Di tengah kesadaran yang datang dan pergi, Dayan melihat sesosok wanita bersyal merah tengah menangis di atas dadanya.
Awalnya pemandangan itu terasa sangat nyata. Wanita itu tampak solid, suaranya keras, latar belakang di balik tubuhnya adalah sebuah ruangan bercat putih yang realistis meskipun Dayan tidak tahu di mana itu. Tetapi entah bagaimana, setelah berkedip, tiba-tiba Dayan terbaring di suatu tempat yang berbeda. Di atasnya langit mendung terbentang. Ia tidak bisa bergerak sama sekali, seakan-akan tubuhnya dililit tali atau besi yang sangat kuat. Lalu ia mencoba menoleh dan menyadari bahwa tubuhnya dikelilingi papan kayu. Di atas papan kayu, ada dinding tanah yang siap diruntuhkan ke arahnya. Ia tidak hanya berada di dalam sebuah peti sekarang, tetapi juga beberapa ratus sentimeter di dalam sebuah liang.
Perlahan-lahan, Dayan menyadari: ia baru akan dikuburkan.
Wanita bersyal merah itu sedang menangisi kematiannya. Meskipun wajahnya terlihat buram, dia terus mengucapkan "Anakku .... Anakku ....", dan dari situlah Dayan tahu kalau wanita itu adalah ibunya.
Pengetahuan itu mengguncang Dayan dan ia pun mulai menangis. Tersedu sedan sampai napasnya hampir habis.
Ia minta dikeluarkan dari peti dan memanggil-manggil "Mama", tetapi ibunya tidak mendengar. Saat ibunya berdiri dan mulai beranjak pergi, Dayan berteriak-teriak dengan seluruh tenaga yang ia punya untuk memintanya tetap tinggal. Namun, ibunya membalikkan badan dan menghilang dari pandangannya. Perasaan frustrasi dan putus asa yang kemudian membanjur Dayan terasa begitu nyata, sampai-sampai kedua mata Dayan membuka karena pikirannya tidak sanggup lagi menanggung semua energi negatif itu.
Ia sekarang melihat langit-langit sebuah kamar, bukan lagi langit mendung. Napasnya tidak tersengal, badannya tidak dibasahi keringat dingin, seakan-akan adegan dalam kepalanya tadi hanyalah film di televisi yang langsung mati begitu Dayan terbangun.
"Dayan! Puji Tuhan!" Daniel berseru tertahan dan muncul di sebelahnya.
Sama seperti di mimpi, ia tengah terbaring. Bedanya, tidak ada yang mengunci gerakan tubuhnya, tidak ada tanah, tidak ada tangisan, tidak juga ada wanita bersyal merah. Ada infus di sebelah kiri ranjang yang tertancap ke tangannya, juga ada Daniel di sebelah kanannya yang sedang memandangnya khawatir sekaligus penuh syukur. Dayan masih merasa apa yang dilihatnya tak nyata, sampai Daniel menggenggam tangannya dan bertanya, "Kenapa, Yan? Kamu bingung, ya? Kita udah di rumah sakit sekarang. Kamu tidur seharian ...."
Daniel terus berbicara sambil melakukan banyak hal: menaruh segelas air putih di kabinet samping ranjang Dayan, memencet tombol untuk memanggil suster, menelepon Sophie dan mengirim pesan pada entah siapa saja, memberi tahu mbok-mbok ART yang ikut menunggui bahwa Dayan sudah siuman. Sementara Dayan masih memandangi langit-langit sambil berusaha mengingat apa yang baru-baru ini terjadi. Beberapa pertanyaan bermunculan meskipun otaknya bekerja dengan sangat lambat. Bagaimana ia bisa sampai di tempat ini, mengapa tangannya diinfus dan beberapa bagian wajahnya terasa kaku, berapa lama ia tak sadarkan diri, apa maksud dari mimpinya tadi ....
Setelah beberapa saat, Dayan kembali memejamkan mata.
*
Dibandingkan dengan tiga bulan terakhir ini, hari-hari Dayan sekarang berjalan amat lambat.
Ia tak sadarkan diri seharian pada hari pertamanya dirawat. Setelah sepenuhnya terjaga, ia hanya bisa berbaring, duduk, atau berjalan-jalan sedikit di dalam kamar rawat inap kelas VIP yang cukup luas, tetapi tidak cukup luas untuk membuat Dayan merasa tidak sedang dikurung. Badannya lemas dan tidak bisa lagi digerakkan dengan bebas, jadi tak banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Pengeroyokan geng Zaky meninggalkan retak pada hidung dan tulang rusuknya, dua cedera terparah yang membuatnya tidak bisa bernapas dengan tenang selama beberapa waktu. Jangankan beraktivitas, batuk saja harus berhati-hati agar sentakan yang ditimbulkan tidak memperparah luka pada tulang rusuknya. Selain itu, kepala dan badannya luka-luka ringan; hasil dari diinjak-injak selusin kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Episode Dayan
Teen FictionAndreas Dayan diterima menjadi salah satu siswa baru di SMP Bomantara. Segera ia memutuskan akan menjaga jarak dari semua orang. Anak-anak di sekolahnya begitu sama dengannya, tetapi ia begitu berbeda dari mereka. Ia tidak mau dirinya dikenal dan me...