25. Sebuah Ancaman 1

1.1K 94 3
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

"Cinta itu bukan mencintai seseorang yang sempurna, tapi mencintai dengan cara yang sempurna"CDBT.

________________________________________

Rara berlarian kesana kemari mencari keberadaan sang Adik, sejak tadi adiknya belum juga sampai. Sekarang pukul 8 pagi harusnya dari pukul setengah 7 mereka sudah berangkat tapi karena Tasya yang sedari tadi belum juga kembali ke asrama membuat Rara, Lina dan Diki panik lalu mencari keberadaan Tasya.

"Gimana Shila kamu udah ketemu sama Tasya," tanya Rara pada Shila yang barusaja mengecek ditaman belakang.

Shila menggelengkan kepalanya lemah. "Ditaman belakang ndak ada Ra." Rara semakin cemas karena Tasya belum juga kembali.

Reva, Diva dan juga Aya menghampiri Shila dan Rara dengan wajah yang tak kalah panik.

"Ra disamping mushola sama perpustakaan juga nggak ada," ujar Reva.

"Iya Ra kita udah cari Tasya kemana-mana tapi ndak ketemu juga, Mas Danu sama Gus Zaki juga sekarang lagi cari dibalai kota dan alun-alun. Barangkali Tasya lagi beli jajanan disana," Sahut Aya seraya menenangkan Rara yang kini menangis dipundaknya. Sejak menikah Nyai Hayya meminta Aya untuk manggil Danu dengan sebutan Mas.

"Hiks...hiks....gimana kalau nanti Tasya ada ditangan penjahat Aya," lirih Rara.

"Kamu berdo'a aja ya Ra, semoga Tasya ndak kenapa-napa," sahut Diva ikut menenangkan Rara, Diva, Reva, dan Aya memeluk sahabatnya yang sekarang sedang terpuruk.

Ting

Suara notifikasi dari ponsel Rara menghentikan kegiatan mereka ia menghapus sisa-sisa airmatanya lalu mengambil ponsel di saku gamisnya. Dan membuka pesan yang masuk.

Unknow: bersiaplah permainan akan segera dimulai!!.

Tubuh Rara menegang membaca pesan yang barusan masuk diponselnya. Apa maksud dari pesan ini, permainan apa yang dimaksud dari sang pengirim. Aya yang melihat itu pun mengambil ponsel Rara dan membaca pesan yang masuk, matanya melotot kala membaca pesan itu.

"Ra ini—" sahut Aya badannya mulai menegang.

*    *    *    *

"Gimana nak Zaki sudah ketemu Tasya nya?" Tanya Diki panik karena Lina sekarang tengah pingsan.

"Belum Om, saya sama Danu sudah mencarinya dialun-alun dan balai kota, tapi Tasya tidak ada disana," ujar Zaki lirih.

Diki memijat keningnya merasa pening cobaan apalagi yang ia dan keluarganya dapatkan.

"BUNDA!" teriak Rara yang masuk kekamar tamu ndalem. Barusan ia diberitahu bahwa Bundanya pingsan sampai sekarang belum sadarkan diri, Diki juga bingung pasalnya ia juga tidak tau penyebab Lina pingsan.

"Ayah, Bunda kenapa bisa pingsan," lirih Rara yang sekarang duduk disamping Lina seraya menggenggam tangannya.

"Tadi Bunda kamu masuk kekamar Ayah juga ndak tau Bunda kamu mau mengambil apa. Terus tiba-tiba Bunda kamu teriak tangannya masih menggenggam telfon lalu Bunda kamu pingsan dan telfon Bundamu mati," jelas Diki seraya mengelus puncak kepala sang istri.

Cinta Disetiap Butiran Tasbih [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang