[Attention: untuk pembaca diharapkan dapat bijak, karena dibawah ada sedikit bagian NC, thanks]
~~~
Amarah Jungkook menggantikan keterkejutannya, dan ia tidak berusaha menutupi itu. "Apa yang kau lakukan, Tuan?" berdesis dan menatapnya tajam. "Kau pikir siapa dirimu berani menegurku-"
Dalam sekejap pria itu sudah berada disampingnya, ujung jari telunjuk pria itu menyentuh bibirnya dan menghentikan perkataannya. Ia syok dengan betapa mudah pria itu bergerak menghentikannya dan dirinya yang cepat merespon.
Pria itu mengangkat tangan yang lain ke mulutnya sendiri, dengan gerakan meniri. "Ssst.. para muda mudi lain akan mendengarmu."
Kepanikan mengganti amarah Jungkook. Ia sama sekali tak lupa dengan tamu yang berasa didalam kediaman.
"Kau-" Jungkook menarik napas tercekat daj mulao berbicara dengan suara lebih pelan, membayanhkan para tamu menyaksikan kejadian memalukan ini. "Aku ingin kau pergi." Pria itu tak bergerak.
Pria itu terus menatapnya dengan tenang, menatap matanya dengan gairah yang tak ditutupi sehingga ia sendiri sulit untuk mengingat betapa semua ini salah.
Jungkook menatap balik pria itu, bertekad membuktikan jika yang diinginkan pria itu tak akan terpenuhi. "Aku bilang, aku ingin kau pergi."
"Apakah hanya itu yang kau inginkan, Jungkook?" Pertanyaan yang tak terduga membuat Jungkook membeku ditempat. "A-aku... aku ingin sendiri."
Alis pria itu terangkat mendengar pernyataan Jungkook. Namun tetap bergeming. Amarah Jungkook kembali. "Jangan mengabaikan ku, apa kau tuli!?"
Saat sorot terluka dimata Jungkook, pria itu tetap tenang. Tangan pria itu menangkup wajah Jungkook, jemari itu mengusap wajahnya dengan pelan, penuh kehangatan.
Tatapan pria itu melembut dan menggoda. "Tidak akan pernah. Aku berjanji, semua yang kulakukan padamu, aku tidak akan pernah mengabaikanmu, Jungkook."
Perlahan, mulut pria itu mendekat ke dua belah bibirnya, mata Jungkook perlahan terpejam menanti sebuah ciuman.
Kemudian, matanya terbuka lebar, syok, karena mulut pria itu justru melewati bibirnya dan ujung lidah pria itu menyusuri sekitar pipi hingga ke lehernya.
Jungkook menahan erangannya, saat salah satu tangan pria itu mengelus kedua dadanya lembut. Panas dirasanya, membuat darahnya berdesir. Ia terkesiap dan mendorong pria itu lagi. "K-kau.. sudah bertindak terlalu jauh, Tuan!"
Pria itu menjauh sambil terkekeh. "Kita sudah pernah berbuat yang lebih dari ini, Jeon Jungkook." Refleks Jungkook dengan menampar pria itu.
Syok membuat mulutnya terbuka, seketika merasa menyesal Ia tak pernah memukul siapa pun sebelumny, tidak akan berani melakukannya. Jungkook menarik napas panjang, menenangkan diri, berniat untuk meminta maaf. "Aku yakin aku sudah menyatakan dengan jelas, Tuan, aku ingin kau pergi."
"Satu-satunya hal yang jelas, Jungkook, kau-" pria itu menyipitkan matanya, menyoroti tajam, saat menariknya dan membawanya bersandar pada pohon palem rindang di kebun itu, sampai punggungnya menyentuh batang pohon. "-mengenakan pakaian yang salah."
Pria itu menyusuri tangan ke permukaan kemejanya, dari bagian leher, menyusuri dadanya, hingga turun ke pinggangnya. "Pakaian saat ini tidak cocok untukmu."
Satu tangan pria itu menekan perutnya, jemarinya menari disekitar permukaan abs nya. "Aku lebih suka pakaian yang kau kenakan pada saat malam pesta topeng itu."
Tangannya mulai membelai paha luar hingga dalamnya. Menghantarkan sengatan. Mata Jungkook menutup saat jemari itu bergerak secara ajaib, meremas bagian intimnya yang masih tertutupi celana bahan dengan lembut.
"Ti-tidak," bisik Jungkook, otaknya menolak, namun tubuhnya berkhianat ingin merasaman kekuatan pria itu yang perkasa.
Jemari pria itu menemukan resleting celana bahannya, membuka dan menurunkannya.
Kemudian menyusup masuk pada celana dalamnya, membelai dengan cepat membuat Jungkook mendesah nikmat.
"Katakan lagi, Jungkook, dan aku akan berhenti sekarang juga," tegas pria itu sambil meningkatkan tempo jarinya, "-Atau angkat kakimu dan lingkarkan diseputar pinggangku, biarkan aku menunjukan kepadamu betapa murah hatinya diriku"
"Oh Tuhan!" Tubuh Jungkook mematuhinya tanpa berpikir karena ketegangan yang semakin meningkat, membuatnya kehabisan napas.
Rasa menakjubkan, saat tangan pria itu begitu kuat dan luhai, setiap bergerak dan menekannya membuat Jungkook lupa daratan. "Masih ingin ditinggalkan sendiri, Jungkook?"
"Siapa kau?" embusan napas pria itu berada dilehernya. Kebutuhan untuk mencapai kenikmatan tertinggi mendobraknya dengan kuat sehingga Jungkook berpikir ia akan menangis.
Kemudian, pria itu nerhenti, menarik jari dan tangannya dari tubuh Jungkook. Tanpa mengucapkan sepatah kata, pria itu menurunkan kaki Jungkook dengan lembut dan perlahan membantu Jungkook memasang kembali celananya serta merapikannya.
"Kita harus menyelesaikan diskusi ini nanti, kau setuju kan? Toh aku tidak ingin kau sampai menuduhku mengabaikan kebutuhanmu atau hanya mampu memuaskanmu jika kita berada ditempat umum. Ini kartu dan alamatku ada didalamnya, Jeon Jungkook. Aku menunggumu pada tengah malam nanti." Dan pria itu berlalu.
~~~
Bajingan! Berani sekali dia! Amarah Jungkook sudah diubun-ubun. Ia membanting dan mengunci pintu kamarnya sendiri. Dengan berteriak frustasi, ia melepas kemeja dengan menarik kuat dan melemparnya ke dinding.
Aku menunggumu tengah malam nanti. Biar saja pria utu menunggunya sampai mati! Ia tidak menginginkan mulut menyeringai arogan itu- mulut indah, dengan lidah lihai, belum lagi tangan pria itu...
Rasa sakit di pangkal paha dan daerah privasinya masih berdenyut sakit dan masih cukup tegang untuk saat ini. Jungkook bergetar karena frustasi akibat gairah yang tertunda dan menbutuhkan pelampiasan.
Siapa pria itu? jelas sekali kenekatan pria itu untuk memaksa bertemu dengannya diwaktu yang tak pas dan memberikan alamat kediaman pria itu menyiratkan bahwa pria tidak memiliki niat yang terhormat.
Pria itu bisa melihat kebutuhan Jungkook, dan mengetahui rahasianya, melanjutkan apa yang sedang mereka lakukan di kebun belakang kediaman tadi hanya akan menghancurkan reputasinya.
Tapi, rasanya menggoda sekali jika bisa melanjutkannya. Namun, Jungkook sudah mempertaruhkan segalanya. Menyerahkan dirinya kepada pria yang salah dan mengekspos dirinya dalam skandal terburuk- dan untuk apa?
Untuk diingatkan kembali sekali lagi bahwa Mingyu tidak akan pernah melihatnya lebih dari sekedar pemuda yang tak pantas diperhatikan? Namun pria misterius itu menginginkannya.
Tidak! Apa yang sudah ia pikirkan? Jungkook melemas, duduk diatas kursi panjang didepan tempat tidurnya sambil menggelengkan kepalanya perlahan.
Tidak, biarkan saja pria itu menunggu dalam keadaan tersiksa Memangnya, siapa pria itu? hingga berani menghinanya dengan tawaran yang tidak senonoh dan menyelinap masuk tanpa diundang kedalam hidupnya yang tenang dan terhormat?
Pria itu akan menunggu ia selamanya, janji Jungkook kepada dirinya sendiri. Ia mengabaikan denyut di pangkal pahanya dan sekitar bagian ujung dadanya yang terasa mengeras dan sakit. Sial! Biarkan pria bajingan itu mati sebelum ia muncul di hadapan kediamannya!
TBC~~
oh yeahhh~
chapter kali ini lebih singkat, mohon bersabar ya! >-<Selanjutnya bakalan panjang kok, kaya anunya Tae-
oke lupakan XDterima kasih untuk komen dan vote sebelumnya, sekarang jangan lupa juga buat komen dan vote lagi ya!
Sayang kalian banyak-banyak
I Purple U
Swaggy
YOU ARE READING
The Night Pleasure (Watty's 2021)
Romance{Watty's 2021} (indonesian book) Seumur hidupnya, Jungkook selalu dianggap tertutup. Namun pada malam itu, Jungkook, menjadi pemuda penggoda yang akan menjebak seorang CEO sombong yang pernah meremehkannya secara terang-terangan. Rencananya sederha...