BIASAKAN BACA SAMPAI HABIS.
COBA KOMEN UNTUK PART KALI INI.
TAPI, TANPA KATA NEXT KAK.
BISA?SIAPA YANG UDAH MASUKIN CERITA INI KE PERPUSTAKAAN.
TOKOH SIAPA YANG KAMU SUKA DALAM CERITA INI?
PART INI SPESIAL UNTUK ECA.
ADA TYPO KASIH TAU
SIAP?
.
.
."Sya, obat migrain, sakit kepala sama obat puyeng udah ready semua kan?" tanya Ran seraya menoleh ke arah Keisya.
Gadis berambut ungu itu mengangkat tinggi plastik kecil ke hadapan Ran. "Nih, udah ready stok semua," jawab Keisya.
Keempat gadis yang masih mengenakan seragam tengah berdiri di depan pintu rumah Eca. Keisya tadi pagi dapat kabar dari Mamih Dahlia bahwa Eca sedang ngambek dan uring-uringan. Jadi, tidak bisa masuk sekolah dulu. Maka dari itu, mereka berempat memutuskan untuk menemui Eca sehabis pulang sekolah.
"Ini kita mau berdiri di sini terus? gak mau masuk?" tanya Amara mulai kesal sendiri. Mereka datang sudah dari beberapa jam yang lalu. Tapi, hanya berdiri di depan pintu saja.
"Tunggu dulu, Ra. Kalau mau ketemu Eca harus siap mental juga fisik," ujar Keisya. Selalu jawaban itu yang Amara dengar.
Amara berdecak kesal. Kenapa sahabat-sahabatnya ini sangat berlebihan sekali. Memang benar, setiap bertemu dengan Eca pasti selalu ada kejadian yang membuat keempatnya mengusap dada masing-masing sambil beristighfar dalam hati.
"Sya, menurut lo gue harus minum sepuluh tablet obat dari sekarang atau lima obat dulu?" tanya Ran dengan memasang raut wajah yang serius.
"Lo mau nyoba simulasi bunuh diri?" sahut Adera tak habis fikir dengan ucapan Ran barusan.
Sesetres itu kah Ran jika bertemu dengan Eca?
Keisya tertawa keras sampai meneteskan air matanya, "Sekalian aja lo oplos semua obat ini, Ran. Malam ini juga gue pesenin kuburan VVIP buat lo," kata Keisya masih dengan tawanya.
Ran merengut kesal. Apa salahnya mencegah sakit kepala terlebih dahulu. Tadinya, Ran tidak ingin ikut datang kerumah Eca lagi. Namun, Amara tetap memaksanya.
Amara hanya bisa menggelengkan kepalanya. Bersahabat lama dengan Keisya membuat gadis tomboy itu ikut tertular virus hiperbola.
Amara berniat memencet bel rumah. Namun, pergerakannya harus terhenti karena suara dari Keisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA STORY [Slow Update]
Teen FictionAmara Calistha, kini tumbuh menjadi sosok gadis mandiri namun susah diatur. Sejak, kejadian tujuh tahun yang lalu, seolah semuanya terenggut. Hidupnya, dunianya hingga senyum manisnyapun seakan lenyap. "Untuk apa aku tersenyum, jika alasan senyumku...