16+ Should I Stay?

612 149 5
                                    

You can tap the star (⭐) icon there!

Thank you!

💙

Jeongin merebahkan diri di atas ranjang minimum miliknya, gak peduli akan materi ujian besok yang bahkan belum ia ulang lagi hari ini.

Terlampau malas, lelah, karena semua pikirannya cukup membebani otak mediumnya. Helaannya terdengar, memilih menutup matanya dengan bantal di dekatnya, kembali mengingat segala hal bersamamu hari ini.

"Kamu beneran nggak mau kasih aku kesempatan ya, Kak?" gumamnya yang teredam oleh bantal.

Pintu kamarnya terbuka, menampakkan sang Bunda tercinta. Menatap anaknya lembut, lantas bertanya, "Si jagoan kenapa? Materinya susah?"

Jeongin menyingkirkan bantal dari wajahnya, melihat sang ibunda dengan perasaan campur aduk.

"Bunda," sapanya.

"Hm?" dehaman menjadi balasan. Beliau duduk di tepian ranjang anak lelakinya, menatapnya dengan pandangan bertanya dan senyuman cantik yang mengembang.

Hening sejenak, hingga Jeongin berani melanjutkan, "Kalau nilai Jeongin turun, Bunda marah gak?" tanyanya hati-hati.

Satu alis Bundanya terangkat, tangannya bergerak untuk mendudukkan anak lelakinya, Jeongin menurut, menunggu kalimat balasan dari beliau.

Bunda mengelus pelan surai hitam anaknya, tersenyum lembut. "Nilai Jeongin turun ya?"

Dengan lemahnya Jeongin mengangguk, bibirnya mengerecut lucu. Sang bunda terkekeh pelan, membawa telapak tangannya untuk menyentuh pipi kanan Jeongin.

"Bunda nggak marah, malah khawatir."

Dahi Jeongin mengernyit gak mengerti, bunda kembali menjelaskan, "Iya, soalnya pasti ada alasan kenapa nilai kamu bisa turun. Bunda tahu kamu gak malas orangnya, jadi pasti ada sesuatu yang terjadi."

Kembali menjada, hanya untuk melihat ekspresi anaknya, dan benar dia rasa. Jeongin, anak tampannya itu, ada sesuatu yang mengganggunya.

"Mau cerita?"

°°°


Tok! Tok!

"Sayang?" ayah menyembulkan kepala di sela pintu kamar anak gadisnya yang terbuka.

Kamu yang tengah fokus mencatat rangkuman materi besok menoleh. Lantas tersenyum saat ayah mendudukkan dirinya di tepian ranjang, menepuk sisi di sebelahnya agar segera di isi olehmu.

"Ayah mau bicara apa?" tanyamu.

Si ayah tersenyum lebar, "Santai dong, jangan serius-serius sama ayah." cemberutnya. Bola matamu berputar malas, lalu mendengus.

"Terserah. Kalau nggak penting aku tinggal belajar—"

"Sebentar." ucapnya di iringi tangannya yang menahan pergelangan milikmu. Kamu tersentak akan atmosfer yang sedikit berubah dari sebelumnya.

Ini lebih serius. Akhirnya kamu kembali menyamankan dudukmu lalu menghadapnya. Ayah tersenyum simpul, belai rambut pelan.

"Kenapa nggak bilang kalau udah putus dari Jeongin?"

Jantungmu rasanya berhenti berdetak, untuk beberapa saat kamu hanya bungkam. Ayah kembali melanjutkan, "Kamu serius putusin dia? Bukannya kamu masih suka sama dia?"

Pandanganmu beralih ke arah meja belajar di sebelah kirimu, alismu bertaut, air matamu pun sudah berada di pelupuk.

Ayah mengalihkan tangannya untuk menggenggam kedua tanganmu. Berucap lembut, "Ayah tahu kamu masih butuh dia. Lalu kenapa kamu lepasin.. hm?"

Dagumu beliau tarik hingga wajah merahmu kini berhadapan dengannya, dia menatapmu lembut, air matamu sudah gak bisa lagi terbendung.

Maka, isakan pun terdengar. Kamu berucap lirih di sela tangismu,

"Aku takut Ayah... Aku takut hancurin kebahagiaan dia.. aku nggak mau kejadian kayak Ayah dulu keulang lagi, hiks. Aku nggak mau dia sakit karena aku yang terlalu maksa dia buat sama aku. Aku nggak mau... Hiks," ayah mendengarkan dengan sesekali tangan besarnya itu mengusap setiap buliran air yang jatuh di pipimu.

Beliau membawamu ke dalam pelukan hangatnya, mengusap punggungmu hanya untuk sekedar memberi ketenangan.

"Ayah, should i stay?"

"Ayah, should i stay?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be continued.

Sunday, 19 april 2020

Hello, Stay!

Thank you for always give me love, keep the support for me and Stray kids.
Thanks again for all your votment. I really appreciate it.

M.n

Publish: Tuesday, 19 may 2020

Done | Y. JeonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang