Hanya dalam hitungan jam saja, status hilang Om Budi berubah menjadi "meninggal dunia".
Pria baik hati dan murah senyum itu tergulung ombak ketika berusaha mengambil papan selancar Tirta yang terseret arus. Dalam sekejap, dia hilang dari pandangan semua orang dan baru ditemukan ketika hari sudah gelap oleh Tim SAR, dalam keadaan sudah tidak lagi bernapas.
Sesingkat dan semendadak itu nyawa seseorang melayang, meninggalkan semua orang yang menyayanginya dalam tangis pilu.
Ingatan Dayan tentang beberapa jam terakhirnya di Bali terasa kabur. Orang tua Adit membantu mengurus segala hal, termasuk memulangkannya dan teman-temannya ke Jakarta. Meninggalkan keluarga Tirta yang lebur dalam duka di rumah sakit tempat Om Budi dilarikan. Om Daniel menjemputnya di bandara dan langsung memeluknya erat-erat.
Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, bahkan sampai ia berada di kamar dan berbaring di atas kasur, yang terngiang dalam kepala Dayan adalah Tirta yang meraung histeris, Radit yang linglung, dan Tante Dewi yang menangis hingga pingsan di rumah sakit.
Lalu seperti air yang mengucur deras dari wadah yang berlubang, pikirannya memutar ulang percakapannya dengan Adit di rooftop vila tentang betapa father goal-nya Om Budi, betapa idealnya keluarga Tirta, hangatnya senyum dan binar mata Om Budi, lembutnya kepedulian dan kebaikan hatinya, akrabnya tepukan di kepala dan rangkulan di pundak yang membuat Dayan merasa disayang ... sampai-sampai mata Dayan berair.
Ia menutup wajah dengan kedua tangan dan terisak seorang diri.
Menangisi orang yang pernah diharapkannya dapat menjadi ayahnya sendiri.
Orang yang sudah tidak ada lagi.
*
Dulu, di SD, salah seorang teman sekelas Dayan juga pernah ada yang kehilangan seorang ayah dalam sebuah kecelakaan kerja. Sehari setelah sang ayah dimakamkan, anak itu berangkat ke sekolah dan kembali beraktivitas seperti biasa, seakan-akan kepergian sang ayah tidak berdampak apa-apa dalam hidupnya. Teman-temannyalah yang kebingungan mesti bersikap bagaimana, sebab mereka tidak tahu caranya memperlakukan seorang teman yang baru saja ditinggal mati salah satu orang tua. Anak itu tetap tertawa dan bermain dengan ceria, sementara teman-temannya memandangnya dengan sedih dan penuh simpati.
Berbeda dengan anak itu, Tirta tidak berangkat ke sekolah hingga tiga hari semenjak Om Budi dikebumikan di Jakarta.
Dengan sedih Nina memprediksi tiga hari itu akan molor menjadi seminggu penuh, dan mungkin sampai sebulan pun Tirta tidak akan mau keluar dari rumah kalau tidak ada yang memaksa. Dia baru saja kehilangan seseorang yang dianggapnya sebagai seluruh dunia, dan itu menghancurkannya. Segala hal yang berada di luar gelembung dukanya tidak lagi berarti apa-apa, termasuk sekolah. Setiap sore Nina dan Astrid mampir ke rumahnya untuk menghibur dan menemani Tante Dewi. Setiap pagi di sekolah keesokan harinya pula, mereka bilang pada Dayan dan Geng F4 bahwa Tirta masih betah di kamar mengurung diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Episode Dayan
Teen FictionAndreas Dayan diterima menjadi salah satu siswa baru di SMP Bomantara. Segera ia memutuskan akan menjaga jarak dari semua orang. Anak-anak di sekolahnya begitu sama dengannya, tetapi ia begitu berbeda dari mereka. Ia tidak mau dirinya dikenal dan me...