Pagi buta pada hari kedua, Dayan ikut tergugah saat Om Budi membangunkan Rendi untuk ibadah subuh. Ia mengerjap-ngerjap dengan kelopak mata berat digelayuti kantuk, mendengar Om Budi berkata, "Bangun, bangun .... Subuh dulu, subuh" sambil menepuk-nepuk pinggul Rendi.
Di sebelah Dayan, Rendi mengerang, lalu bangkit dengan ogah-ogahan ke toilet kamar mereka. Tak lama kemudian Rendi keluar dari sana dan menyambar sehelai kaus Dayan dari dalam ransel Dayan yang terbuka di dekat lemari. Kaus itu digelarnya di lantai sebab ia terlalu mengantuk untuk mencari sajadah, dan mulailah ia salat dengan mulut komat-kamit dan mata merem sempurna.
Dayan meraih ponsel di nakas untuk mengecek jam, tetapi kemudian terdistraksi notifikasi pesan dari Laras yang masuk pukul setengah dua dini hari tadi. Padahal pukul satu Dayan masih terjaga, menggosip bersama Bunga, Nina, dan Astrid di kamar mereka, membicarakan cewek-cewek di sekolah yang bermusuhan dengan Nina.
Eh, gw lupa minta laporan lo. Kok lo gak laporan sm gw??? Jd Bunga gmn???
Walau masih setengah tertidur, Dayan mengetik pesan balasan: Aman tekrendali. Lalu ia mengunci layar dan terlelap lagi.
*
Saat Dayan terbangun untuk kedua kalinya dua jam kemudian, hari sudah terang. Debur ombak menyapa telinganya dengan merdu menggantikan cicit-cicit burung. Sesekali gelak tawa teman-temannya terdengar dari luar kamar, dan Rendi sudah tidak ada di sebelahnya. Setelah mencuci muka, gosok gigi, dan merapikan rambut (Dayan tidak mau Bunga melihatnya dalam kondisi acak-acakan), ia turun ke lantai satu untuk bergabung dengan semua orang di ruang makan outdoor di sebelah kolam renang.
"Pagi!" sapa Bunga dan Nina riang.
"Pagi," balas Dayan agak serak. Bunga masih mengenakan setelan piama garis-garis berkerah rendah seperti semalam, rambutnya dicepol sekenanya, tetapi begitu saja gadis itu tampak bening dan cantik. Pagi-pagi udah cakep aja, buset, batin Dayan tak habis pikir.
Dayan duduk di kursi kosong di tengah Nawang dan Astrid, berseberangan dengan Bunga, berusaha tidak terlalu kelihatan memuja kecantikan gadis di depannya. Sarapan sudah disiapkan oleh pihak vila, lengkap empat sehat lima sempurna. Tak hanya itu, selusin grilled bacon pun terhidang secara khusus untuk Dayan. Astrid bilang, itu dipesan atas request Om Budi.
"Sumpah?" bisik Dayan terkesan. Lembaran-lembaran daging berwarna cokelat keemasan itu akhirnya mengalihkan perhatiannya dari keayuan Bunga.
Astrid mengangguk sambil mengunyah kacang polong. "Kalo mo makan babi bilang aja katanya."
Kepala Dayan lantas celingukan mencari Om Budi, merasa terharu. Pria itu muncul beberapa saat kemudian dari dalam kamar yang semalam ditempati Nawang dan Adit, menggiring Tirta keluar. Subuh tadi Tirta kabur ke kamar itu karena malas disuruh salat. Anak itu berjalan dengan mata terpejam, mulut setengah terbuka, dan rambut mencuat ke segala arah. Langkahnya diseret, tangannya mendekap bantal besar. Dia dihalau ke kamar mandi agar bisa segera bersiap-siap, sebab tak lama lagi keluarga kecilnya mesti pergi ke Denpasar.
"Eh, eh, Tata, Tata! Bantalnya nggak usah dibawa! Emang mau mandi sambil tidur?!" sahut Tante Dewi, tiba-tiba turut muncul dari kamar untuk merebut bantal Tirta. Semua orang yang melihat itu tertawa.
Karena Tirta sekarang diurus sang ibu, Om Budi menghampiri anak-anak lainnya di ruang makan outdoor. "Oke. Sekarang, sambil sarapan-sarapan santai, kita bicarakan agenda hari ini, ya," celetuknya, tanpa sengaja berserobok pandang dengan Dayan ketika Dayan mengambil selembar bacon.
Mereka berbagi senyum yang langsung membuat perasaan Dayan menghangat.
Diskusi dimulai dengan penjelasan Om Budi tentang garis besar agenda hari ini. Setelah sarapan, ia sekeluarga akan berangkat ke Denpasar untuk menghadiri resepsi pernikahan kerabat. Pada jam yang sama, Adit juga akan pergi ke konferensi yang dihadiri Om Samudra dan Tante Azalea (dia akan dijemput Mas Hogan sebentar lagi). Siangnya, mereka akan kembali ke vila, beristirahat sebentar, lalu bersama seluruh rombongan berangkat ke destinasi-destinasi wisata. Sorenya, mereka semua pergi ke Jimbaran untuk makan malam di restoran milik keluarga Om Budi. Malamnya, jam bebas dan istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Episode Dayan
Teen FictionAndreas Dayan diterima menjadi salah satu siswa baru di SMP Bomantara. Segera ia memutuskan akan menjaga jarak dari semua orang. Anak-anak di sekolahnya begitu sama dengannya, tetapi ia begitu berbeda dari mereka. Ia tidak mau dirinya dikenal dan me...