Malam hari terasa sangat dingin, Frans menginjakkan kaki nya kembali di dekat danau yang menjadi tempat favorite nya bersama seseorang yang pernah dia sayang disini mungkin masih sayang sampai sekarang.Frans merentangkan tangannya sambil memejamkan matanya menikmati udara disana. seseorang memeluk Frans dari belakang dengan hangat, pelukan yang dirindukan oleh keduanya. Frans berbalik merengkuh gadis itu.
“Kamu masih sering ke sini Frans?” tanya gadis itu tanpa melepaskan pelukannya.
Frans hanya berdehem membalas gadis itu melepaskannya perlahan membuat gadis itu merasa kehilangan “Kamu udah gak cinta lagi sama aku?" tanya gadis itu lagi dengan mata yang sudah berkaca kaca.
Frans memeluknya kembali mengusap punggung gadis itu “Gue masih cinta sama lo” satu kalimat yang berhasil lolos dari mulut Frans mampu membuat gadi itu mendongak menatap Frans yang lebih tinggi dari nya, gadis itu tersenyum dengan mata yang masih berkaca kaca.
“Tapi, kenapa kamu mutusin aku Frans?” tanya nya sembari menenggelamkan kepalanya di dada bidang Frans.
“Lo egois” Frans melepaskan pelukan nya, mengajak gadis itu untuk duduk di pinggir danau. Gadis itu menatap Frans dengan dahi yang berkerut.
“Aku cuma ingin jadi Nomor satu dihati kamu Frans, udah itu aja” ucap gadis itu menundukkan kepalanya. Frans memejamkan matanya mencerna maksud dari ucapan gadisnya.
Frans melepaskan jaketnya memakaikan jaket itu ke gadisnya “Gue masih punya keluarga yang harus gue jaga, harusnya lo cukup dengan posisi lo yang jadi pacar gue” bisik Frans memegang kedua bahu gadis itu. Setelah memasang kan jaketnya Frans berdiri pergi tanpa sepatah kata pun sama saat Frans memutuskannya.
Gadis itu menangis tidak bisa membendung air matanya lagi dengan cepat dia menyeka air matanya dengan kasar berbalik kearah Frans yang sudah berjalan menjauh “FRANS, MAMAH MAKIN PARAH DIA PENGEN KETEMU KAMU!!” teriak gadis itu memegang erat kedua sisi jaket Frans takut Frans menolak.
Frans menghentikan langkahnya mendengar teriakan gadisnya “Ntar kita ke bandung” Ucap Frans dengan suara bariton nya, melangkahkan kembali kakinya menjauh dari danau.
Gadis itu tersenyum, dia akan mendapatkan Frans sepenuhnya untuk dirinya sendiri tidak boleh ada yang memeliki Frans selain dirinya, egois memang tapi dia sudah lelah untuk berdiam saja dan berniat untuk mengakhiri nya dengan memiliki Frans.
•••
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuyarkan ketiganya yang sedang menonton film horor diruang tengah dekat pintu utama. Mereka berteriak ketika suara ketukan itu terdengar kembali.
“Lo aja yang buka Sil” ujar Lysni mendorong pelan pundak Silla yang berada disampingnya itu.
“Kan lo yang punya rumah” bantah Silla, mereka berdua beralih menatap Neta dengan cengiran yang memperlihatkan deretan giginya.
“Apa?” tanya Neta menaikan alisnya.
Lysni kembali menatap Silla dengan senyum lebar, Silla yang tau jalan pikir Lysni pun ikutan tersenyum. Silla pindah duduk jadi di sebelah Neta sampai akhirnya Lysni dan Silla mendorong Neta sampai terjatuh didekat pintu.
Neta mengaduh kesakitan menatap tajam kearah belakang tepatnya kearah Lysni dan Silla yang berpura pura tidak melakukan apa apa. Dengan pasrah neta berdiri dan berjalan dengan gontay menghampiri pintu yang tidak jauh darinya, neta memejamkan matanya seraya membuka pintu itu.
“AHHHHH SETANN” Teriak Neta tepat setelah pintu terbuka lebar.
“HUAHHH!” Teriak Lysni dan Silla saling memeluk.
“HEYYY, INI GUE DARA!” teriak Dara yang berdiri diambang pintu.
Merasa yang berteriak bukanlah yang mereka pikirkan, mereka bernapas dengan lega. Neta mempersilahkan Dara masuk dan menutup pintu nya kembali.
Dara menatap Silla dan Neta yang merasa asing bisa berada dirumah Lysni bahkan mereka sudah sangat akrab. Lysni yang menyadari tatapan Dara menyuruhnya duduk disamping Lysni dan menceritakan kalau Silla dan Neta adalah sahabatnya yang dari New York, Dara yang mendengar nya hanya mengangguk.
“Ehh iya lo mau ngapain kesini malam malam Dar?” Lysni tersadar dengan apa tujuan Dara kesini bahkan ini sudah hampir malam.
Dara celingukan “Hmmm... Anu Lys” jeda Dara yang membuat Silla, Neta dan Lysni menatap penasaran kearah Dara.
Dara mendekatkan muka nya kearah Lysni membuat Lysni dan keduanya menegang “Frans kemana ya?” Lysni, Silla dan Neta memposisikan kembali tubuhnya dengan lesu, lagipula kalau hanya bertanya tentang Frans kenapa tidak besok saja disekolah, kenapa harus sampai kerumahnya segala.
“Dia tadi keluar, ntah kemana” jawab Lysni sembari menyandarkan punggungnya disofa.
Pintu kembali dibuka menampilkan Frans dengan wajah yang lebih berseri dari biasanya. Lysni, Silla dan Neta menatap Frans acuh sedangkan Dara sudah tersenyum saja ketika Frans melangkahkan kakinya menghampiri mereka tepatnya sih kearah Lysni.
“Perasaan tadi abang pake jaket deh, ko sekarang gak ada ya?” tanya Lysni yang menyadari Frans hanya memakai baju lengan pendek yang bahkan membuat Frans jauh lebih keren.
“Ketinggalan dirumah temen” jawab Frans memandang lurus ke arah Lysni tanpa melirik sama sekali kearah Dara, Dara hanya menunduk lesu ketika Frans buru buru mengangkat telepon dan berlalu meninggalkan mereka, hanya kata terakhir yang didengar oleh mereka.
“Iya gue temenin lu ke bandung”
Ucapan Frans dengan seorang telepon disana membuat tanda tanya besar bagi Lysni maupun Dara. Ternyata itu alasan Frans tidak pernah memberi nya kabar sekarang, tidak pernah bersamanya. Lagi lagi Dara menundukkan kepalanya.
Lysni dan kedua sahabatnya saling menatap tidak tahu harus berbuat apa, bahkan Lysni pun tidak tahu siapa yang menelpon Frans sampai Frans berbicara begitu lembut. Lysni kira Frans hanya bisa lembut kepada dirinya saja ternyata salah, Lysni hanya mendengus kesal. Ia harus segera menanyakan kepada Frans siapa yang dia telpon itu dan kenapa Frans harus menemani seseorang itu kebandung, kenapa juga harus berbicara selembut itu apakah itu orang spesial. Ahhh menurut Lysni hanya Lysnilah orang spesial bagi Frans.
KAMU SEDANG MEMBACA
My ex enemy
Romancepenyesalan akan terasa ketika kita telah kehilangan. langit merasakan itu, sebuah 'penyesalan' langit melihat wujud seseorang yg dia cintai, dan meminta dia kembali kepada langit. namun langit masih bisa berpikir kalau gadisnya itu telah tiada, tapi...