Episode 17 - Permintaan Tolong

2.7K 517 190
                                    

Geng Zaky tidak aktif di media sosial mana pun. Satu-satunya upaya yang pernah mereka lakukan untuk terkoneksi lewat dunia maya hanyalah membuat grup Facebook. Namun, grup itu tidak pernah diperbarui lagi sejak akhir tahun lalu. Post terakhir yang terunggah di sana adalah foto motor Wisnu yang baru saja dimodifikasi. Motor itu sudah tidak dimiliki Wisnu lagi sekarang, karena Wisnu menjualnya pertengahan tahun ini.

Dayan sudah mengirim pesan pada semua orang yang nomornya ia punya, tetapi baik SMS maupun chat-nya tidak ada yang dibalas. Dayan juga coba menelepon Zaky, tetapi rupanya nomor pemuda itu sudah tidak aktif.

Alvin memang telah menceritakan semuanya, tetapi pertanyaan "Ke mana perginya semua orang?" masih menyala-nyala di benak Dayan. Ia masih tidak percaya gengnya "bubar" semudah itu. Bukankah mereka masih bersenang-senang bersama di Whose Dog beberapa waktu lalu? Sekarang, kalau mengingat hari itu, Dayan sadar itu adalah terakhir kalinya ia bertemu dengan Zaky dan semua orang.

Dayan sungguh-sungguh berharap "anak baru" yang menyembunyikan morfin di kotak tisu itu tertangkap. Si tolol itu pantas mendapatkan kesialan terburuk setelah mengacaukan semuanya seperti ini.

Dengan kesal Dayan melucutkan ponselnya ke meja. Ia menghela napas berat untuk yang kesekian kalinya pagi ini. Kepalanya ditelungkupkan di atas meja, telinganya mendengar kursi-kursi lain di sekitarnya mulai ditempati teman-teman sekelasnya yang baru datang. Mereka membicarakan PR, gim, anime, gebetan, majalah fashion, dan hal-hal sederhana lainnya. Tidak ada yang sibuk meratapi hilangnya kawan-kawan dan tongkrongan favorit gara-gara penemuan narkotika seperti Dayan.

"YAN-YAN-YAN-YAN-YAAAN!"

Tirta lari-lari dari pintu sampai ke meja Dayan lalu memanjat besi di kaki meja Dayan. "Minggu depan ikut ke Bali, ya!"

"Buset .... Suara lo," keluh Dayan, pengang karena Tirta berbicara keras sekali tepat di atas telinganya. Setelah menegapkan posisi duduk dan melihat jaket yang Tirta kenakan, ia pura-pura kesakitan. "Aduuuh! Norak banget! Jaket lo norak banget! Silau mata gua, aduuuh!" Bisa-bisanya anak kelas 8 SMP masih memakai jaket kuning terang yang tudungnya bertelinga kelinci seperti itu. Ukurannya kebesaran pula sehingga jaket itu lebih terlihat seperti jubah di badan Tirta yang masih seperti anak kelas 6 SD.

"'Paan, sih! Kayak jaket lo nggak pernah norak aja!" sahut Tirta defensif.

Dayan mengangkat tudung jaket Tirta dan menariknya hingga menutupi kepala Tirta. "Ini apa, sih? Kelinci? Mana ada kelinci warnanya kuning?"

"Ini Pikachu, bego!"

Dayan tergelak. "Harusnya gue kesetrum, dong, kalo pegang-pegang elo?" guraunya sambil mencubit-cubit pipi Tirta.

Tirta menepis tangan Dayan dan melangkah mundur sampai tubuhnya mendorong meja di barisan sebelah. "Nggak usah pegang-pegang!" serunya. "Jangan bikin gue belom-belom udah nyesel ngajakin lo ke Bali!"

Ah, ya .... Bali.

Geng F4 sudah beberapa hari ini membicarakan agenda ke Bali itu. Keluarga Tirtalah yang berinisiatif mengajak dan mendampingi. Ada saudara keluarga Tirta yang mengadakan resepsi pernikahan di Denpasar. Pada tanggal yang sama, orang tua Adit diundang untuk menghadiri konferensi bisnis dan industri internasional yang akan diadakan selama dua hari di meeting hall hotel Absolute Zero Resort milik Bomantara Group. Karena bertepatan dengan long weekend, orang tua Tirta dan Adit yang merupakan teman lama sepakat menganggap itu kesempatan yang bagus untuk memberi anak-anak mereka liburan kecil-kecilan. Awalnya orang tua Tirta hendak mensponsori tiket pesawat, tapi orang tua Adit menyerobot. Mereka ingin melakukan sesuatu untuk Adit, dan dengan banyak uang, mereka bisa melakukan apa saja termasuk membiayai liburan sang Tuan Muda bersama teman-temannya. Lagi pula tidak sulit menentukan akomodasi ketika mereka bisa menyediakan salah satu penginapan di resor milik mereka sendiri.

Episode DayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang