GIMANA PADA SENENG GAK AKU DOUBLE UP?
LAGI-LAGI AKU MINTA MAAP YA, KARENA KELAMAAN UP NYA.
SIBUK SAMA KERJA TERUS.
MAAP BANGET.
BIASAKAN BACA SAMPAI HABIS!
RAMEIN KOLOM KOMENTAR
SPAM KOMEN TENTANG PART INI.KALAU ADA YANG BAPER KASIH TAU.
KALO ADA TYPO JUGA KASIH TAU JANGAN PADA DIEM YA.
OKE, ENJOY TO READING
"Yang lain kemana?"
Amara yang sedang duduk sendirian di kantin tersentak kaget, ketika melihat Alden langsung mengambil duduk di sebelahnya.
"Lagi ke kamar mandi," jawab Amara.
"Ngapain? Pipis berjamaah?" tanya Alden, kepo.
Amara mengangkat kedua bahunya, "Gak tau."
Dia juga tidak tahu apa yang sedang dilakuakan empat sahabatnya itu. Mereka tidak mengatakan apapun, keculi pamit ke kamar mandi. Tanpa mengatakan ingin apa.
Amara kembali fokus ke layar Hp nya, menarik ulur isi beranda instagramnya. Ditemani dengan POP ICE rasa coklat.
"Ra?" panggil Alden, pelan.
"Hmm," gumam Amara tanpa menoleh.
Gadis itu tidak menyadari bahwa Alden semakin duduk merapat ke arahnya.
"Ra?" panggil Alden sekali lagi.
"Ap---"
Ucapan gadis itu terputus. Ketika deru nafas Alden sangat terasa menerpa wajahnya. Amara terdiam menahan nafasnya, jarak mereka terlalu dekat saat ini.
Sial, jantungnya tidak bisa diajak bekerja sama. Bersamaan dengan debaran jantung yang semakin gila, Amara juga merasakan tubuhnya kini menjadi panas dingin.
"Aa---Alden ... lo mau apa?" ucap Amara terbata-bata.
Alden menatap dalam netra coklat milik Amara. Amara sekuat tenaga menahan debaran jantungnya yang semakin kencang. Gadis itu bahkan berkali-kali meneguk salivanya sendri akibat gugup.
"Gue sayang sama lo, Ra."
Sukses sudah Alden membuat wajah putih Amara menjadi merah seluruhnya. Dia tidak salah dengar, cowok yang sedang menatap dalam matanya ini mengatakan hal itu.
"Pacaran yuk!" bisik Alden lembut, tepat di telinga kanan Amara.
Hanya dua kata, tapi mampu membuat hati Amara berdesir sangat hebat. Gadis itu, memundurkan kepalanya agar tidak terlalu dekat dengan Alden.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA STORY [Slow Update]
Teen FictionAmara Calistha, kini tumbuh menjadi sosok gadis mandiri namun susah diatur. Sejak, kejadian tujuh tahun yang lalu, seolah semuanya terenggut. Hidupnya, dunianya hingga senyum manisnyapun seakan lenyap. "Untuk apa aku tersenyum, jika alasan senyumku...