Author POV
Jungkook bersandar pada kursi jok mobil sewaannya, merasa bersyukur atas pertemuan diam-diam bersama Kepala asisten rumahnya, Kim Seokjin.
Sudah cukup lama ia tak bertemu dengan hyungnya itu. Merasakan kebebasan untuk membicarakan semua situasi yang ia alami. Mudah sekali untuk lupa waktu, saat mereka duduk santai bercakap selayaknya dulu.
Mobil berlaju dengan hening, membuatnya merenung. Terpikir olehnya, bahwa apapun yang terjadi, musim ini pasti akan berakhir.
Waktunya dalam dekapan Taehyung, dirumahnya, dan diatas tempat tidurnya akan berakhir. Tenggorokannya tercekat, emosi tak menentu merasukinya. Taehyung bukanlah pria yang tertari pada ikatan romantis.
Taehyung sudah menegaskan bahwa itulah yang diinginkan pria itu. Sejak awal, Taehyung selalu jujur tentng gairah pria itu padanya.
Dan ia sudah menerima persyaratan yang diajukan oleh Taehyung. Hatinya tak ada hubungannya dengan ini, tegas Jungkook pada dirinya sendiri.
Mobil pun telah sampai dirumah, Jungkook turun dengan santai. Tanpa terburu-buru, ia membiarkan Sebastian mengambil coatnya dan berjalan menaiki tangga.
Sambil melamun, Jungkook melepaskan scraft-nya saat melewati pintu kamar tidur.
"Kau menikmati acara jalan-jalanmu, Jungkook?" Suara Taehyung tiba-tiba terdengar oleh Jungkook, membuatnya memekik terkejut.
"Aku..aku.." Taehyung bangun dari kursi, dan jantung Jungkook berdetak cepat, melihat Taehyung berjalan tampak gagah dan kuat, dimata Taehyung terdapat sorotan yang sulit diartikan olehnya. Membuat Jungkook merinding, tak berkutik. "Apakah kau bersenang-senang?"
Oh, Tuhan. Apakah Taehyung tahu dirinya menemui Seokjin, atau Taehyung sedang menggodanya?
"Aku hanya datang menemui seorang teman," Jawab Jungkook melemparkan scraftnya ke nakas dekat tempat tidur.
"Aku adalah kekasihmu, Taehyung. Bukan tawananmu." jawab Jungkook berusaha tak menunjukkan kegugupannya. Oh Tuhan, kenapa aku berkata begitu? berani sekali diriku ini?. Sorot mata Taehyung terlihat tajam, seperti predator menatap mangsanya.
Mulut Jungkook serasa kering, karena ketegangannya saat ini. Keengganan memberikan informasi tersebut untuk melindungi Hyungnya, Kim Seokjin, yang sudah banyak membantu mencarikannya informasi lebih tentang Taehyung.
Lebih baik ia menghadapi amarah Taehyung terhadap teman misteriusnya, daripada amarah Taehyung jika pria itu mengetahui ketertarikannya dulu pada Mingyu, musuh pria itu dan mengetahui alasannya melakukan semua yang pernah ia lakukan di pesta topeng.
"Tidak, kau bukan tawananku." Suara Taehyung terdengar lebih lembut. Taehyung beranjak mendekat. Jungkokk berdiri kaku ditempatnya.
"Pertanyaanku tadi tak berlebihan." ujar Taehyung kembali. "Aku tak bermaksud untuk kasar," Jungkook berusaha bersikap tenang. "Kau mengejutkanku. Aku diberi yahu kau berada diluar rumah sampai waktu makan malam."
"Urusan bisnisku selesai lebih awal, dan aku bergegas pulang ke rumah untuk bisa bersamamu." Mata Taehyung mengamati Jungkook dengan tajam. "Memangnya kau tak tersentuh?" kerutan bersarang di kening Taehyung.
Pipi Jungkokk merona, batinnya berperang tentang perasaannya terhadap hubungan ini dan emosi yang dibangkitkan Taehyung dalam dirinya.
"Apakah kau sengaja menakutiku?" ujar Jungkook, berusaha memberanikan diri, dagunya sedikit terangkat.
Taehyung tersenyum. "Jungkook, aku tak pernah berniat menakutimu. Tak akan pernah." Taehyung beranjak ke perapian, memberi mereka jarak. Taehyung kembali menghadapnya. "Aku ingin kau menjauh dari Kim Mingyu."
Mulut Jungkook terbuka karena syok saat mendengar perintah tak terduga itu. "Tapi, aku.." Taehyung mengangkat tangan, memotong perkataan Jungkook dengan gerakan tangannya.
"Jangan dipikirkan, Jungkook. Jelas sekali ia menunjukkan ketertarikan padamu." ujar Taehyung tegas. "Setiap kenalan yang ku miliki, mereka wajib untuk memberitahukan kepadaku tentang kunjungan Kim Mingyu ke kursi kita pada saat pertunjukan malam itu." lanjutnya.
"Dia datang tak diundang," balas Jungkook untuk menjelaskan kesalahpahaman. "Bukan aku yang mencari pria itu." Jungkook langsung menyesali perkataannya.
"Tae, kumohon.." Tatapan masam Taehyung terlihat menakutkan. Jungkook menahan dirinya. "Sore ini aku tak bersama Kim Mingyu." Taehyung sama sekali tak percaya. "Bagaimanapun mulai sekarang kau harus menghindarinya."
Jungkook menyilangkan lengannya. "Aku akan melakukan apapun yang kuinginkan. Tapi aku memang berniat untuk menghindari pria itu, kau bisa merasa tenang atas keberuntungan dan kemenanganmu."
Taehyung tersenyum tipis, tetapi pria utu berubah santu saat mendengar pengakuan kekalahan Jungkook. "Kau baik sekali, sayangku."
Amarah Jungkook hilang begitu saja, tiba-tiba ia mendambakan gencatan senjata dengan Taehyung. Kekasihnya saat dalam keadaan ini membuatnya cukup bergairah.
Kilat api dimata hazel pria itu membuatnya sadar, banyak pemuda yang sengaja mrmicu kecemburuan dari pria itu. Kilat posesif dimata itu menghangatkan sekujur tubuh Jungkook. "Apakah kau benar-benar bergegas ke rumah?"
Komentar pemuda bergigi kelinci itu, membuat Taehyung tergelak, mencairkan suasana tegang diantara mereka. "Nah siapa sekarang yang berpikiran mesum?" Taehyung berjalan mendekati Jungkook. Menarik Jungkook dalan dekapannya.
Taehyung menyusuri lidah kesisi leher Jungkook, dan jemarinya mulai menanggalkan pakaian Jungkook dengan keahlian mengagumkan.
Baru setelahnya, Jungkook menyadari bahwa Taehyung sama sekali tak pernah bertanya apa yang diinginkan Mingyu pada dirinya, saat datang pada kursi mereka malam itu.
Tak pernah mendesak apa detail percakapan mereka. Seolah Taehyung telah mengetahui segalanya.
TBC~
Hello guys, i'm back, jadi bagaimana menurut kalian tentang pemikiran Taehyung pada Jungkook? apakah ia akan mengetahui kebenarannya?
Btw thanks untuk vomment dichapter sebelumnya, dan jangan lupa vomment untuk chapter ini ya, terima kasih banyak~
Menyayangi kalian banyak-banyak,
I Purple U
Swaggy
YOU ARE READING
The Night Pleasure (Watty's 2021)
Storie d'amore{Watty's 2021} (indonesian book) Seumur hidupnya, Jungkook selalu dianggap tertutup. Namun pada malam itu, Jungkook, menjadi pemuda penggoda yang akan menjebak seorang CEO sombong yang pernah meremehkannya secara terang-terangan. Rencananya sederha...