Episode 12 - Cara Pandang

3K 572 45
                                    

Dayan menemukan forum diskusi itu saat sedang mencari akun Facebook Rendi untuk mendapatkan akun Facebook Bunga di grup angkatan mereka yang bernama Little Skylings '10. Dua bulan yang lalu seseorang mengirim post yang bunyinya: "Dayan 8-A itu anak broken home gak, sih? Kalo iya pantesan bandel." Selama sebulan ini percakapan panjang terjadi dalam kolom komentar di bawah post itu. Orang-orang yang tidak Dayan kenal, orang-orang yang hanya Dayan tahu namanya, beberapa temannya dari kelas 7-A (termasuk Rendi, Tirta, dan Nina), 8-A, klub Futsal, dan Kerohanian Kristen bersahut-sahutan membicarakan gosip-gosip tentangnya dan kebenaran dari stigma yang dipercaya pengirim post itu.

Dua minggu terakhir ini orang-orang itu bertikai memperdebatkan apakah benar anak yang berasal dari keluarga tidak harmonis selalu tumbuh menjadi orang yang rusuh dan tidak tahu aturan. Dari situ Dayan baru tahu ia bukan satu-satunya anak dengan keluarga tidak sempurna di sekolah. Ada anak kelas 8-C yang orang tuanya bercerai dua kali, ada kakak kelas yang kehilangan sosok ayah sejak bayi, Frans dari Kerohanian Kristen yang ceria dan humoris rupanya anak adopsi; anak-anak lain tidak mengungkap seperti apa kondisi keluarga mereka, tetapi mereka tersinggung, marah, dan terprovokasi oleh komentar-komentar julid tentang anak broken home.

Dayan membaca seluruh komentar yang berjumlah hampir 250 itu, tidak ingat lagi tujuannya membuka Facebook. Punggungnya yang semula tegak bersandar pada headboard tempat tidur lama-lama merosot hingga jadi setengah berbaring.

Jadi selama ini beberapa orang berprasangka dan berasumsi mengenai kondisi keluarganya dari pengetahuan mereka tentang koneksi Dayan dengan Om Daniel. Mereka menebak orang tua Dayan mungkin 1) sudah meninggal, 2) bercerai, 3) tinggal di luar negeri, atau 4) memiliki hubungan yang terlalu rumit untuk didefinisikan, sebab ia tinggal bersama om dan tante dan tidak ada yang pernah dengar informasi apa pun tentang ayah dan ibunya. Dari desas-desus itu pula orang-orang memaklumi dan membenci kenakalannya selama ini, persis seperti yang juga dilakukan para guru. Beberapa dari mereka bersimpati padanya, tidak sanggup mengecam kelakuan-kelakuannya sebab mereka mengerti Dayan sedang mengalami situasi pelik sekalipun mereka tak tahu bagaimana detailnya. Beberapa yang lain tidak punya ampun untuknya, sebab bagi mereka Dayan menyebalkan, menyusahkan, atau menganggapnya memanfaatkan situasi pelik itu untuk berlaku semena-mena. Dari forum diskusi itu juga Dayan tahu ada orang-orang yang merasa tidak perlu tahu lebih banyak, ingin tahu lebih banyak, dan tidak pernah peduli sama sekali.

Anak broken home. Benar juga. Dayan tidak pernah memikirkannya dengan serius sebelumnya, tetapi itulah ia. Anak broken home dengan keluarga yang tidak pernah benar-benar ada.

Setelah itu ia tidak bisa berhenti memikirkannya. Ia menebak apa yang Bunga katakan tentang Rendi, Tirta, Nawang, Adit, Nina, dan Astrid membicarakannya saat mereka berkumpul di rumah mungkin adalah kelanjutan dari forum diskusi di grup angkatan itu. Apa yang kira-kira mereka bicarakan? Apa mereka menebak-nebak tentang orang tuanya? Apa mereka membuat spekulasi macam-macam tentang bagaimana hubungan Dayan dengan orang tuanya? Apa mereka semua termasuk orang-orang yang bersimpati? Apa mereka sebenarnya ingin tahu lebih banyak?

Apa mereka pantas untuk diberi tahu lebih banyak? Apa mereka bisa dipercaya? Untuk suatu alasan yang tidak Dayan mengerti, ia merasa Rendi mungkin bisa. Tapi ia tidak tahu dengan yang lain, terlebih Nina dan Astrid. Mereka adalah sepasang gadis kembar yang sama-sama seru dan menyenangkan, tetapi kadang Ninastrada terlalu berisik dan Annastrida terlalu tertutup. Dayan belum mengenal mereka cukup dekat meski dua gadis itu adalah bagian dari geng Geo F4 yang dipercaya Rendi.

Pertanyaan-pertanyaan dan pertimbangan-pertimbangan itu memenuhi pikiran Dayan selama ia mengerjakan kuisioner dari Nona Psikolog pada konseling keduanya hari ini. Dibanding pertemuan pertama mereka yang chaotic, pertemuan kali ini cenderung hening. Dayan tidak banyak bicara, Nona Psikolog juga tidak banyak bertanya. Dayan mengira mereka mungkin sama-sama sudah malas berurusan dengan satu sama lain, tetapi kemudian wanita itu berkata, "Sepertinya kamu lagi kepikiran banyak hal, ya, Dek."

Episode DayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang