Episode 18 - "Jangan Galau"

2.6K 506 120
                                    

Satu hal yang ditekankan Alvin dalam percakapan telepon mereka minggu lalu: "Jangan galau."

Maka, sambil mengemas barang-barang yang akan dibawanya ke Bali, Dayan terus mengingat-ingat dua kata itu. Jangan galau, jangan galau, jangan galau. Dayan tahu dirinya masih memendam kecemasan dan sedikit paranoia. Tetapi tidak akan ada lagi yang perlu dikhawatirkan kalau ia membiarkan segala hal dalam hidupnya terjadi sebagaimana adanya.

Selama tiga hari di Bali, pasti akan ada momen ketika teman-temannya bertanya tentang keluarganya. Tidak mungkin tidak. Dan Dayan tidak akan melarikan diri lagi. Ia tidak akan menutup-nutupi lagi. Mereka toh sudah familier dengan aneka rupa rumor. Satu saja terkonfirmasi kebenarannya tidak akan mengubah apa-apa. Semua orang sudah tahu secara tidak langsung kalau keluarga Dayan tidak jelas dan jauh dari sempurna. Setelah Rendi, hanya soal waktu sampai yang lain juga tahu.

Pagi ini, sebelum masuk ke mobil yang akan dikemudikan Daniel untuk mengantarnya ke bandara, Dayan menerima pesan LINE dari Alvin. Isinya nasihat tambahan: "Inget, ya. No overthinking."

Dayan mendengus. Overthinking kerjaan cewek, balasnya.

Alvin mengetik: Nyatanya lu couo tp opersingking.

Dayan terbahak. Opor singkong?

Opor-opor pisang, tulis Alvin.

Dayan terbahak lagi. Ampar-ampar pisang, ajg. Lucu bgt lo.

Pagi ini langit Jakarta mendung. Cuaca yang pas untuk menyambut long weekend dengan bermalas-malasan. Alvin mungkin sedang melakukan itu di rumahnya sendiri, atau malah sedang bertugas menjadi ayah yang baik dengan mengemong Anastasia di rumah Tyas selagi Tyas memasak sarapan.

Alvin mengirim voice note. Bunyinya, "Have fun sama si Neng, ye. Jadilah jongosnya dengan ikhlas. Kalo diculik bule Ostrali, liat dulu duitnya banyak atau kagak. Kalo ternyata banyak, rampok dulu, man. Baru balik keJakarta."

Dayan tertawa lagi. "Sadar, woy. Masih pagi udah nggak jelas aje lu," balasnya lewat voice note juga.

Ada satu lagi pesan Alvin minggu lalu yang menurut cowok itu bakal jadi solusi jitu untuk menyelesaikan misi jaga-lapor-investigasi Laras yang dalam kepala Alvin dicerna sebagai misi PDKT. Katanya, "Lu mesti terus-terusan ngedar di sekitar tu cewek dalam jarak setidak-tidaknya lima meter, man. Jadi jongosnya, bawain apa pun barangnya, ngapain kek pokoknya. Cewek tu gampang baper kalo dibaek-baekin kek gitu, percaya ama gua. Lu nggak tau apa-apa kan soal cewek? Nurut aja pokoknya mah. Gini-gini pengalaman gua lumayan. Nyatanya gua punya Anastasia. Ye nggak?"

Saran "menjadi jongos" itu agak menyentil harga diri Dayan, tetapi ia tetap saja memikirkannya karena tidak punya 'panduan' lain. Siapa lagi yang bisa menasihatinya soal cewek selain Alvin?

Dayan berangkat ke bandara bersama Daniel dan Sophie. Om dan tantenya itu bersikeras mau menemui orang tua Tirta karena ingin mengutarakan rasa haru dan syukur karena mereka sudah mau menerima Dayan—atau setidaknya itulah yang dikatakan Sophie. Dayan sebenarnya malu dan enggan, tetapi dengan berat hati ia membiarkan Daniel dan Sophie mendampinginya sampai ke KFC bandara, di mana ia dan teman-temannya sudah janjian akan bertemu.

Saat mereka tiba, di sana sudah ada Geng F4 (minus Adit karena rupanya anak itu berangkat bersama Mas Hogan dengan pesawat yang berbeda), Bunga, papa-mama Tirta, serta abang Tirta yang duduk berdekatan memenuhi satu deret meja-kursi. Kemasan makanan dan minuman berserakan di atas meja-meja itu. Barang-barang dikumpulkan di satu titik di dekat dinding kaca yang mudah diawasi.

Orang tua Tirta berdiri menyambut kehadiran Dayan, Daniel, dan Sophie. Keramahan mereka menakjubkan, membuat Daniel dan Sophie tak sungkan bersikap terbuka. Dayan ingin menghilang dari pandangan semua orang ketika Sophie terang-terangan berujar, "Dayan itu anak yang agak susah bergaul, jadi kami seneeeng banget saat tahu Dayan mau liburan bareng temen-temennya. Kami berterima kasiiih sekali Bapak dan Ibu sudah mau mendampingi Dayan."

Episode DayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang