33. Hari Bahagia

1.6K 117 0
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

"Wanita itu harus seperti bunga mawar berduri yang tumbuh dibawah jurang (sangat berharga). butuh perjuangan dan kesabaran untuk mendapatkannya. Dan begitu kita sampai jangan lupakan duri yang masih menempel ditangkainya." -CDBT

___________________________________________

Pembawa acara menyuruh kedua mempelai menyalami tangan kedua orangtua mereka. Zaki dan Rara mencium punggung tangan Lina dan Zaki dengan khitmah. Setelah itu mereka mencium punggung tangan Kyai Syam dan Nyai Zubaidah. Saat mencium tangan Lina Rara tidak bisa menahan tangisnya. Ia bahagia ternyata ini semua bukanlah mimpi, ia benar-benar telah sah menjadi Istri Zaki.

Pembawa acara itu menyerahkan mic pada Rara menyuruhnya untuk mengucapkan kalimat terimah kasih untuk orang tua dan mertuanya.

Rara mengambil mic yang diberikan oleh pembawa acara itu beserta dengan secarik kertas yang sudah ada ditangannya. Perlahan Rara membuka tekukan kertas itu dan segera membaca isi dari kertas itu untuk kedua orang tua dan mertuanya. Rara menarik nafas panjang dan mulai membaca surat itu kalimat demi kalimat dengan air mata haru yang terus mengalir.

Untuk Bunda dan Ayah

Kakak sekarang sudah menjadi seorang istri, Do'akan kakak supaya kakak bisa menjadi istri yang shalihah dan berbakti kepada suami kakak.
Terimakasih sudah menjadi ibu yang baik untuk kakak, mengajari kakak banyak hal.
Dan untuk Ayah, terimakasih sudah menjaga Rara menjadi tulang punggung keluarga yang bertanggung jawab.
Ayah Bunda Rara sayang kalian.
Dan untuk adik ku Tasya tolong jaga Bunda dan Ayah ya sayang ketika kakak nggak ada dirumah nanti.
Kasih sayang dan rasa cinta kalian tidak akan pernah kakak lupakan.

Lina dan Diki menangis haru mendengar penuturan Rara, ia juga turut merasakan bahagia. Lina sempat mengira bahwa putrinya tidak akan bisa bahagia dengan suaminya, tapi saat Lina tau bahwa yang dijodohkan dengan putrinya adalah Zaki laki-laki yang Rara cinta, Lina sangat bahagia.

Meski ia masih belum mengerti maksud dari suaminya menyembunyikan ini semua dari dirinya dan juga Rara. Putrinya ini sudah banyak sekali mengalami hal-hal yang buruk. Sudah cukup luka yang putrinya terima, sekarang Rara harus dan berhak untuk bahagia yaitu bersama dengan Zaki.

Rara menghapus air matanya lalu kembali membacakan kalimat untuk mertuanya, orangtua yang sudah mendidik dan membesarkan Zaki dengan penuh kasih sayang. Sekarang mereka pun sudah menjadi orang tua Rara. Rara kembali mengatur nafasnya lalu mulai membacakan kalimatnya.

Untuk Umi dan Abi

Terimakasih telah mengizinkan Rara menjadi pelengkap agama putra kalian, Rara bukan berasal dari keluarga dengan status sosial tinggi. Bukan juga dari keluarga dengan paham agama.
Rara hanya wanita biasa yang terlahir dari keluarga sederhana.
Tentang cintaku pada putramu.
Rara tak tahu bagaimana Allah menyatukan kami berdua, berulang kali Rara ragu dan memilih mundur, tapi berulang kali dia hadir dan meyakinkanku.
Umi, Abi.
Izinkan Rara menjadi istri yang shalihah untuk putramu.
Sebab saat bersamanya Rara merasa surga lebih dekat dengan ku.
Umi, Abi.
Izinkan aku memcintai dirimu juga layaknya dia mencintaiku.
Dan cintailah aku sebagaimana kau mencintai putramu.

Rara kembali menitikan air mata, ia benar-benar tidak menyangka bahwa Allah benar-benar telah menjawab semua do'a nya dengan mempersatukannya dengan laki-laki yang ia cinta. Kegigihan Rara dalam meminta pada sang illahi tidaklah main-main. Sampai akhirnya Allah menjawab semua itu dengan menghadirkan sosok Zaki disampingnya.

Cinta Disetiap Butiran Tasbih [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang