Episode 28 - Sebuah Keluarga

1.6K 454 79
                                    

Mungkin ada benarnya ibunya mempertemukannya dengan anggota keluarga mereka yang lain secara bertahap. Kalau tempo hari ia melihat ibunya hadir bersama seorang gadis kecil yang kemudian diperkenalkan sebagai adiknya, Dayan pasti akan syok atau bahkan tersinggung, lalu melakukan hal-hal temperamental yang akan memperumit keadaan. Sekarang saja, setelah mendengar informasi mengejutkan itu sore tadi, Dayan mengurung diri di kamar dan tidak keluar lagi sampai malam tiba. Liliana sepertinya tahu Dayan perlu waktu untuk mencerna semuanya, jadi dia membekali Dayan dengan iPad putih berisi sekumpulan foto anak perempuan berusia 11 tahun bernama Carissa Putri, yang dia harap dapat membantu Dayan berpikir.

Duduk dengan punggung bersandar di kepala tempat tidur, layar iPad menyala terang di pangkuan Dayan. Lampu utama kamar telah dimatikan, digantikan lampu tidur yang menyala kekuningan di samping ranjang. Dayan memandangi foto-foto orang yang disebut ibunya sebagai adiknya dengan perasaan kaget, bingung, dan takjub bercampur-aduk. Meski pernah bertanya-tanya apa ia memiliki saudara kandung, Dayan tidak pernah mempersiapkan dirinya untuk mendengar kenyataan bahwa ia adalah seorang kakak.

Kakak. Bukan anak tunggal. Ia seorang kakak.

Carissa itu sendiri tidak mirip dengannya. Gadis itu bermata cokelat bulat, tanpa lipatan kelopak, yang menyipit seperti bulan sabit ketika dia tertawa, mirip mata Liliana. Hidungnya kecil, kulitnya kuning langsat. Ketika tersenyum, pipi tembam gadis itu membundar, tetapi dagunya menajam. Rambut panjang sebahunya sering diikat dan dikepang. Hanya ada satu foto yang menunjukkan rambut bergelombang Carissa dibiarkan tergerai, yaitu foto kejutan ulang tahun yang tampaknya diadakan tengah malam. Foto-foto lain kebanyakan diambil saat ada kegiatan tertentu, mulai dari memasak bersama di rumah sampai talent show di sekolah, di mana Carissa berpose bersama murid-murid dan guru-guru yang kesemuanya berwajah Kaukasia.

Nyaris tidak ada sesuatu yang kebule-bulean dari wajah Carissa, kecuali mungkin matanya yang agak menjorok ke dalam seperti milik Dayan, yang akan terlihat lebih mencolok ketika dia sudah dewasa. Gadis ini jelas lebih mirip ibunya daripada ayahnya.

Setelah mencermati tiga puluhan foto, Dayan menekan tombol kunci layar iPad, memejamkan mata, dan menghela napas panjang.

Gue punya adek, Vin, batinnya kalut. Gue ternyata punya adek.

Dayan menghabiskan hampir dua jam hanya untuk termangu. Pertanyaan "Kenapa Om Daniel nggak pernah ngasih tahu?" terlintas beberapa kali di benaknya, tetapi segera ditepis pemahaman bahwa omnya tidak pernah berkata apa-apa karena alasan yang sama dengan yang membuatnya bungkam mengenai identitas keluarganya. Dayan akhirnya menggeram dan menjerit di dalam bantal untuk melampiaskan kerisauannya, lalu melempar bantal itu ke sembarang arah. Badai ini terlalu besar untuk ia hadapi seorang diri. Kalau saja Alvin masih ada, ia hanya perlu kabur ke tempat temannya itu untuk mencari kekuatan. Kalau saja Alvin masih ada ....

Apa yang akan Alvin katakan kalau tahu Dayan punya adik?

Cowok itu pasti akan heboh. Dia akan memuji sosok Carissa yang manis dan imut, membanding-bandingkannya dengan Dayan, menceletukkan hal-hal konyol untuk mengomentari semuanya, lalu memberikan nasihat-nasihat bijak yang membuatnya jadi terlihat lebih dewasa.

Alvin selalu mengakhiri celotehan bodohnya dengan nasihat karena nasihatlah yang selalu Dayan butuhkan darinya. Dia pasti akan menasihati Dayan untuk menjadi kakak yang baik dan perhatian, menjaga dan melindungi adiknya dari berbagai macam marabahaya, bisa diandalkan, dipercaya, dan dijadikan tempat bersandar, seru untuk diajak bercanda dan bersenang-senang bersama, menawarkan saran dan petuah apabila adiknya curhat padanya ....

Kayak lo, Vin, Dayan menyimpulkan. Di situlah ia menyadari, satu-satunya figur seorang kakak yang bisa ia jadikan panutan saat ini hanyalah mendiang Alvin Surya.

Episode DayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang