"Dek, abang mau keluar. Jagain rumah jangan sampe ilang" ucap Frans sembari merapihkan pakaian nya di ambang pintu."Bagus bang dikit lagi lucu" ucap Neta dengan menepuk-nepukkan tanggannya yang langsung dapat toyoran dari Silla sedangkan Neta hanya menatapnya datar sambil mengelus² kepalanya.
Frans pergi tanpa menutup kembali pintu kamar Lysni, dengan Lysni yang menahan mulutnya untuk tidak berkata kasar.
"Sabar Lys" ucap Neta sambil mengelus-elus punggung Lysni "Tarik nafas, jangan dikeluarin" lanjutnya lagi.
"Hehhhhh!! Lo mau buat gue mati ha?" tanya Lysni dengan berteriak.
"Kan mubazir Lys, gak usah buang-buang nafas" sahutnya dengan tanpa dosa.
"Nih... Lo yang gak usah nafas!!" ucap Lysni membekap idung Neta
Silla hanya menggeleng-geleng kan kepalanya saja, pusing. Bisa-bisanya dia punya sahabat kaya mereka. "Diem-diem bae Sil. Berak ya lo?" ucap Neta setelah berhasil melepaskan tangan Lysni yang membekap hidungnya lalu menengok ke arah Silla yang memicingkan matanya.
"Emang bener-bener ya lo, mancing gue"
"Mancing apaan dah?" tanya Neta dengan wajah polosnya.
"MANCING EMOSI GUE" teriak Silla lalu mengejar Neta yang sudah berlari sambil terkekeh. Lysni tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya yang keram akibat sering tertawa.
•••
Suara pintu terbuka mengalihkan Frans dari handphone nya, lalu menatap ke arah seorang cewek yang tersenyum ke arahnya.
"Kenapa lama?" tanya Frans menyandarkan punggungnya di sofa.
"Ya maaf, tadi ribut dulu sama Langit. Jadi, ya gitu" ucapnya lalu ikut duduk disamping Frans
"Bisa jalan?" tanya Frans memperhatikan kaki cewek itu yang diperban.
"Bisa, yuk. Kemana?" tanya nya ke arah Frans dengan muka sumringah.
"Maksud gue, lo kok bisa jalan dari tempat parkir ke apart?" tanya Frans memperjelas perkataannya.
"Kirain mau ngajak jalan" cibir nya dengan bibir yang melengkung ke bawah.
"Kaki lo masih sakit Audrey" ucap Frans dengan nada yang berubah lembut.
Ya, Audrey cewek yang Frans jadikan nomor terakhir dikehidupannya setelah keluarganya. Audrey menyandarkan kepalanya di bahu Frans sambil memainkan jari Frans yang lebih besar dari nya "Aku kangen mamah" ucap nya pelan bahkan seperti gumaman.
Frans mengambil handphone nya lalu menelpon seseorang hingga beberapa detik panggilannya dijawab.
"Iya kenapa bang?"
Kening Audrey berkerut, ngapain Frans menelpon Lysni. Apa jangan-jangan dia mau pergi sama Lysni atau ahh bahkan Audrey sudah berpikiran yang tidak-tidak.
"Abang mau nginep di rumah temen beberapa hari, kamu jangan nakal" ucap nya dengan nada lembut lalu mematikan teleponnya.
"Siap-siap besok berangkat ke bandung" Audrey lantas mendongak menatap ke arah Frans sambil tersenyum, sikap yang kaya gini yang Audrey suka, peka.
"Frans, aku lapar" ucap Audrey sambil memegang perut nya yang berbunyi.
"Gue gak bisa masak, jadi pesen gofood aja" ucap Frans menyodorkan handphone nya ke arah Audrey lalu berdiri.
"Mau kemana?" tanya Audrey takut-takut Frans meninggalkan nya lagi.
"Mau mandi, gerah. Lain kali rambutnya diuraiin aja jangan di cepol" jawabnya dengan datar lalu pergi.
Frans pergi ke kamar mandi lalu mengacak rambutnya frustasi bagaimana bisa hormonnya bisa naik cuma melihat leher Audrey, Ahh siall. Frans mulai mengguyur tubuhnya dengan air dingin supaya meredakan sesuatu yang mengeras dibawah sana.
Frans keluar dari kamar mandi sudah memakai celana pendek yang dipadukan baju hitam polosnya, Frans langsung menemukan Audrey yang tertidur di sofa mungkin menunggunya.Frans mengangkat tubuh Audrey membawanya ke kamar lalu merebahkan tubuhnya dan terkahir menyelimutinya.
Audrey terbangun jam 05:49 dan matanya menangkap sosok Frans yang terbaring meringkuk di sofa kamarnya, Audrey tersenyum lalu menghampiri Frans lalu membangunkan nya "Frans, tidur nya lanjut di kasur aja" ucap Audrey tanpa sahutan dari Frans dia langsung beranjak dan melanjutkan tidur nya di kasur.
Audrey melangkahkan kakinya menuju kamar mandi membersihkan badannya setelah selesai dia ke dapur walau jalannya agak susah dengan bantuan tongkatnya tapi dia tetap menyiapkan segala nya di mulai dari membuat sarapan sampai mengkemaskan bajunya dan Frans untuk menginap di Bandung.
Frans terbangun karna indra penciumannya mencium aroma enak dari luar kamarnya, Frans tersenyum lalu pergi kekamar mandi membersihkan dirinya setelah selesai dia keluar dengan pakaian yang sudah rapih.
Frans menghampiri Audrey yang sedang menyiapkan sarapan dengan tongkat yang diapit di ketiak nya.
"Cepet selesaikan sarapannya, kita harus buru-buru berangkat" ucap Frans sembari duduk lalu memakan sarapannya, Audrey pun sama segera menyelesaikan makanannya lalu beranjak mengganti pakaian nya.
Sekarang mereka sedang menuju ke bandung tempat ibunya Audrey dirawat di rumah sakit jiwa, keheningan yang menyelimuti mereka disepanjang jalan. Setelah sampai Audrey menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya perlahan.
"Are you okey?" ucap Frans menyadari kondisi Audrey yang menurut nya tidak baik, Frans memegang kedua tangan Audrey lalu mengecupnya sebentar.
Audrey tersenyum kemudian turun dari mobil memperhatikan bangunan putih yang ada dihadapannya "Maaf" ucap Frans tulus menyadari kalau itu perbuatan keluarganya.
Audrey menghadap ke arah Frans lalu tersenyum getir "It's okey" sahutnya lalu mulai melangkah masuk ke rumah sakit jiwa tersebut. Frans mengawasi Audrey dari belakang kalau saja ada orang gila yang menghadangnya.
"Ibu" sahut Audrey membuka pintu tidak ada sahutan dari dalam, Audrey melihat ibu nya itu terdiam menghadap keluar jendela.
Audrey memeluk ibu nya tersebut dari belakang, namun sama tidak ada respon sama sekali. Sampai Frans masuk ibu nya juga bersamaan berbalik, Audrey langsung memeluknya lebih erat.
"AHHHH TIDAKKK, JANGANN SAKITIII ANAKKK SAAYAA" teriak ibu Audrey denga histeris sambil berjalan mundur menjauh.
Para perawat berdatangan sebisa mungkin menenangkan ibunya Audrey yang masih saja berteriak kalang kabut. Ibu nya Audrey menarik Audrey kedalam pelukannya dengan air mata yang mengalir "PERGIIIII!!! JANGAN SAKITI ANAKK SAYAAA, CUKUPPP" teriak ibu nya Audrey, Audrey yang berada di pelukan Ibu nya lantas mengusap-usap punggung ibu nya itu untuk menenangkannya.
"Ibu, dia Frans dia baik bu sama Audrey, dia yang jagain Audrey bu" bisik Audrey masih mengusap-usap punggung ibunya. Perlahan ibu Audrey mulai membaik perawat pun melenggang pergi.
Frans mulai menghampiri keduanya, Frans berlutut mensejajarkan diri dengan ibu Audrey yang tiba-tiba saja terdiam "Kamu baik?" tanya ibu Audrey dengan menatap kosong ke arah Frans, Frans hanya tersenyum lalu mengangguk.
Setelah memperhatikan Frans ibu Audrey tertawa kencang, Audrey pasrah dia tidak tau lagi harus berbuat apa lagi. Frans membawa Audrey pergi setelah ibunya tertidur, Frans membawa nya ke kota tua untuk menenangkan Audrey "Aku minta maaf"
Bukan kata maaf yang membuat Audrey langsung menatap Frans tapi kata pertama 'Aku' sudah sejak lama Audrey merindukan kata-kata lembut itu, merindukan sikap Frans kepadanya, merindukan segalanya yang ada di diri Frans. Audrey berharap dia tidak akan pernah lagi kehilangan orang tersayang nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My ex enemy
Romancepenyesalan akan terasa ketika kita telah kehilangan. langit merasakan itu, sebuah 'penyesalan' langit melihat wujud seseorang yg dia cintai, dan meminta dia kembali kepada langit. namun langit masih bisa berpikir kalau gadisnya itu telah tiada, tapi...