24+ Lonely Eyes

587 117 1
                                    

You can tap the star (⭐) icon there!

Thank you!

💙

Saat itu, di hari ulang tahunmu. Kesibukanmu sebagai mahasiswi baru cukup memberatkan, meskipun hidup telah tergolong bebas dari pada saat SMA, gak ayal tugas pun lebih bebas dari dahulu.

Penuh dan wajib terkumpul tepat waktu. Kalau tidak, cukup tanggung dengan beban yang lebih berat.

Dapat nilai rendah atau mengulang tahun depan.

Cukup adil untuk kebebasan yang lebih kan? Resiko pun jelas ada.

Pengorbanan orang bilang.

Dan seharian ini kamu gak menghubungi kekasihmu. Yang Jeongin, yang terlampau 2 tahun di bawahmu. Dan sepertinya lelakimu itu juga gak menghubungi.

Kamu masa bodoh, ingin segera istirahat. Malam pukul 8 lebih 15 menit kamu sampai di rumah. Selesai akan mandi dan sebagainya, kamu masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri.

Seungmin, adikmu, mungkin telah tidur, sedangkan ayah dan ibu mungkin belum pulang. Atau sedang jalan berdua. Setiap tahun, gak ada yang spesial dalam ulang tahunmu.

Gak ada yang merayakan, ataupun sekedar mengucapkan selamat bertambah umur. Sejak dulu hari-harimu terlalu kosong dan hanya terisi oleh rumus dan sejarah.

Lagi pula, terlalu basi kan?

Kamu mengecek ponselmu, hanya memastikan gak adanya notif penting atau apapun. Dan ternyata memang gak ada, jadi kembali kamu meletakkan ponsel persegi panjang itu di atas nakas.

Kamu menghela napas, setidaknya itu untuk beberapa tahun yang lalu. Sebelum kamu bergabung dengan keluarga dan lingkungan yang baru.

Pertama kalinya ucapan serta berbagai kado kamu dapatkan dari keluarga barumu ini. Ibu dan Seungmin memberikan warna baru dalam hidupmu.

Serta jangan lupakan si tetangga manis, yang berteman dengan Seungmin. Ya, Jeongin-yang sekarang berubah status menjadi pasangan kekasih.

Yang Jeongin, kekasihmu itu selalu memberimu kejutan dan hadiah yang begitu manis. Tahun lalu, dia membuatkanmu masakan istimewanya, di bantu bundanya tentu, lalu memberikannya padamu sebagai tanda rasa bersyukurnya serta cinta. Itu yang dia bilang.

Kamu tertawa pelan mengingatnya, tapi tawa itu luntur perlahan saat gak adanya ucapan sama sekali darinya hari ini. Dia.. selalu tepat waktu.

Tapi hari ini, menghubungi pun enggak.

Kamu mengembuskan napasmu lewat mulut, mengulum bibirmu sebelum bangkit dari ranjang dan meraih jaket di gantungan dengan ponsel yang kamu pegang di tangan.

Hari ini, kamu harus bertemu. Meskipun rumah gak lagi bersebalahan selepas dia yang memasuki SMA tahun ini, kamu harus bertemu.

Hanya sebentar,

"Jeongin?" lirihmu terkejut akan eksistensi Yang Jeongin di depan pintu rumahmu.

Lelaki yang tengah memegang kue berhias lilin angka 18 itu ikut melebarkan matanya, mulutnya menganga gak percaya. Tapi setelahnya ia segera terseyum dan berucap,

"Selamat ulang tahun! Maaf ya, telat. Sengaja sih, hehe. Nyariin nggak?" lelaki itu menyunggingkan senyum dengan gigi berpagar rapi memghiasi. Membuatnya tampak begitu manis, sungguh.

Kamu masih bergeming, hingga kalimatnya menyadarkanmu kembali. "Kakak kok, diem sih? Tiup dong~ pegel nih aku, tadi mau aku hubungin sih. Cuma Kakak keburu buka pintunya, hehe."

Dengan helaan napas mengawali embusan angin yang kamu keluarkan lewat mulut untuk mematikan api di atas sumbu lilin angka 18 itu. Jeongin tersenyum senang, lantas mengajakmu ke dalam.

Cukup lama senyum serta tawanya menghiasi ruang makanmu, duduk bersebelahan dengan kamu yang selalu terkekeh pelan karena caranya menyampaikan sesuatu begitu lucu.

Hingga kamu pun ingat akan alasanmu yang hendak bertemu dengannya malam ini, di saat Jeongin tertawa karena leluconnya, kamu menunduk lemah.

Helaan gundahmu terdengar, Jeongin yang telah berpaling kembali padamu menggumam. Lantas bertanya kenapa dengan sentuhan lembut di pundak.

"Kakak, kenapa?"

Kamu kembali menatapnya, "Jeongin..." dia berdeham menanggapi. Melihat tatapan polosnya, kamu menjadi yakin untuk melakukannya. Jangan bilang ini mudah, rasanya hatimu seperti di remas hebat oleh sesuatu yang melilitnya.

Kamu ingin menyerah, tapi kalimat itu pun terlontar.

"Aku mau kita putus."

Jeongin hanya terdiam, sebelum matanya mengerjap beberapa kali dan mengalihkan pandangannya darimu. Dia melirik kado di samping ia duduk lalu mengambilnya dan memberikannya padamu.

Jeongin tersenyum, "Ya, okay. Selamat ulang tahun, semoga tetap bahagia. Aku sayang kamu Kak! Dadah!"

Dan dia keluar begitu saja. Hanya senyuman menampakkan gigi berpagarnya lah, yang menjadi akhir hubunganmu dengannya. Salam perpisahan yang manis tapi juga sesak.

Kamu.. masih menyukainya. Tapi karena itulah, kamu harus melepasnya.

"Sayangnya, nilai Jeongin nggak sebagus yang lalu."

Matamu terpejam sesaat, desisan pelan kamu keluarkan sebelum menggeleng dan kembali membuka mata, menegaskan ekspresimu, berpikir bahwa ini memang yang terbaik. Wajahmu terangkat sempurna dengan tubuh yang tegap, memandang lurus ke depan dengan tatapan kesepian itu- yang kembali singgah bersamaan dengan air matamu yang mengalir.

 Wajahmu terangkat sempurna dengan tubuh yang tegap, memandang lurus ke depan dengan tatapan kesepian itu- yang kembali singgah bersamaan dengan air matamu yang mengalir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be continued.

Thursday, 4 june 2020

Hello, Stay!

Thank you for always give me love, keep the support for me and Stray kids.
Thanks again for all your votment. I really appreciate it.

M.n

Publish: Tuesday, 14 july 2020

P.s. : nelat huhu, asli panas banget siang tadi:< akhirnya aku tidur sampe malem gra² keluar sampe sore:v insom itu ga enak si aslian.

Done | Y. JeonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang