22+ Something To Say

601 124 6
                                    

You can tap the star (⭐)  icon there!

Thank you!

💙

Seungmin menunggu Jeongin di depan gerbang sekolahnya, sebentar lagi pasti sosok berkawat gigi itu akan lewat. Setelah melihatmu kembali tenang kemarin karena segala bujukan Seungyoun, dia bernapas lega.

Tapi satu fakta yang membuatnya terkejut adalah ternyata alasan kamu menjauhi Jeongin itu lebih dalam dari yang ia kira. Kisahmu nyatanya lebih rumit dari sekedar yang ia tahu selama ini.

Seungmin pikir kamu hanya trauma akan perceraian kedua orang tuamu dahulu karena mengira semua itu salahmu yang terlalu susah diatur. Tapi ternyata bukan itu. Alasan di balik semua sikap gak acuhmu ternyata lebih menyakitkan.

Dan Jeongin juga harus tahu tentang ini.

"Kak Seungmin?" yang terpanggil mendongakkan kepalanya dan mendapati seseorang yang tengah ia tunggu saat ini. Seketika senyumnya merekah.

"Jeongin, gue mau jelasin sesuatu."

°°°

Seungmin dan Jeongin akhirnya memilih untuk pergi ke kafe dekat sekolah milik Jeongin. Seungmin sebenarnya masih ragu, tapi Jeongin harus tahu semuanya.

Setelah minuman yang di pesan datang, Seungmin berdeham pelan. Membuat atensi Jeongin yang sebelumnya menyesap minuman dingin di tangannya berhenti kemudian menatapnya penuh tanya.

"Jeongin dengerin, ini tentang masa lalunya yang nggak pernah lo denger."

Jeongin meletakkan kembali minumannya, dahinya berkerut tanda gak mengerti. "Bukannya—"

"Enggak. Lebih dari itu Jeongin, dan gue baru tahu semalem. Tepat saat mbak berhenti ngamuk dan cerita semuanya ke kak Seungyoun."

Ekspresi Jeongin berubah tajam, apa-apaan maksud kakak tingkatnya itu? Menyebut nama Seungyoun segala pula.

"Lanjutkan." ucapnya tegas. Seungmin menyempatkan menghela napas pelan sebelum memulai cerita yang ia dengar dari mulut bergetarmu semalam.

"Dia bukan trauma akan perceraiannya. Tapi tentang dia yang berpikir udah rebut kebahagiaan orang tersayangnya karena sikap keras kepalanya yang gak mau turuti ibu kandungnya."

Dahi Jeongin kembali berkerut, lalu memberi Seungmin perintah untuk melanjutkan.

"Dulu mulai saat mbak SMP, dia selalu di paksa buat terus belajar sampai dapat peringkat satu sesekolah. Setiap harinya ibunya pasti selalu awasin dia buat belajar. Karena mbak sayang sama ibunya jadi dia lakuin itu dengan suka rela. Bahkan melupakan kesenangannya sendiri, cuma buat ibunya.

"Ibunya bilang mbak harus bisa sampai dapat peringkat, karena itu yang menentukan seseorang berhasil atau enggak. Gue gak tahu kenapa pikiran begitu ada di ibunya, tapi mbak gue hanya menurut.

"Sampai suatu saat mbak mulai lelah akan semuanya. Seluruh paksaan ibunya buat dia jengah, ujian kelulusan saat itu jadi penentu. Mbak gue udah berjuang mati-matian buat dapetin peringkat satu yang selalu ibunya penginin. Tapi sayang mbak cuma dapat peringkat ke-3. Tapi itu cukup memuaskan karena biasanya mbak bahkan cuma peringkat 10 ke bawah.

"Ayah tahu tentang usahanya selama ini, dan dia bangga akan itu. Tapi ibunya enggak. Dia malah marahin mbak sampai mau tampar dia. Dan mbak juga udah cukup lelah sama semuanya, karena itu dia juga luapkan amarahnya sampai buat ibunya berhasil mendaratkan satu tamparan keras di pipi mbak.

"Mbak kaget, lalu ayah datang. Dia lihat gimana istrinya nampar anaknya cuma karena hal sepele itu. Dia gak bisa hargain usaha mbak selama ini, buat dia bahkan lupa apa itu arti main sama teman dan sebagainya. Dia nangis, ayah dan ibunya bertengkar di depannya hingga kalimat talak dari ayah pun buat semuanya hancur."

Jeongin membulatkan mata rubahnya, ternyata memang serumit itu. Dan Jeongin menyesal baru mengetahuinya.

Seungmin tersenyum tipis, menatap sendu Jeongin di depannya. "Karena itu alasan sikap dinginnya dulu, dan gimana gak sukanya dia akan paksaan dari orang lain.

"Karena itu Jeongin.. dia lepasin lo hari itu. Karena dia dengar dari bunda lo yang cerita tentang nilai anaknya yang turun. Dan mbak merasa itu semua karena dia, karena dia yang buat lo selalu habiskan waktu berdua hingga lo yang kehilangan waktu belajarnya cuma buat dia."

Jeongin menggeleng lemah, ekspresinya menyiratkan ke-tidaksetuju-an.

"Karena dia gak mau buat orang tua lo bertengkar cuma gara-gara nilai anaknya yang turun dan kejadian yang sama bakal terjadi sama lo. Dia nggak bisa Jeongin, karena lo adalah orang tersayangnya."

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be continued.

Monday, 4 may 2020

+ you got the answer?

+ now let's repeat.

+ kali aja ada yg belum tau, silakan menebak hal lain yg belum aku ungkap, tapi udah aku kode.

+ hehe.

Hello, Stay!

Thank you for always give me love, keep the support for me and Stray kids.
Thanks again for all your votment. I really appreciate it.

M.n

Publish: Tuesday, 7 july 2020

Done | Y. JeonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang