Chapter 9

708 75 8
                                    

Taehyung menuang whisky, mengamati cairan berwarna kekunungan itu berada dalam gelas. Ia mencoba mengabaikan suara dentingan jam di aula bawah, yang mengumumkan waktu saat ini.

Sudah tengah malam dan Jungkook belum datang. Sambil menyesap rasa minuman itu, ia mengingatkan dirinya bahwa kedatangan Jungkook sama sekali tidak penting. Kepekaan seorang pemuda bisa menggagalkan rencana paling matang sekali pun-

"Seorang pemuda ingin menemuai anda, Tuan." Mark, kepala pelayan miliknya mengumumkan dengan ekspresi datar, tak mau menyampaikan pendapatnya mengenai pemuda yang datang mengunjungi pria pada larut malam, saat sebagian besar pemuda seumurnya sudah pulang ke rumah masing-masing.

"Bawa ia masuk, dan pastikan kami tidak diganggu," perintah Taehyung. Kepala pelayan membungkuk hormat, dan tidak berapa lama kemudian, Jungkook sudah berada didepannya.

Dengan gemetar dan gelisah, dalam busana kemeja oversized berwarna abu-abu, dengan wajah pucat dan mata sayu, yang membuat Taehyung sulit menemukan jejak pemuda yang ia temui dipesta topeng Tuan Min Yoongi.

Taehyung mengamati Jungkook yang hanya mengambil enam langkah pendrk masuk ke ruangannya dan berhenti, memasang sikap kaku dan tak terjangkau. Namun, Jungkook salah memperhitungkan. Segala hal tentang Jungkook memberi isyarat jelas pada Taehyung.

"Aku.. aku datang untuk.." Jungkook menyodorkan kartu yang diberikan Taehyung, jemarinya gemetar, dan Taehyung merasakan tubuhnya menegang, mengeras, saat Jungkook menggigit bibir bawahnya yang ranum dan merekah.

Taehyung memaksakan diri untuk memfokuskan diri pada kartu ditangan Jungkook. Mata Jungkook tertunduk, mengikuti arah mata Taehyung, tetapi terangkat lagi dengan sorot memohon. " Apapun permainan yang kau rencanakan, aku datang untuk mengatakan padamu bahwa aku tidak tertarik untuk ikut didalamnya, Tuan."

Taehyung berdiri, mengamati Jungkook, dan bertanya-tanya bagaimana mungkin pemuda itu bisa mempengaruhinya. Jungkook adalah pemuda dengan keindahan yang tersembunyi.

Dengan warna rambut hitam legam, dan mata bambinya, dan ditengah pesta dengan berbagai tamu yang datang, ia bisa mengerti kenapa Jungkook bisa terabaikan. Sebagian pria memang sering melewatkan kecantikan sebutir mutiara ditengah potongan kaca berwarna-warni yang tak berharga.

Taehyung puas bahwa ia tidak termasuk kedalam 'sebagian pria' yang tak teliti itu, namun ia teringat bukan hanya dia yang satu-satunya memperhatikan Jungkook.

Kim Mingyu juga pasti melihat kelebihan pemuda ini. Pikiran itu membulatkan tekadnya, lebih menginginkan Jungkook. Jika Jungkook memang bersekutu dengan Mingyu, pemuda itu tidak pantas untuk dikasihi. Jungkook bukanlah pemuda yang polos.

Saat berada di kebun belakang itu, Taehyunh mengagumi keindahan tubuh Jungkook, alis yang sempurna, dan mata bambinya.

Bibir tipis Jungkook yang menggoda, yang saat ini dikerutkan jengkel padanyam Kulit porselein Jungkook, dan ia masih mengingat rasa kulit itu dijemarinya.

Jungkook yang mengenakan oversized tak mampu menutup lekuk tubuhnya. Ia sudah terlalu banyak melihat tubuh itu, tak bisa dibodohi.

Jungkook mengabaikan tatapan Taehyung, bergerak masuk lebih dalam dan mendekat. "Aku datang untuk mengembalikan kartumu."

Taehyung menggeleng, mengambil kartu dari tangan Jungkook dan menjatuhkannya ke lantai berkarpet diruang itu. "Bukan itu alasan kedatangan mu kesini, Jungkook."

"Tentu saja itu alasan kedatanganku!" Jungkook teguh, tak tergoyahkan, dagunya terangkat, menentang Taehyung untuk menyebut pemuda itu sebagai pembohong.

"Siapa kau?" ujarnya kembali. "Apakah kau ingin mendengarkan seluruh gelarku? Kau mungkin akan terkesan mendengarnya, tapi jika kau bersikeras, aku bisa menyebutkannya."

The Night Pleasure (Watty's 2021)Where stories live. Discover now