Episode 16 - Mendadak Hilang

2.6K 544 71
                                    

Pada jam istirahat pagi hari ini, Dayan dan Dedy pergi ke ruang BK untuk menghadap pada Bu Rianti. Dayan seperti sedang menemani Dedy memenuhi panggilan BK pertamanya, sebab temannya itu resah setengah mati gara-gara tadi malam sudah disidang duluan oleh sang ayah. Sejak pagi Dedy sibuk bersyak wasangka pertemuannya dengan Bu Rianti akan lebih buruk dari itu.

Dayan sendiri santai cenderung masa bodoh. Ia mencoba menghibur temannya dengan berkata, "Overthinking aja lu, man. Cuma ke BK doang, kok. Masih galakan bokap lu, kali, daripada Bu Rianti." Tetapi dengan ketus Dedy membalas, "Ya elu udah biasa! Gue kan nggak pernah bolak-balik BK!"

Dayan angkat bahu acuh tak acuh setelah itu, membiarkan Dedy berjibaku dengan kerisauannya sendiri.

Dayan ingat ia pernah merasa gugup juga ketika pertama kali dipanggil ke ruang BK pada bulan pertamanya menjadi siswa kelas 7. Ia digelandang ke sana setelah melakukan perbuatan-perbuatan kurang ajar yang tidak bisa lagi ditoleransi para guru. Melenggang keluar duluan pada jam istirahat sebelum guru Bahasa Indonesia mengakhiri pelajaran, membantah teguran guru Matematika dengan kata ganti "aku-kamu" yang tidak sopan, mengejek celana kain longgar yang biasa dipakai guru Fisika. Tetapi perasaan gugup Dayan saat itu bercampur dengan antusiasme, sebab ia senang kenakalannya membuatnya diperhatikan para guru. Itu tidak pernah terjadi di sekolahnya yang dulu, di mana para guru sudah terlalu lelah untuk menangani anak-anak yang hampir semuanya nakal.

Di ruang BK, Dayan dan Dedy duduk bersebelahan di depan meja Bu Rianti, diminta untuk menceritakan ulang apa yang terjadi kemarin sore. Setelah itu mereka dinasihati tentang buruknya berkelahi dengan teman, pentingnya komunikasi untuk menghindari kesalahpahaman, larangan untuk menyelesaikan masalah dengan kekerasan, dan lain sebagainya. Bu Rianti berkali-kali melirik ke arah Dayan, mengantisipasi kebiasaan Dayan yang gemar membantah perkataannya. Tetapi kali ini Dayan diam dan tertunduk seperti anak yang benar-benar menyesali perbuatannya—meskipun pada kasus kali ini ia lebih dianggap sebagai korban ketimbang tersangka (Daniel berhasil membuat para guru memercayai itu). Dedy lega setengah mati saat diberi tahu Bu Rianti bahwa hanya Dayan dan Robert yang akan melanjutkan "pembinaan" ini bersama Pak Gun nanti siang. Artinya, ayah Dedy yang galak tidak akan dipanggil ke sekolah.

Pada jam istirahat siang, Dayan dan Robert dipertemukan di ruang kepala sekolah, ditengahi Pak Gun dan didampingi wali masing-masing. Ibu Robert yang datang bersama seorang asisten pribadi tampak tak enak hati pada Daniel. Wanita tambun yang rambutnya disasak seperti nyonya besar itu meminta maaf dengan penuh penyesalan atas kelakuan anaknya, membuat Robert tertunduk sepanjang berlangsungnya pertemuan. Robert juga disuruh meminta maaf pada Dayan. Cowok itu mengungkapkan penyesalannya dengan nada setengah hati.

Dayan maupun Daniel langsung menerima permintaan maaf ibu dan anak itu, sebab keduanya sama-sama enggan memperpanjang urusan. Dan dengan begitu masalah dua remaja itu dianggap selesai. Robert tetap dikenai hukuman skors tiga hari sesuai peraturan. Dia tidak pernah bicara lagi pada Dayan (bahkan setelah kembali masuk sekolah dan mengikuti kegiatan klub Futsal seperti biasa).

Setelah pertemuan siang itu disudahi, Daniel cepat-cepat berpamitan karena sedang ditunggu tamu di kantornya sendiri. Dayan melihat omnya itu berjalan tergesa-gesa di koridor, dan pemandangan itu terus membayang di kepalanya sampai ia kembali ke kelas untuk melanjutkan aktivitas.

Dayan tahu untuk kesekian kalinya ia kembali menyia-nyiakan waktu Daniel yang berharga. Omnya tidak perlu takut mengecewakan tamu kalau panggilan ke kantor kepala sekolah itu tidak pernah ada. Kalau saja Dayan berhasil mempertahankan hari-hari tanpa kerusuhan tanpa kecolongan sedikit pun. Untuk pertama kalinya seumur hidup, Dayan merasa omnya tidak pantas terus-terusan direpotkan seperti itu.

Kesadaran itu menggampar Dayan cukup keras sampai ia berpikir mungkin sebaiknya ia meminta maaf pada Daniel atas semua masalah yang pernah ia timbulkan. Namun, sejurus kemudian, sesuatu dalam diri Dayan bertanya: Memang omnya pantas mendapatkan permintaan maaf?

Episode DayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang