Episode 26 - Permintaan Maaf

1.9K 523 124
                                    

Hari ini, Daniel baru tiba di kamar rawat inap Dayan pukul tujuh lebih. Sepulang dari bekerja, ia mampir ke mal dulu untuk membeli beberapa barang. Mbok ART langsung berdiri dari karpet begitu melihatnya masuk ke kamar rawat inap membawa dua kantong plastik besar. Mbok ART membantu menaruh dua kantong itu di meja, lalu memberi tahu Daniel kalau masih ada sup iga sapi—yang tadi dimasaknya di rumah—apabila Daniel belum makan malam. Daniel mengucapkan terima kasih, lalu memberinya sejumlah uang dan memperbolehkannya pulang. "Makasih udah jagain Dayan hari ini, ya, Mbok. Nggak rewel kan anaknya?" kata Daniel setengah bergurau, sengaja memperlakukan Dayan seperti balita.

"Nggak rewel sama sekali, Den. Dari pagi anteng mainan sendiri. Bongkar-pasang robot-robotan gitu katanya," jawab Mbok ART, setengah bercanda juga.

Dayan yang mendengar itu hanya melirik mereka, kemudian menunduk lagi dan berkonsentrasi menyusun komponen-komponen terakhir Gunpla. Sebentar lagi rakitannya selesai dan ia akan punya Gunpla pertamanya yang bisa dipajang dengan keren.

Hari Dayan membaik setelah teman-temannya datang kemarin. Ia seperti mendapat suntikan hormon kebahagiaan yang sebelumnya habis tak bersisa di otaknya, sehingga sekarang suasana hatinya sedikit lebih normal. Ia masih dihantui mimpi buruk, tetapi perasaan depresif yang disisakan mimpi buruk itu tidak lagi terlalu mengusik. Walau begitu, semua itu tak berarti Dayan dapat serta-merta bersikap lebih hangat dan terbuka pada Daniel.

Kamar menjadi lebih sepi setelah Mbok ART pergi. Daniel mengganti kanal televisi dari sinetron menjadi BBC World News, dan mengecilkan volumenya. "Harusnya tadi Om pulangnya bareng Tante, tapi ternyata Tante lagi ada dinner penting. Seharian ini Om juga agak sibuk di sekolah. Lagi ada open house buat ngenalin SMA Bomantara ke calon-calon orang tua murid. Tapi yang dateng kebanyakan orang tua murid SMP Bomantara," ujar Daniel santai sembari mengeluarkan barang-barang belanjaannya dari kantong plastik. "Kalo kamu, Yan? Seharian ini ngapain aja? Bongkar-pasang robot-robotan?"

Dayan mengangkat Gunpla-nya yang baru saja selesai dirakit, tetapi belum dilengkapi dengan aksesori persenjataan. Ia tidak tahu nama atau model apa Gunpla yang ia buat ini, tetapi tertarik untuk mempelajari dunia Gundam lebih jauh.

Daniel menatap hasil karya Dayan itu dan mengucapkan, "Oh," dengan nada tertarik. "Kok mirip sama ini, ya?" katanya kemudian, sambil mengangkat salah satu barang yang dibelinya tadi. Sebuah kotak berukuran cukup besar bergambar robot Gundam yang langsung Dayan kenali sebagai Gunpla.

"No way," gumam Dayan tak percaya. Daniel menghampirinya dan meletakkan kotak itu di pangkuannya. "Buat aku?"

"To keep you entertained, while you're taking a long rest," kata Daniel sambil tersenyum. "Besok beli lagi kalo yang itu udah dipasang."

Meskipun senang, Dayan balas tersenyum dengan agak ragu, juga mengucapkan "Thanks, Om" dengan pelan. Aneh rasanya menerima hadiah dari Daniel. Kapan terakhir kali Dayan mendapatkannya? Natal tahun lalu? Waktu itu, Daniel menghadiahinya PS3 Super Slim dan selusin CD gim, tetapi Dayan tidak pernah benar-benar memainkannya di kamar karena ia lebih suka main di luar bersama teman-teman dan terlalu gengsi untuk menikmati mainan pemberian omnya. Sebagian besar CD itu bahkan sudah diberikannya pada anggota geng lamanya yang punya usaha rental PlayStation. Dayan tidak mau mengingat siapa nama orang itu.

"Supaya kamu lebih semangat lagi ...." Daniel kembali ke meja. Kemeresek bunyi plastik terdengar ketika pria itu mengeluarkan sebuah benda yang lumayan besar dari salah satu kantong. Sebentar kemudian, dia meletakkan sebuah pohon cemara setinggi lututnya di lantai. Diburaikannya pula seuntai fairy lights di dahan-dahan pohon itu. Setelah mencolokkan kabel lampu-lampu mungil itu ke stopkontak di belakang sofa, Daniel mematikan lampu dan berseru, "Tadaaa!"

Episode DayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang