09; Play truant

1K 90 13
                                    

 DIKIT LAGI 1K PEMBACA GESSSMAKASIH BANYAK LOHTARGET PERTAMA AKU SEKARANG 500 VOTE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DIKIT LAGI 1K PEMBACA GESSS
MAKASIH BANYAK LOH
TARGET PERTAMA AKU SEKARANG 500 VOTE.

KIRA-KIRA BISA GAK YAH? DOAIN TERUS YA.

ENJOYY TO READING.





"Ra, pelajaran pertama hari ini apa?" tanya Keisya pada Amara.

"Lo tau," jawab Amara singkat tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Gue kalau hari jum'at, bawaannya amnesia,"ucap Keisya asal.

"Agama, Kei." Adera membantu mengingatkan.

Keisya berdecak sebal," Ck, kenapa hari jumat harus ada, sih. Pasti Bu Fatimah masuk, nih. Males banget gue harus dengerin ceramahnya yang panjangnya udah kayak jalan tol," ujar Keisya, marah-marah sendiri.

Ran langsung menutup buku pelajarannya. Lalu, beralih menatap si rambut ombre yang mempunya jiwa centil tak tertandingi.

"Lo tuh, sekali-kali emang harus dengerin ceramah dari Bu Fatimah. Biar otak lo isinya gak cowok terus," semprot Ran yang diangguki oleh semua.

"Sialan lo! Lagian, gue tuh gak suka sama mata pelajaran Agama, Matematika, Fisika, Kimia, Ipa apalagi Sejarah," jelas Keisya merasa mual menyubutkan mata pelajaran itu semua.

"Itu hampir semua lo gak suka!" seru Amara, Ran, Eca, Adera secara kompak.

Hari jum'at adalah musuh besar bagi Keisya juga bagi yang lainnnya. Bagaimana tidak, empat jam pelajaran diisi oleh Bu Fatimah. Guru agama yang sangat hobi memberi ceramah panjang.

Masuk ke otak, enggak. Ngantuk, iya.

Kira-kira begitu yang dirasakan oleh semuanya.

Keisya, Adera dan Eca sudah menggeret kursi masing-masing untuk merapat ke meja Amara dan Ran. Kelimanya sudah duduk melingkari meja, sudah seperti orang yang mengadakan rapat.

"Bolos yuk," ajak Keisya pada empat sahabatnya.

Sedangkan, Amara, Ran, Adera, Eca malah saling lempar pandangan. Belum mau menjawab ajakan sesat Keisya.

"Udah lah, gue tau kalian juga hari ini lagi males. Kebaca dari muka lo semua," kata Keisya yang memang sudah hafal betul dengan sifat sahabat-sahabatnya.

Masih belum ada yang menjawab. Keempatnya memilih pura-pura membaca dari pada harus mendengar ucapan Keisya.

Hingga, pergerakan Amara yang sedang memakai tas ranselnya membuat pandangan mata itu menyorot ke arahnya.

"Ra ... lo ...."

"Sekali-kali, kenapa enggak," ucap Amara menyela ucapan Adera yang masih menggantung.

AMARA STORY [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang