2. Tidak Akan Sanggup

1.9K 164 3
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

"Aku tidak bisa mendefinisikan apa itu cinta? Yang jelas hanya dengan mu aku merasakan akan hadirnya rasa cinta dan entah mengapa rasa ini hadir dengan sendirinya."---Rara Ainura Valeesya-

_______________________________________


Rara terpaku melihat pria yang baru saja ia bicarakan sekarang berdiri tepat di hadapan nya, Rara bingung harus berbuat apa ia lalau menundukkan kepalanya enggan untuk menatap wajah Zaki.

"Ka...kamu panggil aku?" Tanya Rara gugup masih dengan menundukkan kepalanya dalam.

Pria itu tersenyum menatap sekilas ke arah Rara setelahnya ia kembali mengalihkan pandangan nya, "Kamu mau masuk kelas kan?" Tanya Zaki yang hanya di balas anggukan oleh Rara.

Ya, yang menghentikan langkah Rara dan Aya adalah Zaki. Lakizlaki tampan yang selalu membuat para kaum hawa terpana.

"Iya kenapa ya?"

"Bisa kamu bantu saya memberikan surat ini pada Nadya?" Tanya nya sambil memberikan surat itu.

Deg!

Jantung Rara seakan berhenti saat ini juga, apa katanya tadi surat untuk Nadya? Apa mungkin diantara mereka terjalin hubungan yang tidak di ketahui.

Allah...kenapa rasanya sakit sekali. Sekarang dirinya ingin menangis sekencang mungkin, dengan perlahan Rara mulai mendongakkan kepalanya tak sengaja tatapan keduanya bertemu dengan segera Rara memalingkan pandangan nya.

"Gimana? Maaf saya ada urusan soalnya, kalau kamu keberatan saya---"

"Bi--bisa kok nanti aku kasih surat ini ke Nadya." Rara segera menerima surat itu.

"Makasih kalau gitu saya permisi, Assalamu Alaikum."

"Waalaikum salam," jawab Rara dan Aya serempak. Zaki sudah tidak ada di hadapan nya lagi. Zaki pergi dan masuk ke dalam mobilnya, setelah meminta Rara untuk menyerahkan surat ini untuk Nadya.

Jika kalian bertanya gimana keadaan hatinya sekarang? Tentu sakit yang menjadi jawaban nya. Sekian lama Rara menyimpan perasaan nya pada ciptaan Allah yang nyaris sempurna, namun hanya membutuhkan satu detik untuk mematahkan semua perasan bahkan sampai mematahkan hatinya.

* * * *

Setelah kebergian Zaki Rara berjalan menghampiri Nadya bersama dengan Aya yang berjalan di sampingnya sedari tadi wanita itu terus berceloteh namun Rara menghiraukan nya.

"Ra! Kenapa kamu mau sih disuruh sama Zaki buat kasih surat itu ke Nadya. Ini akan menyakitimu Ra!!" ketus Aya lalu menarik lengan Rara agar mau menghentikan langkahnya, setelahnya ia memegang kedua bahu Rara.

"Aku harus gimana? semuanya sudah terjadi," jawabnya sambil tersenyum tipis.

"Kamu perjuangin Zaki dong, jangan melepasnya gitu saja."

"Apa yang harus aku perjuangkan? Menyebut nama laki-laki yang sudah menjadi milik orang lain?" Ujarnya dengan nada yang terdengar bergetar.

"Ra kamu jangan ambil kesimpulan dulu sebelum tau isi surat itu."

"Kamu tau kan Abinya Zaki dengan Abahnya Nadya itu berteman, mungkin saja surat itu dari Abinya Zaki untuk Abahnya Nadya," ujar Aya berusaha menenangkan sahabatnya, sedangkan Rara masih sama wanita itu diam sambil menatap kosong kearah depan entah apa yang di fikirkan nya sekarang.

"Entahlah Aya, rasanya aku sudah menyerah sekarang." Rara menundukkan kepalanya ia sedikit meremas ujung hijabnya sambil sesekali menahan suara isak tangisnya yang itu membuat dadanya semakin sesak.

Cinta Disetiap Butiran Tasbih [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang