melakukannya, jika kau menolak hadiah kecil ini?" Taehyung menyodorkan lagi.
Mata Taehyung memperlihatkan sorot kemenangan dan jail. "Jika kau tak mengharapkan apapun dariku, Jungkook, aku akan merasa tersinggung."
Kepala Jungkook pening, efek berciuman. Jalan pikir Taehyug sulit diikuti, meski terasa menyenangkan. Akhirnya Jungkook tertawa dan menerima kemurahanhati Taehyung. "Kau memang keterlaluan."
Jungkook membiarkan Taehyung memasangkan choker itu dilehernya. Ciuman Taehyung pada tengkuknya yang terekspos setelah mengaitkan choker itu, membuatnya mendesah dan membangkitkan percikan api gairah pada bagian pangkal pahanya.
Jungkook beranjak ke depan cermin, mengagumi keindahan hadiah Taehyung. Matanya bertemu tatap dengan pria itu.
Taehyung benar-benar mempesona dalam balutan jas hitam beludru dengan celana bahan ketat berwarna pun senada. Pakaian mereka sangat disesuaikan satu sama lain.
Saat Taehyung balas menatapnya, mata hazel pria itu menyala dengan gairah sehingga mampu melenyapkan perasaan gelisah dan takut yang ia rasakan.
Ia dalah milik Taehyung. Choker ini merupakan simbol dari status barunya. Ia adalah pemuda yang sudah menjauh dari semua tatanan kehormatan.
Ia tak memperdulikan sindiran orang lain. Tak peduli, ia jelas sekarang lebih bahagia dan merasa nyaman dengan semua ini. Ia semakin meyakinkan dirinya. Taehyung pun telah memilihnya untuk musim ini, dan itu sudah cukup. Haruslah cukup.
TBC~
lalalalala kembali lagi dengan chapter terbaru~ hayo bagaimana pendapat kalian sejauh ini, perkiraan kalian untuk rencana Taehyung dan Jungkook akankah terlaksana?
Jangan lupa vomment kembali ya, dan terima kasih untuk readers yang sudaj vomment di chapter sebelumnya :))
Selalu sayang kalian,
I Purple U
YOU ARE READING
The Night Pleasure (Watty's 2021)
Romance{Watty's 2021} (indonesian book) Seumur hidupnya, Jungkook selalu dianggap tertutup. Namun pada malam itu, Jungkook, menjadi pemuda penggoda yang akan menjebak seorang CEO sombong yang pernah meremehkannya secara terang-terangan. Rencananya sederha...